Hujan.

1.2K 144 12
                                    

" udah Zora! Udah. Aku pusing, aku capek. Nanti kalau waktunya pasti aku lamar! Aku lamar." Sentak Mada yang benar-benar lelah dengan tekanan yang diberikan Zora setiap kali mereka bertemu dan membahas tentang masa depan keduanya. Ia juga mengusahakan hal tersebut, tetapi Kali ini Mada benar benar merasa lelah jika harus meng-iyakan segala keinginan kekasihnya itu, sesekali ia juga harus bertindak tegas.

"Kamu ko bentak bentak hah?! Udah ga sayang aku? Gara gara si cacat itu? Iya?! Kecewa aku Mada. Aku pulang sendiri, terserah kamu Mada! Udah capek aku nunggu kamu!" Tukas Zora sembari membanting helm yang ia bawa, keduanya tengah bertikai di tepi jalan, Mada sengaja menghentikan motornya untuk berbincang lebih nyaman dengan kekasihnya itu, bukanya mendapat jalan keluar, malah kini Zora berteriak teriak di tepi jalan. Membuat Mada merasa kesal.

"TERSERAH! KAMU PULANG SENDIRI. PULANG SAMA ORANG LAIN, TERSERAH!" Sentak Mada

"IYA! AKU PULANG! AKU PULANG SENDIRI! BAJINGAN KAMU MADA. AKU BENCI KAMU!" Teriak Zora sembari memendag motor Mada, suasana sore yang tampak mendung dan dingin kini kembali menjadi lebih petang karena ada dua sejoli yang tengah bertikai di bawah langit gelap itu. Zora pun segera meninggalkan Mada yang tampak lesu di atas sepedah motornya itu, Mada menatap punggung kekasihnya yang sudah mulai menjauh dari pandangannya.

"Zora... Kamu tuh." Gumam Mada, Mada pun menghapus air mata yang menganggu pandangan nya itu. Mada benar benar rapuh jika bersangkutan dengan perasaan hatinya, apa lagi jika bersangkutan dengan Zora, wanita yang paling ia cintai. Maka dari itu Mada merasa sakit jika harus bertengkar dengan kekasihnya itu.
Rintik-rintik hujan mulai turun membasahi bumi. Tak luput juga membasahi Mada, suasana hati Mada kian menjadi runyam. Mada berdecak kesal sembari mengendarai sepedah motornya itu, Mada mati-matian untuk menahan tangisnya itu untuk tidak turun deras, sederas hujan kali ini.

***

"WUIHHH! SEGER!!!" Teriak Harvi sembari meloncat loncat diatas rerumputan lapang itu, kini Harvi tengah asyik bermain di bawah guyuran hujan yang menyegarkan itu. Senyum Harvi tampak begitu riang dan bahagia.
Mada yang tengah mengendarai motornya itu terhenti ketika melihat seorang pemuda yang tengah meloncat loncat di bawah guyuran hujan di tanah lapang itu, Tubuh Mada kini juga ikut basah kuyup sebab guyuran hujan itu. Mada pun mulai menghampiri pemuda yang tampak familiar baginya.

"Harvi! Lo ngapain?!" Teriak Mada yang tak mau kalah dengan suara kencang hujan. Harvi menoleh kearah suara panggilan itu berasal. Mendapati sang kakak yang berada di atas sepedah motornya itu. Harvi mengusap wajah nya yang basah di guyur air hujan, Harvi mengulas senyum manis sembari menghampiri kakaknya itu.

"Kakak! Hihihi! Ayo main hujan-hujanan ayo? Asik tau! Segerrr." Ajak Harvi sembari menarik lengan Mada

"Enggak! Ayo pulang." Jawab Mada

"Udah ayo ka! Asik ko... Ayo! Sekali-kali! Sama Harvi ! Asik ka!!" Ajak Harvi, Mada pun mengangguk lalu mengikuti instruksi adiknya itu. Kedua pemuda itu berlari-lari di bawah guyuran hujan yang kian deras, tangan Harvi masih setia menggenggam tangan sang kakak. Keduanya berhenti di tengah lapangan. Harvi menautkan kedua tangannya itu, lalu berputar putar. Mada yang mendapati hal itu pun mengikuti Harvi untuk berputar searah. Mada tampak senang di bawah guyuran hujan itu, pasalnya. Hujan cukup membuat pikiranya tenang jika di nikmati dengan seksama. Dibarengi dengan lompatan lompatan kecil, gelak tawa keduanya terdengar tak kalah kencang dengan suara hujan. Harvi menatap mata sang kakak yang tampak begitu letih dan penuh penekanan, Harvi faham. Pasti Mada tengah bertengkar dengan Zora, terkadang Harvi lah yang mendapati Mada menangis di kamarnya setelah melihat Mada dan Zora bertikai sebelumnya, Harvi faham betul dengan kakaknya itu.

Harvi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang