•Enem

914 125 6
                                    

"Kurang satu purnama pertunangan dilaksanakan."

"Iya, kau benar, Patih."

Mahapatih Gajahmada menunduk seraya berjalan di belakang Hayam Wuruk, menemani sang Maharaja berburu di hutan dengan beberapa Bhayangkara dibelakang mereka. Hayam Wuruk menarik anak panah melesatkan tali busurnya dan berhasil menembus pada rusa hutan bertanduk tajam.

"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Hayam Wuruk.

Pria itu mencabut anak panah dari tubuh rusa malang dan dengan sigap para Bhayangkara membawa hasil buruan sang Maharaja, mendengar pertanyaan yang di layangkan untuknya, Mahapatih Gajahmada menunduk patuh.

"Masih menunggu Sridara?" Hayam Wuruk kembali bertanya.

"Aku sudah bertemu dengannya yang Mulia, tetapi nama kekasihku lain dengan dulu. Dia bernama Sedah Gayatri."

"Apakah doamu terdengar Hyang Sukmo? Kau masih percaya manusia bisa bereinkarnasi bukan? Dia terlahir kembali dan menjadi takdirmu untuk kedua kalinya. Kau senang?"

"Kau terlihat sangat mencintainya."

"Aku memang mencintainya yang Mulia."

Hayam Wuruk tersenyum miring dan kembali melesatkan busur panahnya sembari berlari, berdecak karena anak panahnya tak menancap tepat sasaran. Mahapatih Gajahmada senantiasa mengikutinya sebelum matanya menangkap dua gadis berdiri di titik tengah hutan.

"Sepertinya kemampuan memanahku menurun."

Mahapatih Gajahmada masih menatap satu gadis di antara dua perempuan yang menunjuk-nunjuk ke atas langit. Hayam Wuruk yang menyadari Gajahmada yang membiarkannya bicara sendirian menggeleng melihat sang Patih.

"Ambil langkahmu dan pergi."

"Ampun yang Mulia," Gajahmada memohon pengampunan pada sang Maharaja karena meleng, sang adinda yang ia tak ia temui seminggu ini mampu membuatnya tidak fokus.

"Ini perintah, Patih. Kau sudah ku sibukkan akhir-akhir ini."

Nada tegas Hayam Wuruk membuat Mahapatih menurut dan membiarkan Maharaja melanjutkan aktivitasnya bersama Bhayangkara. Satu purnama dari sekarang penguasa Majapahit akan segera melangsungkan pertunangan dengan Putri dari kerajaan Sunda, menatap punggung yang semakin menjauh. Gajahmada memutar tubuh untuk melihat sang kekasih namun Sedah yang bersama Dawuh sudah tak ada.

"Kemana mereka?"

Sementara gadis yang tengah di cari rupanya sudah berjalan menuju sungai, Dawuh yang melihat Sedah tampak aneh karena gesturnya yang terburu-buru membuatnya sedikit takut karena tau sang Mahapatih tidak ikut bersama rombongan Maharaja dan menghentikan langkah.

"Ah segar sekali!"

Sedah memasukan kedua kaki ke air, duduk di bebatuan dan membasuh wajah. Sementara Dawuh sibuk memperhatikan wajah Sedah dan masih tidak percaya dengan kejujuran gadis itu pasal dirinya yang datang dari masa depan. Dilihat dari nada bicara yang sesekali Sedah keluarkan terdengar aneh dan benda pipih yang selalu Sedah bawa di antara lilitan kain jarik, yang Dawuh tau gunanya untuk menangkap gambar.

"Ada apa lagi di masa depan?" tanya Dawuh.

Sedah menaruh ponselnya setelah menyelesaikan membuka semua kain yang menempel di tubuhnya, menenggelamkan diri di sungai air segar begitupun dengan Dawuh. Sedah yang mendengar Dawuh bertanya lantas menjawab lagi meski temannya itu sudah bertanya tentang masa depan disana.

"Selain tekhnologi yang kau sebutkan, Sedah. Apakah kita akan mati? Binasa? Apa yang terjadi pada kita nantinya."

Sedah mencipratkan air pada Dawuh kemudian gadis berambut di sanggul itu membalasnya, tanpa tau ada seseorang yang bersembunyi dibalik pohon dengan jantung berdegup karena melihat sang kekasih bermain di air.

LANGIT MAJAPAHITWhere stories live. Discover now