18 - Sebilah Besi Pengoyak Hati

2.2K 482 238
                                    

Hai, Mocca kembali. Kamu kangen sama cucu Eyang Suro yang mana, nih?

Chapter kali ini lebih panjang dari biasanya, ya. So, Mocca harap kalian bacanya jangan terburu-buru.

VOTE + KOMENTAR JUSEYOOOO

Happy reading, semoga suka~

Kenjiro menyandarkan punggung ke dinding anyaman bambu seraya mengatur napasnya yang sempat memburu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenjiro menyandarkan punggung ke dinding anyaman bambu seraya mengatur napasnya yang sempat memburu. Pria itu mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruangan yang baru pertama kali ia singgahi. Tak begitu terlihat jelas, sebab penerangan hanya berasal dari cahaya lembut rembulan yang menyelinap masuk melalui celah-celah genting. Sepertinya bangunan seluas 7×5 meter ini juga tak memiliki isi. Kenjiro hanya mendapati selembar tikar dan sebuah tas di atas lantai yang belum disemen.

"Ini rumah siapa?" tanya pemuda berbalut jaket denim itu kepada Larasati.

Perempuan dengan dress merah sepaha tersebut menoleh sekilas, lantas segera mengunci pintu dengan balok kayu. Masih belum membuka suara, Larasati melempar high heels yang sejak tadi ia tenteng ke sembarang arah dan mulai berjalan mendekati Kenjiro. Tatapannya terlalu tajam untuk matanya yang sayu, tapi tetap saja menimbulkan sedikit efek intimidasi bagi pria di depannya.

"Sebenarnya kamu siapa, Kenjiro?" Larasati menelisik pria itu dengan jarak setengah meter.

Kenjiro mengerutkan kening. Meski sedikit bingung dengan pertanyaan Larasati, ia tetap waspada jika sewaktu-waktu perempuan ini bertindak di luar batas. Bukan menggoda hawa nafsunya, tapi lebih dari itu. Menghunuskan sebilah pisau ke perut, misalnya.

"Saya sangat yakin kamu pasti ada hubungannya dengan para polisi itu. Atau jangan-jangan kamu juga salah satu dari mereka?" Larasati menelisik lebih dalam sambil terus mengikis jarak di antara keduanya.

"Saya bukan polisi. Saya hanya tamu biasa di sini. Kamu sendiri bagaimana? Kenapa justru membawa saya lari ke sini dan tidak ikut dengan para gadis kupu yang lain?" Kenjiro mulai mengalihkan pembicaraan. Ia sempat melihat sekumpulan gadis kupu berlari ke arah lain yang anehnya itu Kenjiro ketahui sebagai jalan buntu.

Larasati geming beberapa detik dengan manik yang masih fokus pada iris hitam pria di depannya. "Saya ... hanya ingin menyelamatkanmu."

"Dari siapa?"

"Mat Juhar dan Wira Atmaja," jawab Larasati, lantas mulai menjauhkan diri dari Kenjiro.

Larasati mulai berjalan menuju tikar dan duduk di atasnya. Jemarinya memainkan ujung dress dengan ekspresi yang sulit dimengerti. Kenjiro yang cukup penasaran akhirnya mencoba untuk bersikap lebih hangat dan duduk di samping perempuan tersebut.

"Saya tau kamu bukan tamu biasa di sini. Sangat aneh rasanya ketika kamu memberikan uang ratusan juta ke Rumah Kupu, tapi sedikit pun tidak menyentuh tubuh saya. Bahkan kamu selalu menghindar ketika saya rayu. Tidak hanya sekali, tapi berkali-kali. Kamu hanya mengajak saya mengobrol dengan topik seputar desa ini dan segala kegiatan busuknya," beber Larasati.

Terpaksa Mengejar Surga || NCT Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang