09. Domino

533 82 24
                                    

Janu diam-diam memperhatikan Sagara yang berada di sampingnya. Laki-laki itu duduk dengan bertopang dagu dengan pandangan menunduk; mengetik sesuatu di ponselnya. Raut wajahnya terlihat gusar. Sagara sedikit lebih diam dari biasanya sepulangnya mereka dari Kampus Seni tadi. Janu kurang yakin, tapi sepertinya laki-laki itu sedikit terusik dengan sesuatu―meski Sagara sama sekali berusaha untuk tidak menunjukannya.

Atau ... Janu mengatakan sesuatu yang salah? 

Ia mencoba mengingat-ingat. Mencoba mengintip memori otaknya kembali. Namun nihil. Rasanya Janu sama sekali tidak mengatakan sesuatu yang salah. Bahkan segala keresahannya mengenai perasaan pun ia simpan sendiri. Tidak mungkin, kan, Sagara terusik karena pertanyaannya tadi? 

"Rasanya suka sama orang itu kaya gimana?"

Hah. Tidak mungkin. Memangnya untuk apa Sagara terusik dengan pertanyaan itu? 

Bisa saja, saat ini Sagara tengah terusik dengan sesuatu. Lagipula, jika dipikirkan, Janu belum bertanya sekalipun pada Sagara kenapa laki-laki itu mengajaknya keluar hari ini. Rasanya Sagara itu tipikal anak rumahan yang tidak akan keluar rumah jika bukan karena sesuatu yang penting, karenanya Janu menduga-duga ada masalah di rumah hingga laki-laki itu mengajaknya jalan seperti ini. 

"Abis ini mau ke mana?" 

Janu kembali tersentak saat Sagara dengan tiba-tiba kembali menoleh ke arahnya tanpa aba-aba. Membuat hidung mereka nyaris saling bersentuhan. Sementara sepasang mata mereka saling bertemu. Tubuh Janu terasa bergetar. Denyut tubuhnya meningkat. Aroma parfum Sagara masuk ke dalam jangkauan penciumannya. Membuatnya tanpa sadar menelan ludah gugup. 

 Tatapan mereka diinterupsi oleh sepiring berisi tiga udang berbalut tepung roti di atas potongan bayam, labu, terung, dan juga bawang bombai berbalut tepung, segelas es teh lemon, segelas ocha dingin, semangkuk miso ramen dan juga semangkuk ramen dengan topping chicken katsu di atasnya yang diantarkan oleh seorang pramusaji. Keduanya langsung memundurkan wajah mereka dengan salah tingkah. 

Janu baru saja mau mengambil sumpitnya saat melihat Sagara sudah terlebih dahulu meraih sumpit dan membagi potongan chicken katsu miliknya ke atas mangkuk miso ramen. Ia hanya bisa diam dan terpana. Saat Sagara menyingkirkan sayuran yang berada di mangkuk miso ramen ke dalam mangkuknya sendiri. Tidak lama, Sagara menaruh mangkuk miso ramen yang sudah terdapat chicken katsu di atasnya di hadapannya. Janu bahkan cukup takjub, Sagara mengingat hal kecil seperti; ia yang tidak menyukai sayuran di dalam mienya. 

Hal-hal kecil yang dilakukan Sagara selalu berhasil membuat Janu kembali merasa resah juga gelisah. Ia bisa merasakan wajahnya memanas dan dadanya kembali terasa bergejolak.

"Kok, bengong?" Sudut bibir Sagara terangkat, lalu menunjuk mangkuk Janu dengan tangannya yang memegang sumpit, "Lo, kan, nggak suka sayuran di mie, makanya biar gue aja yang makan. Tempuranya dimakan aja dulu, nanti yang nggak lo suka baru kasih gue."

Janu hanya bisa terdiam. Dirinya masih terpana. Heran dengan semua tingkah dan laku Sagara padanya. 

Apakah semua diperlakukan seperti ini oleh Sagara...?

"Nggak dimakan?" Sagara kembali melemparkan tanya dengan lembut, sementara tangannya menunjuk mangkuk ramen yang ada di hadapan Janu, "Nanti keburu dingin."

Janu hanya menanggapi perkataan Sagara dengan senyuman yang dikulum. Ia lalu mematahkan sumpit sekali pakai yang sudah dipegangnya menjadi dua bagian, sementara matanya turun menatap mangkuk miso ramen miliknya. Ia menyantap makanan miliknya sambil diam-diam mencuri pandang pada laki-laki di sebelahnya. Perasaan takjub, bahagia, dan bingung bercampur aduk di dalam hatinya.

Fudanshit [SungJake]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن