13 - Desa Padma Wetan

3.2K 551 288
                                    

[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA]

Wattpad : moccamatha
Instagram : moccamatha
Tiktok : moccamatha

Hai, Mocca kembali.

Boleh kasih Mocca banyak komentar nggak untuk chapter ini?

Happy reading, semoga suka^^

Kalau diberi pertanyaan tentang nyaman atau tidaknya tinggal di desa, maka jawaban dari tujuh cucu Eyang Suro adalah iya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau diberi pertanyaan tentang nyaman atau tidaknya tinggal di desa, maka jawaban dari tujuh cucu Eyang Suro adalah iya. Nyaman, sebab tidak ada berbagai macam polusi di sini. Udaranya selalu segar, airnya bersih, juga jarang terdengar suara yang mengusik gendang telinga. Tidak ada banyak tuntutan baik dari keadaan maupun orang-orang di sekitar. Tidak ada pemicu dari luar yang membuat otak memikirkan banyak hal di tengah malam. Mereka bisa menikmati hari ini tanpa menyesali hari kemarin atau mengkhawatirkan hari yang akan datang.

"Saat kita berusaha memaksimalkan apapun yang sedang dikerjakan, seharusnya kita tidak kecewa jika hasilnya terasa kurang atau mungkin gagal. Sebab memberikan usaha terbaik juga sudah menjadi keberhasilan kita dalam melakukannya. Dengan begitu kita tidak terlalu khawatir akan hari esok, karena sudah berkomitmen untuk menjalaninya dengan usaha yang paling baik pula. Sebab kemungkinan terbesar dari usaha terbaik adalah hasil yang baik," kata-kata dari eyang cukup membekas di ingatan para cucunya. Telah mereka terapkan juga, ya, meski sering kali banyak kacaunya.

Meski nyaman, mereka juga tidak ingin tinggal di desa terlalu lama. Kalian sudah tahu sejak awal bahwa hampir semua cucu eyang keberatan untuk mendapatkan warisan dengan cara hidup jauh dari kota. Tanpa saling tahu, sebenarnya selama ini mereka selalu berharap agar cepat-cepat kembali merasakan kehidupan di tengah hiruk pikuk metropolitan.

Arsa yang ingin kembali berkencan dengan buku-bukunya di kafe. Kenjiro yang takut semakin nyaman jika terlalu lama tak menari di lantai es. Alfito yang rindu dengan gemerlap lampu kelab. Senan dan Anan yang ingin berjumpa dengan kawan-kawan kampus. Nico yang tidak sabar ingin melanjutkan projek syuting filmnya. Serta Fari yang sangat merindukan ayah dan bunda. Namun, kesanggupan yang telah diucapkan sejak awal tidak bisa mereka langgar begitu saja. Apalagi tadi pagi eyang sudah terang-terangan memberi misi kepada mereka. Meminta bantuan untuk turut menyelamatkan desa dan warga dari ulah Mat Juhar dan para antek-anteknya.

"Woah, Chef Kenjiro and Chef Nico. Thank you guys. Aromanya bikin laper," ucap Arsa seraya mengambil alih sebuah nampan berisi beberapa lauk yang baru saja matang.

Sepiring cak kangkung, sup bayam, tahu tempe goreng, sambal terasi, serta kerupuk telah tertata rapi di tikar. Sederet menu yang dulunya tak pernah mereka sapa, justru menjadi menu yang istimewa saat di desa.

Arsa memandang adiknya satu per satu. Heran, karena suasana makan siang kali ini tidak seperti biasanya yang penuh dengan sahut-sahutan suara dan tawa. Pria yang sudah menanggalkan pakaian luar hitamnya itu lantas meletakkan piring ke lantai. Mengundur waktu makannya dan memilih membuka suara terlebih dulu. Sepertinya adik-adiknya memang sedang lelah dengan rutinitas di sini atau mungkin ada hal lain yang membuat mereka kehabisan 'tenaga'. 

Terpaksa Mengejar Surga || NCT Dream Where stories live. Discover now