Chapter 8| Shadows Of The Past

2.4K 354 252
                                    

Oh, shit! Ini menyebalkan. Niat Jennie yang tadinya ingin beristirahat, justru gagal total. Belakangan ini suasana hatinya memang gampang berubah. Mendapatkan kabar bahwa Penthouse nya ingin di beli setengah harga saja suasana hatinya langsung rusak parah. Dia pun jadi kehilangan minat untuk kembali ke tempat tidur dan lebih memilih untuk membuat visualisasi interior dari sebuah museum.

Namun sesungguhnya, building museum itu tidak termasuk ke dalam list project nya. Dia hanya menggambar asal saja.

Orang-orang mungkin berpikir bahwa Jennie hebat bisa memanfaatkan waktu kosongnya dengan membuat karya seni. Tapi yang terjadi sebenarnya justru seni yang dia buat merupakan bentuk pelariannya terhadap masalah yang sedang terjadi.

Intinya, semakin rumit seni yang dia ciptakan, maka semakin besar pula masalah yang sedang dia hadapi.

Tapi tunggu, kali ini masalah apa yang sedang menerpanya? Apa benar hanya karena Penthouse nya yang disuruh banting harga? Atau ada sesuatu yang lain yang sedang membebaninya?

"Ah, sialan!" Jennie tiba-tiba membanting apple pencil nya sebelum menyibakkan rambutnya ke belakang. Dia tampak frustasi berat.

"Kenapa setelah 21 tahun berlalu, harus dia orang pertama yang merasakan bibirku?! Kenapa?"

"Apa selain membuatku bergairah, minuman itu juga berfungsi untuk membuatku bodoh?"

"Bagaimana bisa aku mengatakan sesuatu yang sangat menjijikkan seperti itu?! Jika saja perawatan kulitku tidak mahal, aku pasti sudah menampar pipiku lima kali di setiap sisi kiri dan kanan!"

Jennie sampai membenamkan wajahnya akibat terlalu malu. Dia sudah konsisten menjadi seseorang yang anti romantic selama puluhan tahun. Namun hanya karena lepas kontrol sedikit, image nya rusak dalam semalam.

Terkutuklah ingatannya yang terlalu kuat itu. Seharusnya semalam kepalanya terbentur sesuatu agar dia tidak menanggung malu ketika pagi datang. Dan tidak perlu bersandiwara juga bahwa dia tak mengingat apa saja yang sudah dia lakukan.

Sebenarnya Jennie tak mau mengakui ini, tetapi dia khawatir dengan penilaian Harvey terhadapnya. Apalagi setelah mengingat bahwa semalam tindakannya cukup membara sampai pusat tubuh Harvey terasa menusuk celah pahanya.

Iya, Harvey sudah terbawa suasana.

Namun, semua yang terjadi di antara mereka bukan sepenuhnya salah Jennie. Ini salah Damian juga. Entah dia kelebihan takar dosis atau bagaimana, tetapi dia membuat Jennie berhalusinasi. Jennie merasa bahwa waktu tiba-tiba mundur ke belakang dan Harvey yang dia cium itu merupakan Victor saat masih menjadi tunangannya.

Jennie pun baru tersadar ketika Harvey meremas dress nya dengan kuat. Andaikan Harvey tidak melakukan itu, mungkin mereka sudah melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman.

"Ternyata meski waktu sudah berjalan sejauh ini, dia tidak benar-benar pergi dari pikiranku."

Setelah berkata seperti itu, entah kenapa hati Jennie tiba-tiba mencelos. Matanya pun mendadak berkaca-kaca. "Tidak, yang aku tangisi bukan orangnya. Tetapi aku menangis karena mengapa dulu aku di perlakukan seperti itu?"

°°°

"Punggung lansia ku sudah tak tahan." Jia tampak merebahkan dirinya di atas karpet setelah tiga jam non stop mengerjakan tugasnya bersama Harvey.

"Ini tinggal sedikit lagi. Nanti biar aku saja yang kerjakan. Kau ingin pulang?"

"Kau mengusirku?"

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang