Chapter 15| Seperate Rooms

2.4K 340 164
                                    

Harvey rasa tidak ada yang lucu dari perkataannya. Namun ketika dia melihat bagaimana reaksi Jennie, Jennie malah tertawa. Sebuah tawaan sinis yang terkesan jelas meremehkannya. Ironis memang. Bukannya menjadi pihak yang merasa terancam ketika akan di berikan hukuman, Jennie justru menjadi pihak yang membuat nyali lawannya ciut ketika dia mulai turun dari atas ranjang.

"Baby Boy, seriously? Di saat saran baik dari orang lain saja bisa kutolak, kau pikir aku akan tunduk dengan mudah dengan hukuman yang kau berikan?"

Dia bertanya sambil mengacak-acak rambut Harvey. Itu terlihat manis jika di lihat sekilas. Namun ketika di teliti lagi, ternyata dia bukan sedang mengacak, melainkan sedang menjambaknya dengan kuat.

"What the fuck! Are you crazy?!"

"Why? Does it hurt?"

Harvey tidak lagi menjawabnya. Sudah terlampau sibuk menjauhkan tangan Jennie dari kepalanya.

"Inilah kenapa kau harus mengenali lawanmu dulu sebelum kau mengajaknya bermain. Kau pun harus mulai belajar mengendalikan mulutmu itu. Serta bibirmu yang suka tiba-tiba datang untuk menciumku dan juga tanganmu yang suka menyentuhku tanpa permisi itu!"

Sambil sedikit meringis kesakitan, Harvey pun menjawab. "Okay, Princess. Okay! I'll stop! What now?!"

"Go to another room."

"Maksudmu, kita pisah kamar?"

"Ya."

Kali ini rambut Harvey sudah terlepas dari rematannya.

"Kenapa?"

"Sesuatu yang tidak benar selalu terjadi saat kita bersama. We hug, we kiss, we sleep in the same bed. And after that what else? We sex? Just thinking about it makes me crazy, Harvey! Aku sungguh tidak nyaman dengan semua ini!"

Harvey terlihat menghela nafas berat. "Hanya tidak nyaman atau kau takut terbiasa dengan hal-hal yang sudah terlalu sering kita lakukan?"

Meskipun butuh waktu lama untuk menjawabnya, tetapi Jennie tetap berkata dengan jujur. "Terbiasa denganmu adalah ketakutan terbesarku. Wanita lain mungkin memiliki seseorang untuk melindungi mereka. Tapi aku, aku hanya memiliki diriku."

"Aku juga hanya memiliki diriku. Namun yang menjadi perbedaan, kau lebih beruntung karena kau memiliki tempat untuk mengadu. Kau punya ibu. Seorang ibu yang selalu memberimu dukungan, cinta dan semangat untuk terus bangkit dan maju. Sementara aku? Aku tidak mendapatkan itu darimu. Aku jatuh sendiri, bangkit sendiri, menanggung semua kesedihanku sendiri. Bahkan untuk sekedar mengeluh sakit pun aku tak berani. Aku tumbuh tanpa sedikitpun kasih dan perhatian darimu. Dan jika diingat-ingat, setelah kedua orang tuaku pergi, aku tidak pernah mendapatkan cinta lagi dalam hidupku."

"Kau pun demikian. Kita sama-sama kehilangan cinta 'kan? Hanya saja dengan cara yang tak sama. Lalu ketika aku mencoba menumbuhkan kembali apa yang hilang dari kita, kau ingin mencegahnya? Apa yang salah dari keinginan untuk bahagia, Jennifer? Sesulit itukah menerima kehadiran orang baru? Aku harus melakukan apa agar kau tidak ragu menaruh kepercayaan kepadaku?"

"Just go... I can't do this anymore."

"Jika yang menjadi masalah adalah tindakanku, aku akan mulai membatasinya."

"...."

"Kau tidak ingin kita melakukan skinship 'kan? Okay! I don't have a problem with that! Bila perlu aku tidur di lantai!"

Sambil mulai berjalan meninggalkan Harvey, Jennie pun berkata. "Sore ini, kamar 503 kosong. Aku sudah memesannya untukmu. Aku ingin kamar ini hanya menyisakan barang-barangku saja ketika aku pulang bekerja nanti."

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang