07. Fallin'

528 86 12
                                    

"AKHIRNYA BEREEES!"

Janu berseru riang seraya menutup peramban yang sedari tadi dibukanya untuk mengirimkan tugas. Ia lalu melihat jam digital di ujung taskbar miliknya, masih tersisa sepuluh menit sebelum tenggat waktu, membuatnya lantas bernafas lega. Setidaknya, dirinya masih benar-benar aman. Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dengan nyaman.

"Well done, Janu," ucap Sagara dengan tangan yang mengacak helai rambut yang lebih kecil. Membuat Janu menoleh dan menahan tangan Sagara agar tidak merusak padanan rambutnya semakin berantakkan lagi. Sagara terkekeh dan menarik tangannya. Meski begitu matanya kini memperhatikan pergerakan tangan Janu yang mulai mencari-cari ikon power di titik akses laptopnya, "Lo abis ini ada kelas lagi jam berapa?" 

"Nanti, jam setengah dua soalnya kan hari ini hari Jumat," sahut Janu seraya menutup layar laptopnya secara pelan-pelan, ia menoleh pada Sagara, "Emang kita mau ke mana?" 

"Di Kampus Seni lagi ada pameran animasi, mau ke sana nggak?" 

"Eh? Hari ini―wait." 

Janu dengan terburu-buru membuka kunci layar ponsel miliknya sendiri. Matanya kini berfokus pada layar ponsel dan mendapati notifikasi yang sudah begitu banyak memenuhi grup kelas, grup himpunan, hingga grup divisi dekorasi nya. Benar saja, semuanya ramai berisi ajakan untuk melihat ke sana. Rencana untuk melihat konsep dan juga sebagai referensi ke depannya, katanya. 

Ia menghela nafas panjang usai membalas pesan dari grup divisi dekorasi―dari semua grup yang ramai, Janu hanya memilih membalas pesan dari satu grup itu saja, lalu kembali menyelipkan ponselnya ke dalam saku celana. Dia hanya memberitahu, besok dia tidak datang ke pameran karena hari ini dia sudah terlebih dahulu akan ke sana bersama seorang teman. 

"Jadi, gimana? Mau ke sana?" tanya Sagara, "Atau, mau ke tempat lain? Arkade?"

"Eh? Gue mau ke arkade―eh, tapi ke pameran aja, deh," sahut Janu seraya memasukkan laptop miliknya kembali ke dalam tas ransel, "Ke arkadenya besok-besok aja."

"Ya udah, ke arkadenya nanti abis lo kelar kelas aja," sahut Sagara seraya beranjak bangun dari kursi dan meregangkan otot tubuhnya, "Mau?"

 Janu mengerang kencang seraya meregangkan otot yang terasa kaku karena duduk terlalu lama. Ia lalu menatap Sagara dengan raut heran yang begitu kentara. Dirinya terdiam. Menimang. Namun pada akhirnya, ia menggeleng, "Nggak, deh, besok aja. Kan, nggak mungkin gue nyuruh lo nunggu gue kelar. Kasian lo nya nanti nunggunya kelamaan."

Belum sempat Sagara kembali membuka mulut, Janu sudah terlebih dahulu menaruh kedua tangannya di bahu Sagara dan mendorong laki-laki yang lebih tinggi itu untuk berjalan di depannya, "Ayo, jalan!"

"Ke kost lo dulu, ya?" Sagara menoleh mencoba melirik pada Janu yang mendorong tubuhnya dari belakang. "Ambil helm," lanjutnya kala mendapati ekspresi tanya Janu yang begitu kentara. 

"Hah? Helm gue sama Senja! Bentar!" Janu segera menghentikan langkahnya, tangannya dengan tergesa-gesa mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Jemarinya menari-nari di atas layar mencari-cari kontak atas nama Senja dari deretan daftar kontak yang dia punya. Ia menoleh saat Sagara meraih tangannya dan memegang pergelangan tangannya, "Kenapa?"

"Sambil jalan aja," sahut Sagara, "Palingan juga, dia masih tidur."

˗ˋˏ ♡ ˎˊ˗

Dengan mata yang membeliak, Janu hanya bisa termangu di depan pintu kamar kost Senja yang sedikit terbuka. Dirinya tidak tahu, harus merasa beruntung atau justru merasa sial saat mendapati adegan ranjang homo secara langsung di depan matanya saat ini. Pantas saja, sedari tadi telepon darinya tidak kunjung diangkat bahkan hingga ditolak. Dia pikir, dugaan Sagara itu benar adanya, kalau Senja masih mengarungi bunga mimpinya. Tapi, siapa yang menyangka ternyata pasangan homo satu ini justru tengah melakukan cocok tanam di pagi menjelang siang seperti ini!

Fudanshit [SungJake]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ