11. Confessions

529 79 86
                                    

Dering alarm yang berbunyi memenuhi ruang, membuat Janu mengerang pelan. Ia mengubah posisinya menjadi tengkurap. Menenggelamkan kepalanya pada bantal tidur dengan kedua sisi bantal ia coba gunakan untuk menghalau bunyi nyaring yang masih menyapa inderanya keras-keras. Hela nafas keluar dari bibir, saat tahu, hal yang ia lakukan hanyalah sebuah perbuatan sia-sia. Tanpa mengubah posisinya sedikit pun, Janu mencoba mengulurkan tangannya dan meraih ponselnya yang ia charger di lantai sebelum benar-benar tidur subuh tadi. 

Ujung jemarinya mengetuk-ketuk lantai, mencari-cari benda persegi panjang yang masih berbunyi. Keningnya mengerut samar saat tidak kunjung merasakan apapun, selain dinginnya marmer pada ujung jari. Namun, dirinya masih terlalu enggan untuk beranjak dari posisinya dan juga membuka matanya, membuatnya kembali mengulurkan tangannya lebih jauh. Jauh. Hingga gedebug keras  dan suara rintihan nan nyaring berubah menjadi satu-satunya efek suara di dalam ruangan, menggantikan nyaringnya dering alarm. 

Sambil merintih, Janu kini berguling-guling di lantai layaknya seekor ikan yang baru saja terdampar di tanah. Punggungnya benar-benar nyeri usai bercumbu kasar dengan dinginnya lantai marmer. Dengan berat hati, ia beranjak bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk dengan ringisan masih keluar dari bibir, sementara selimut yang sudah ia sibak dibiarkan di lantai secara asal di sebelahnya. Tangannya mencoba mengusap punggungnya sendiri dengan agak susah payah. 

"Nu? Kamu ngapain?" 

Suara serak khas bangun tidur membuat Janu terkesiap. Tangannya yang mengusap punggung pun terhenti. Sementara ponsel yang sudah berhasil di dalam genggaman tangannya yang lain pun nyaris saja tergelincir kembali. Ditolehkannya kepala pada sang sumber suara. Dilihatnya, di atas tempat tidurnya kini ada Sagara yang tengah melongokkan kepala. Menatap ke arahnya dengan kening mengerut dan juga mata yang masih setengah terpejam. 

Janu benar-benar lupa kalau dini hari tadi, ia menyuruh Sagara untuk tidur saja di kamarnya daripada harus repot-repot kembali ke kontrakan Jalu. Terlebih mereka juga perlu membahas tentang 'mereka' lebih lanjut. Awalnya, Sagara tidak terlalu setuju untuk benar-benar merahasiakan hubungan mereka. Toh, bagi laki-laki Sagitarius itu, tidak ada yang perlu disembunyikan dengan kedekatan mereka. Berbeda dengan dirinya yang justru menentang keras. Bahkan saat mereka membahas hubungan mereka saja, Janu sudah terbayang jelas bayangan Senja yang tersenyum congkak lalu terbahak dengan puas. Membuat perempatan imajiner muncul di kepala Janu setiap kali terbayang ekspresi menyebalkan Senja.

Alasan lain Janu meminta hubungan mereka tidak perlu diumbar pun, selain tidak kuat kalau harus menanggung malu ditertawakan oleh Senja, ya, juga karena hubungan mereka terhitung tabu untuk banyak orang. Memangnya ini seperti dunia fiksi? Di mana orang-orang bisa dengan mudah menerima pasangan sejenis? 

Janu bahkan tidak pernah menduga atau menyangka, kini ia benar-benar menjalin hubungan sejenis dengan seseorang. Kisah cinta pertamanya dalam hidup, justru berlabuh pada seorang laki-laki. Dia benar-benar ingin tertawa kalau mengingat hubungan mereka sekarang. Menertawakan dirinya sendiri, lebih tepatnya. Bisa-bisanya pertahanannya runtuh hanya karena kehadiran seorang Sagara dalam hidupnya. 

Suara dengus geli dan diikuti kekehan renyah Sagara membuatnya tersadar. Ia mendelik sebal pada laki-laki tinggi yang nampaknya sudah sepenuhnya terjaga itu. Alih-alih khawatir, bisa-bisanya Sagara justru tertawa dengan puas. "Kok, kamu bisa jatuh gitu, sih?" tanyanya. Sagara lalu kembali berguling membuat ruang lalu merentangkan tangannya lebar-lebar dan menepuk ruang kosong di sebelahnya, "Sini."

Janu mengurungkan niatannya untuk melemparkan selimut tebal miliknya ke arah Sagara, saat melihat laki-laki itu merentangkan tangannya. Ia beranjak bangun dari posisinya lalu kembali berguling ke dalam pelukan sang kekasih. 

Kekasih.

Ada rasa yang kembali menggelitik perutnya, setiap kali ia ingat mengenai hubungan mereka sekarang. 

Fudanshit [SungJake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang