85. Holiday is over

3.2K 457 12
                                    

Siapa bilang jika setelah piknik itu semua menjadi terasa fresh saat masuk kantor kembali di hari Senin? Kenyataannya Gavriel tidak merasa begitu. Yang ada pagi ini ia merasa ngantuk berat ditambah badannya yang terasa remuk redam seperti baru saja dipukuli beramai-ramai. Ia baru sampai di Jakarta kembali pukul tiga dini hari. Dan sekarang pukul setengah delapan pagi ia sudah ada di kantor. Andai saja bisa, ia ingin meminta ijin tidak berangkat ke kantor. Sayangnya Gavriel sadar jika ia sudah terlalu sering mangkir dari jam kerja sejak Gadis hadir kembali di hidupnya. Karena itu ia terpaksa mengurungkan niatnya itu.

"Badannya kaku-kaku ya, Pak?"

Sebuah pertanyaan yang berasal dari sebuah suara yang Gavriel kenal sebagai suara Alena membuat Gavriel menoleh. Benar saja, teman Gadis yang satu ini sudah menatapnya dengan tatapan aneh dan Gavriel yakin jika perempuan ini pasti memiliki pemikiran yang aneh-aneh tentangnya dan Gadis selama weekend kemarin.

"Enggak."

"Enggak salah 'kan, Pak? Makanya, Pak banyakain pemanasan dulu sebelum olahraga malam. Pastikan juga anaknya sudah bobok beneran sebelum Ayah dan Bundanya olahraga malam."

"Lama-lama lo gue nobatin jadi ketua bigos kantor kita, Len," kata Gavriel sambil mulai memasuki lift yang sudah terbuka.

Sambil berjalan mengikuti Gavriel, Alena sudah tertawa lepas pagi ini. Terlebih sejak siang kemarin ia sudah puas menggoda Gadis meskipun hanya melalui pesan-pesan yang ia kirimkan di telegram, siapa sangka jika pagi ini ia masih diberikan hiburan oleh Tuhan dengan bertemu dengan Gavriel di parkiran basemen kantor mereka. Tentu saja Alena tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk menggoda Gavriel habis-habisan. Selama jam kerja belum dimulai maka, mode pimpinan dan bawahan akan Alena lupakan sejenak. Ia ingin menggoda Gavriel layaknya teman saja.

"Oh, boleh juga itu, Gav. Soalnya gue sudah capek jadi runner up perawan tua di kantor kita."

Gavriel menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Alena ini. Ia tahu bahwa di kantornya ada rekan kerja mereka yang bernama Ani yang bertugas di bagian credit analyst ini lebih senior dari dirinya dan Alena dari segi usia dan lama bekerja di tempat ini. Di usianya yang sudah menginjak 44 tahun, Ani masih betah melajang. Ani yang mendapatkan sebutan 'Emak Galak' dari anak-anak marketing membuatnya sulit diajak bercanda seperti Alena yang dengan senang hati memamerkan statusnya yang betah melajang meskipun sudah 34 tahun ini.

"Kalo lo mau jadi yang nomer satu, coba lo carikan jodoh buat bu Ani dulu. Atau kalo lo mau pensiun, coba lo cari laki-laki jangan tinggi-tinggi kriterianya."

"Masalah gue itu bukan soal kriteria yang tinggi tapi lebih ke kriteria gue itu tergantung drakor sama dracin yang lagi on going, Gav. Jadi laki-laki idaman gue itu beneran susah nyarinya karena berubah-ubah."

Astaga,
Gavriel tahu bahwa Alena adalah seorang penggila drakor dan dracin, tapi mendengar jawaban Alena ini ada sedikit rasa syukur di dalam diri Gavriel karena Gadis bukan seorang wanita yang mewajibkan dirinya setiap hari menonton televisi hingga drama-drama yang sedang on going baik di televisi swasta negara ini yang bisa di tonton gratis hingga yang sedang tayang di channel berbayar.

Gavriel menggelengkan kepalanya sambil menatap Alena yang sebenarnya cantik, hanya sayangnya sedikit gila saja untuk wnaita berusia 34 tahun.

"Jangan lihatin gue begitu, nanti lo berpaling dari Gadis ke gue," ucap Alena sambil bercermin dengan kamera depan handphonenya.

"Mending jadi bujang lapuk daripada punya pasangan modelan lo begini, Len."

Setelah mengatakan hal itu, Gavriel segera keluar dari lift karena pintu lift baru saja terbuka. Alena yang menyadari Gavriel berlalu bergitu saja meninggalkannya segera menyusul. sambil berlari kecil, Alena memanggil-manggil Gavriel. Untung saja usahanya ini sukses karena Gavriel menghentikan langkah kakinya dan ia membalikkan tubuhnya.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now