Aku Kangen.

1.4K 124 12
                                    

"Amin... Semoga bunda dan ayah baik ya disana.. Harvi dan kaka juga baik ko. Nanti kalau kaka ga sibuk aku kerumahnya bunda sama ayah ya... Aku bawakan bunga yang harum." Ujar Harvi yang merapihkan sajadahnya selepas melaksanakan sholat subuhnya itu. Harvi tampak menjejerkan mukenah dan sarung milik sang ayah di sampingnya tak luput sarung Mada yang pernah ia pakai ketika sholat juga berada di sebelah Harvi. Harvi seringkali menjejerkan mukenah dan baju milik ayah dan kakaknya. Ia menatanya dengan sedemikian rupa, pertama. Ia akan menaruh baju mendiang ayahnya berada di depannya. Bak posisi imam, lalu ia menaruh sarung Mada di sebelahnya pas. Lalu menaruh mukenah mendiang sang ibunda di belakangnya. Mirip dengan shaf sholat berjamaah dulu, ketika keluarga kecilnya itu masih utuh. Aroma masih terpaut jelas di masing-masing baju milik mendiang orang tuanya, membuat Harvi selalu teringat akan keduanya. Harvi sengaja mengatur baju milik orang tuanya seperti ini, agar ia bisa merasakan kembali rasa sholat berjamaah. Walaupun orang tuanya sudah tiada. Harvi tak patah semangat, ia tak lelah untuk mengingat kedua orang yang ia cintai itu. Setelah melakukan sholat nya, Harvi mulai merapihkan kembali baju baju milik keluarganya itu, tak jarang ia memeluk dan mencium baju itu terlebih dahulu sebelum di simpan,  Harvi menyukai hal itu. Seperti Melepas rasa rindu yang tak tersirat dalam jiwanya. Tak jarang juga Harvi berbincang dengan baju itu, seperti orang gila, tapi ia tak kisah. Ia menyukai hal itu.

Mada yang hendak pergi ke bilik kecil terhenti mendengar suara pergerakan dari bilik yang baru saja ia lewati, ia mundur beberapa langkah, melirik kearah dalam bilik. Menampakkan Harvi yang tengah sibuk dengan urusannya itu tampak ia tengah memeluk beberapa pakaian, sayup sayup Mada mendengar

"Harvi sudah lama tidak sholat bareng kaka... Harvi kangen. Kangen sekali... Kenapa ya ko kita dipisahin begini... Harvi nyusulnya kapan?" Ujar Harvi lirih, Mada terdiam. Ia merunduk dalam, matanya mulai terasa panas karena menahan tangisnya. Mada menyadari perkataan adiknya itu. Ntah berapa lama ia tak melakukan kewajiban semua umat beragama pada umumnya. Mada merasakan hal bodoh pada dirinya, padahal ketika orang tuanya masih ada Mada lah yang menggebu-gebu memerintah adiknya itu untuk sholat, bahkan ia memaksa Harvi untuk belajar tata cara sholat. Mada dan ayahnya yang mengajari Harvi, tapi Mada lah yang paling semangat untuk membimbing adiknya itu. Karena Mada ingin sekali sholat berjamaah dengan Harvi, tapi kini? Mada sendiri yang meninggalkan shalat nya. Betapa bodoh dirinya. Mada bergegas menuju bilik mandi untuk mengambil wudhu. Batinya tergugah, ntah mengapa Mada segera ingin meminta ampun pada sang pencipta atas kebodahan-nya itu

**"

"Loh kaka?! Sudah bangun?" Tanya Harvi mendapati Mada yang tiba-tiba muncul di belakangnya dengan rambut depan yang basah dan beberapa bagian tubuhnya pun tampak basah.

"Mau sholat, kalo lo udah selesai pergi deh." Ujar Mada yang membuat Harvi membalakan matanya tampak tak percaya. Ia tersenyum sumringah. Gerigi nya tampak menghiasi senyumannya itu.

"Kakak mau sholat?" Tanya Harvi memastikan, Mada hanya mengangguk lalu mulai mengambil posisi untuk melakukan ibadah-nya itu. Harvi yang senang bukan kepalang langsung berdiri, ia keluar dari bilik tersebut. Membiarkan Mada untuk sendiri, agar ia bisa lebih leluasa dan merasa nyaman untuk beribadah.

***

"Vi! Gua berangkat. Gausah kemana mana!"  Teriak Mada sembari menyuraikan rambutnya di depan kaca jendela. Harvi pun bergegas menghampiri kakaknya itu untuk salam. Tampak Harvi berlari sembari membawa bongkahan es batu di telapak tangannya. Tampak tangan adiknya itu memerah karena menyentuh es batu tersebut dengan tangan kosong.

"Iya! Hati hati ya kaka..." Jawab Harvi sembari tersenyum kecil.

"Ngapain bawa es batu?" Bingung Mada

Harvi Where stories live. Discover now