06. Mantan

434 70 7
                                    

"Mas, kamu itu setiap Meera ke sini pasti ada aja alasan buat pergi."

Tangan Sagara yang hendak menyuapkan sepotong roti panggang ke dalam mulut terhenti. Ia mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sementara sepasang matanya kini melirik pada sang Ibu yang duduk di sofa ruang tengah yang tidak jauh dari meja makan. Ibunya itu kini tampak tengah asik merajut sesuatu dengan televisi yang menyala sebagai teman satu arah.

Dia menaruh roti panggang miliknya ke atas piring. Nafsu makannya sudah benar-benar hilang. Kenapa, sih, setiap ia sedang kosong selalu saja Ibunya membawa-bawa Meera? Padahal, hari ini dirinya pun tidak ada niatan ke mana-mana. Dia hanya ingin istirahat di rumah sambil mengerjakan tugas-tugasnya untuk tengah semester nanti dengan tenang.

"Kamu hari ini nggak kuliah, kan? Ajak Meera―"

"Ibu, Saga udah bilang berapa kali?" Sagara memotong pembicaraan Ibunya, lalu mendesah lelah, "Saga nggak tertarik sama sekali sama Meera. Stop maksain perasaan Saga ke Meera."

"Ibu penasaran, kenapa kamu nggak tertarik sama Meera." Wanita yang lebih tua itu menghela nafas panjang, tangannya yang tengah merajut terhenti, kini sepasang matanya sudah berfokus menatap Sagara. "Meera itu anaknya baik, cantik, dan juga pinter. Sayang, kan, kalo misalnya kamu―"

"Kenapa nggak Ibu aja yang pacaran sama Meera?" sela Sagara seraya beranjak bangun dari kursi makan. Matanya menatap lekat pada Ibunya sejenak, lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya meninggalkan sang Ibu yang masih terdiam seribu kata.

Sagara tahu, ia sudah keterlaluan. Sangat, malah. Tapi, kalau dia tidak bilang seperti itu, Ibunya pasti akan selalu seperti ini. Memaksanya untuk menerima sosok Meera dalam hidupnya. Sagara bahkan tidak mengerti, mengapa Ibunya gigih sekali menjodohkannya dengan anak dari kolega Ibunya seperti ini secara terus menerus. Terlebih selalu dengan alasan, Meera itu perempuan baik, cantik, atau apapun kelebihan perempuan itu yang disebutkan padanya. Seolah-olah Sagara harus menyukai orang dengan standar yang sudah ditetapkan Ibunya. Memangnya, Sagara tidak boleh mempunyai penilaiannya sendiri mengenai pasangan yang ia inginkan nantinya?

Ia hanya bisa menghela nafas panjang dan memejamkan matanya kuat-kuat. Mencoba menetralkan deru nafasnya yang memburu karena emosi. Lalu, dibawa kakinya menuju meja belajar miliknya. Tangan meraih ponsel dan juga dompet miliknya yang tergeletak di atas meja belajar. Ia menyelipkan dompet miliknya ke dalam saku celana belakangnya, sementara dengan lincah tangannya kini  menari di atas layar, mengirimkan sebuah pesan untuk Janu. Tangannya meraih jaket yang tergantung di balik pintu, lalu memilih beranjak pergi dari kamarnya.

Sagara bahkan tidak lagi mempedulikan pertanyaan Ibunya padanya. Dia benar-benar sudah terlalu malas untuk berbicara sekarang. Diraihnya kunci motor miliknya yang berada di rak buku yang ada di ruang tengah dan pergi begitu saja dari rumah dengan menunggangi motor kesayangannya.

˗ˋˏ ♡ ˎˊ˗

Kedua alis Janu menukik membaca pesan yang diterimanya di grup obrolan kelas; yang mengatakan Dosen untuk mata kuliah Tata Suara mereka berhalangan hadir hari ini. Janu bukanlah Mahasiswa ambisius yang merasa kesal karena kelas dibatalkan, dia kini hanya merasa sebal, kenapa juga harus diberitahu lima menit sebelum kelas di mulai? Dia padahal sudah melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa dan nyaris menabrak orang selama di koridor. Kalau tahu, kelasnya hari ini, hanya kelas siang, Janu lebih memilih tidur terlebih dahulu di kostan tadi.

Alih-alih memutar balikkan langkahnya dan kembali ke kost, Janu memilih menjatuhkan bokongnya pada kursi panjang yang ada di koridor penghubung antara gedung A dan gedung B. Bahkan dirinya belum sampai ke stasiun radio di mana kelas mereka hari ini dilaksanakan.

Janu menghela nafas panjang. Matanya menatap langit-langit koridor yang terlihat sudah tua. Kini dirinya tengah menimang, haruskah ia balik ke kost atau pergi saja menginvasi kontrakan Jalu yang tidak jauh dari kampus.

Fudanshit [SungJake]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant