13. The Luckiest

626 71 41
                                    

Warning : Not-Safe-for-Work contained anal fingering, rimming, barebacking, creampie, loss of virginity.

――

"Mau kamu yang masak atau―"

Perkataan Sagara terhenti, saat Janu secara tiba-tiba memeluknya erat tepat setelah ia melepaskan celana jeans miliknya. Kekasih kecilnya itu kini membenamkan wajah pada perpotongan lehernya. Sukses buat Sagara merinding, saat bibir ranum sang Kekasih mulai menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil di sana.

Sagara menaruh celana jeans miliknya secara asal pada sandaran kursi. Lalu, tangannya raih punggung Janu yang terbalut kaus tanpa lengan dengan lembut. Sementara tangannya yang lain memain-mainkan surai hitam legam yang sudah memanjang.

Sagara benar-benar tidak tahu apa yang tengah terjadi. Dia benar-benar buta. Tiba-tiba saja Janu sudah bersikap lebih manja tanpa sebab yang pasti. Bahkan dia masih tidak tahu, kenapa gerangan Janu tidak jadi mau makan di food court yang ada di sana. Padahal selama di atas motor yang melaju, Kekasih kecilnya itu tiada hentinya menimang; antara semangkuk rawon atau sepiring tauge goreng. 

"Aku aja yang masak, ya? Tadi, kan, katanya kamu laper."

Helaian rambut Janu yang menusuk-nusuk leher Sagara, saat laki-laki yang lebih kecil itu menggelengkan kepala, buat Sagara meringis geli. 

"Jajan keluar? Atau, mau delivery?"

Janu kembali menggeleng.

Sagara hanya bisa tersenyum menahan gemas. Ia mendengus kecil. "Terus, kamu maunya apa, Sayang? Atau, ada sesuatu yang mau kamu ceritain?"

Janu pada akhirnya mendongak sejenak dengan bibir yang manyun. Lalu kembali menenggelamkan wajah pada perpotongan leher Sagara. Menggesek-gesekkan kepala di sana layaknya seekor kucing yang memberikan tanda keposesifan. Membuat Sagara kembali meringis menahan geli. 

Sagara bukannya tidak suka saat Janu bersikap manja dan kekanakan dengannya. Dia justru menyukainya. Suka sekali, malah. Baginya, Janu yang bersikap manja juga kekanakan padanya itu adalah epitome dari kata gemas itu sendiri. 

Tapi, kalau secara tiba-tiba berhadapan tanpa aba-aba seperti ini pun, Sagara tidak kuat. Dia lemah. Bahkan sedari tadi pun jantungnya sudah mulai ribut. Berdentum-dentum dengan tempo yang begitu cepat.

Apalagi wajah Janu yang menatap ke arahnya pun sama sekali tidak membantu. Tatapan sayu yang begitu lembut, pipi yang merona, ditambah dengan bibir ranum yang mengerucut gemas. Oh, dan jangan lupakan aroma sampo yang menguar manis dari dari helaian legam menyapa indera penciumannya.

'God, I'm not your strongest soldier.'

Tidak lucu kalau bagian selatan tubuhnya mulai terbangun hanya karena rasa gemasnya pada sang Kekasih sudah tidak lagi bisa terbendung.

Rasakan kaus miliknya ditarik-tarik kecil, Sagara menunduk. Ditatapnya sang Kekasih yang sudah mendongak. Senyum menggoda terpatri di wajah si Cantik hingga mata sayunya membentuk sabit yang begitu menawan.

Laki-laki yang lebih kecil melepaskan pelukannya. Jemarinya bermain-main dengan seduktif di atas dada bidang sang Kekasih. Perlahan meraih rahang tegas sang Kekasih. Mengelusnya lembut dengan ujung jemari yang sedikit kasar. Perlahan berpindah pada bibir ranum yang begitu menggoda. Dikecupnya dengan penuh puja. Sementara hazel tak hentinya pandangi sang obsidian dengan penuh cinta.

"Katanya, kamu mau ciuman sampe pagi?'

Selesai sudah. Pertahanan kokoh yang selalu dibuat Sagara mengurung sisi liarnya, kini luluh lantak tidak keruan. Hancur. Sehancur-hancurnya. Menariknya untuk lakukan lebih dari sekadar ciuman.

Fudanshit [SungJake]Where stories live. Discover now