Chapter 14| Ideal Type

2.5K 365 261
                                    

Bukan hal yang mudah untuk mengajak Jennie berkencan. Boleh jadi setelah ini dia tidak mau melakukannya lagi. Penyebab utamanya tentu karena dia tidak tertarik memulai hubungan baru serta belum memiliki perasaan lebih terhadap Harvey.

Harvey bukannya tak tahu mengenai hal tersebut. Dia tahu. Maka dari itu dia ingin memanfaatkan waktu kencannya bersama Jennie dengan baik. Namun karena kedatangan tamu yang tak di undang, keinginannya pun tidak sepenuhnya terwujud.

Jia datang di antara mereka. Bahkan dia ikut ke restoran untuk makan bersama.

"Sejujurnya aku sedikit kaget." ujar Jia memulai pembicaraan. Tangannya tampak memegang sendok dan garpu, sementara matanya melirik Harvey dan Jennie yang sedang menikmati menu makan malam.

"Kaget karena kami sekamar?" tanya Jennie. Nada bicaranya terdengar datar.

"Iya,"

Harvey pun menyahut, "Kenapa kaget? I'm her son and she's my mommy. There's nothing wrong if me and her sleep in the same room."

"Walaupun begitu, kalian adalah pria dewasa dan wanita dewasa. Seharusnya kalian berada di tempat yang berbeda."

"...."

"Awalnya aku berpikir begitu." tiba-tiba saja Jia menambahkan kalimatnya. "Namun karena aku teringat bahwa kalian ibu dan anak, aku jadi tak kaget lagi. Aku justru dapat memakluminya." jelasnya sambil menyunggingkan senyum.

Andaikan dia tahu bahwa Jennie bukan ibu kandung Harvey, mungkin pemikirannya akan berbeda.

Sesungguhnya, dia tidak pernah tahu bahwa Harvey hanya sekadar anak angkat. Bahkan sampai detik ini dia masih beranggapan bahwa Harvey dan Jennie terikat hubungan darah. Kesalahpahaman ini pun sebenarnya memberikan keuntungan juga. Harvey jadi tidak perlu memberi klarifikasi atas pertanyaan-pertanyaan seputar hubungannya dengan sang ibu yang kini telah merangkap peran menjadi wanita yang dia cinta.

Mencoba mencairkan suasana, Harvey pun mulai mengganti topik. "Kau ke sini sendiri?"

"Ya menurutmu? Aku 'kan sudah memintamu menjemputku, tapi kau bilang tidak bisa."

Di saat dia berbicara seperti itu, Jennie tampak sedang meminum segelas wine. Setelah selesai, gelasnya pun dia taruh di atas meja sambil mulai bertanya kepada Jia. "Kenapa merepotkannya? Kau kekasihnya?"

Jia pun jadi gelapan. Aura mengintimidasi Jennie sangat kuat dan pekat. "Ka-kami hanya berteman. Ta-tapi sering ber-bergantung satu sama lain."

Sontak tatapan Jennie beralih kepada Harvey. "Is that true? Kenapa bergantung padanya?"

"I-itu bu-bukan bergantung. Hanya saja... kami saling membantu."

"Kau gugup. Apa kau berbohong? Lain kali cobalah untuk hidup mandiri. Jika kalian terus bergantung seperti ini kalian tidak akan bisa lepas dari satu sama lain!"

Menatap Jia lagi, Jennie pun kembali melempar pertanyaan. "Kau menyukai Harvey?"

Jia sungguh tidak siap memberi jawaban.

"Sepertinya pertanyaanku salah. Aku ganti saja. Seperti apa tipe idealmu?"

"Uhm... aku suka seseorang yang lebih pintar dariku."

"Dan kau?" tanya Jennie pada seorang pemuda tampan yang sedang duduk disampingnya.

"Aku suka seseorang yang lebih tua dariku."

"Kenapa?!"

Itu bukan Jennie yang bertanya, tetapi Jia. Tersirat rasa tak terima dari raut wajahnya.

𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘 𝐉𝐀𝐍𝐄Where stories live. Discover now