Bunga terakhir.

913 152 27
                                    

Happy reading semuaa!

"Om? Kakak sama Jojo gimana? Baik kan?" Tanya Harvi yang baru saja sampai di rumah sakit, raut wajah cemas terlihat jelas dari wajah pemuda itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Om? Kakak sama Jojo gimana? Baik kan?" Tanya Harvi yang baru saja sampai di rumah sakit, raut wajah cemas terlihat jelas dari wajah pemuda itu. Theo bingung harus menjelaskan bagaimana, ia membuang nafasnya berat, Theo takut bila nantinya Harvi akan terkejut, dan tak dapat menerima kenyataan yang telah terjadi.

"Harvi... Maaf ya Om baru bilang sekarang. Tapi, Kakak nya Harvi dadanya sakit, mangkanya sering batuk. Organ dalam yang di buat nafas, itu rusak nak... Maaf ya Om ga pernah bilang."

"Kalau Jojo, sakitnya sudah lama sekaliiii. Tapi sayangnya Jojo bandel. Tidak mau minum obat, tidak mau di obatin. Jadinya, perutnya Jojo sering sakit, sayang nya, perut nya Jojo tadi sakit sekali. Sama kayak kakak, organ di dalamnya juga ikut rusak, jadi.. "

Harvi tertunduk lemas, nafasnya tersendat, Mencoba menghirup oksigen yang tak lagi manis, bahkan sudah menjadi racun saat ini, matanya yang indah itu mulai menitihkan gumpalan darah bening, ia menatap kosong. Dunia rasanya telah kehilangan warnanya, setiap tetesan air matanya adalah racun, semakin lama semakin terasa pedih, menggores pipinya yang pucat pasi, aliran air yang jatuh itu bukan hanya sekedar air mata, itu adalah arus deras yang membawa Amarah dan kesedihan, menghanyutkan serpihan dirinya yang langsung hancur, baru kemarin ia merasakan kebahagiaan, tapi kini kembali mendapat goresan lagi, sampai kapan ini terjadi? Ia benar-benar letih. Kedua insan yang paling ia sayang, kini tengah di ambang kematian.

Theo mencoba menenangkan Harvi, dengan cara memeluknya. Lalu menggosok punggung pemuda tersebut perlahan-lahan.

"Berdoa ya, Vi? Biar Jojo dan kakak cepat dapet donor, supaya cepat sembuh." Jawab Theo.

"Pak, maaf. Pasien sadar pak, pasien panggil panggil nama Harvi, keluarganya yang mana ya pak?" Ujar suster yang baru saja keluar dari ruangan tersebut. Harvi dan Theo segera menoleh ke arah suster itu berdiri. Theo meregangkan pelukan tersebut, lalu Theo mengangguk.

"Harvi mau liat Jojo! Harvi mau peluk Jojo Om..." Ujar Harvi

"Iya nak, iya... Harvi masuk ya?" Saut Theo dengan mata yang berbinar ketika melihat raut wajah Harvi yang biasanya menyiratkan suasana indah, kini menjadi muram dan penuh kesedihan. Theo pun mengajak pemuda tersebut untuk masuk ke dalam ruangan, dimana Johan terbaring.

Johan tampak tersenyum kecil ketika melihat wajah yang ia tunggu-tunggu itu di hadapannya, mungkin ini akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Harvi, Johan akan menikmati detik detik terakhirnya dengan Harvi, sedangkan Harvi gemetar hebat ketika melihat wajah Johan yang pucat, Harvi bergegas memeluk tubuh pria itu dengan erat, seraya berderai air mata.

"Harvi gimana kabarnya? Sehat?" Tanya Johan pada Harvi yang masih menganggap semua baik baik saja.

"Jojo bohong! Kalau sakit kenapa tidak bilang? Kenapa diam? Kan Harvi bisa antar Jojo periksa." Ujar Harvi seraya meregangkan pelukan tersebut, ia menghembuskan nafas gusar. Johan menggosok lengan pemuda yang amat ia sayang itu dengan lembut.

Harvi Donde viven las historias. Descúbrelo ahora