Gagal

1.2K 117 22
                                    

Dua bulan berlalu....

Malam itu suasana sudah mulai dingin. Harvi merenung seraya menatap kearah jalan raya di hadapannya, sesekali ia menggosok lengannya karena angin berdesir cukup kuat, sudah dua bulan berlalu. Tak terasa Harvi sudah menjalani kehidupan di jalan seperti ini, tidur di depan toko tak seburuk itu. Sekarang Ama menyediakan kursi panjang yang cukup nyaman untuk tidur, tak sama saat ia pertama kali tidur di depan toko dulu, hanya beralaskan kardus atau karpet, belum saat hujan turun dengan derasnya, badannya terkadang sering terasa remuk. Tapi ia tak bisa berhenti disini, sebelum ia mendapatkan uang dan menemui orangtua kandunya, ia tak kan menyerah semudah itu. Sudah dua bulan berlalu Mada tak pernah membalas pesan yang dikirim oleh Harvi, pesannya hanya di anggurkan. Harvi tak tahu dengan cara apa ia bisa bertemu dengan sang Kakak. Semoga diberi kesempatan nantinya.

"Lee... Kamu Ndak makan Tah?" Tanya Ama yang tiba-tiba muncul mengejutkan Harvi.

"Ama kenapa keluar? Dingin, Ama. Sudah malam ini, nunggu Om Teguh ya?" Tanya balik Harvi, Ama menggeleng pelan, ia menepuk pundak pemuda tersebut pelan, lalu memberikan beberapa lembar uang pada Harvi, Harvi membelalakkan matanya, mendapati lembaran uang yang banyak di tangannya

"Kenapa banyak sekali, Ama? Ini buat apa?" Tanya Harvi lagi.

"Harvi sudah bantuin Ama jaga toko, jualin rotinya, nemenin Ama. Bahkan buat roti, ini untuk kamu. Yang bulan lalu kamu tolak, sekarang diterima ya?" Jawab Ama sembari melengkungkan senyuman kecil. Harvi lagi lagi menggeleng, ia tak suka jika harus mendapatkan bayaran yang seharusnya tak ia terima, ini terlalu banyak baginya.

"Tapi setiap hari Harvi sudah dikasih uang, uang jualan roti keliling juga Ama kasih. Terus, Ama ngasih makan Harvi, Ama juga ngizinin aku tidur disini." Jawab Harvi, Ama mengangguk pelan lalu menggosok tengkuk pemuda tersebut perlahan-lahan.

"Ama ngasih hak kamu nak. Kamu terima ya? Ama seneng ada yang mau bantu Ama, maafin Ama ya? Kamu ga bisa tidur di dalem..." Saut Ama

"Harvi sudah berterima kasih sudah diterima disini. Di luar banyak yang gamau nerima Harvi, bahkan jijik deket-deket Harvi. Cuma Ama aja yang masih mau ngobrol sama Harvi sampe sekarang, terimakasih ya?"

"Kalau Harvi punya nenek pasti sebaik Ama. Harvi kalau izin minta di peluk boleh, Ama?" Tanya Harvi sembari mengulas senyum manisnya, tak luput lesung pipi menghiasi wajah manis pemuda tersebut, Ama mengangguk. Pertanda setuju.

"Terimakasih ya Ama... Terimakasih sekali." Ujar Harvi sembari memeluk tubuh wanita tua itu erat, Ama membalas pelukan tersebut dengan hangat, sembari mengusap kepala pemuda tersebut dengan penuh kelembutan.

"Buk!" Sentak Teguh yang tiba-tiba datang, ntah dari mana, mengejutkan keduanya, Harvi langsung meregangkan pelukan tersebut, ia cukup ketakutan jika harus berhubungan dengan Teguh, dari tatapannya. Tampak ia begitu membenci dirinya, sama seperti tatapan kebanyakan orang terhadapnya. Harvi sedikit terhentak lalu merunduk, tak berani menatap kearah Teguh.

"Masuk buk. Dingin gini kok diluar!" Ujar Teguh

"Kamu dari mana sih, Guh. Kebiasaan, kalau pulang jangan teriak teriak, Ibuk udah bilang kan? Harvi ga bisa denger suara keras keras." Jawab Ama

"Hadehhhh! Iya iya. Udah masuk sana! Biarin ni bocah tidur sini." Saut teguh, Ama pun menuruti perintah sang anaknya itu. Ama mulai masuk kedalam toko tersebut, menyisakan Harvi dan Teguh, Teguh pun mendekati Harvi, lalu duduk disebelah nya.

"Lo gajian? Dikasih ibuk berapa?" Tanya Teguh sembari melihat ke arah tangan Harvi yang tampak menggenggam sesuatu, Harvi mengangguk lalu membuka genggamannya itu.

"Om mau? Ama sudah baik ke Harvi, Om bisa ambil ini. Buat ganti biaya makan dan tidurnya Harvi selama disini." Tanya Harvi sembari mengulas senyum kaku. Mencoba mengakrabkan diri dengan Teguh, Teguh merasa kebingungan dengan sikap pemuda tersebut, Harvi memberikan semua uang yang ia pegang kepada teguh secara cuma-cuma, Teguh tanpa ragu menerima uang tersebut tapi masih merasa kebingungan.

Harvi Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon