90. Ada yang ketahuan

3.5K 496 23
                                    

"Son, coba lo cek deh ke depan. Si Gavriel sudah sampai apa belum?" Minta Aditya pada Wilson yang berjalan di sampingnya setelah mereka keluar dari studio music.

"Kalo lo sendiri bisa, kenapa harus gue?"

"Karena gue harus susulin teman lo yang lagi di dapur itu."

Setelah mengatakan itu, Aditya memilih menyusul Elang ke dapur sedangkan Wilson segera berjalan menuju ke arah ruang tamu. Ia buka pintu utama dan mengedarkan pandangannya di sekitar halaman depan. Kosong. Tidak ada mobil Gavriel di tempat ini. Ia kembali masuk ke rumah dan menunggu di ruang tamu sambil bermain game hingga beberapa menit kemudian ia mendengar suara mobil memasuki halaman rumah. Wilson menunggu Gavriel memasuki rumah, sayangnya beberapa menit menunggu sosok Gavriel tak kunjung terlihat juga. Akhirnya dengan berat hati Wilson mematikan handphonenya dan berdiri dari sofa yang ia duduki. Ia berjalan ke depan dan kala sampai di dekat pintu, matanya justru menangkap sebuah pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat. 

"Bangke, kenapa gue harus lihat orang kokop-kokopan begini malam-malam?" oceh Wilson yang membuat dirinya memilih kembali memasuki rumah.

Lebih baik dirinya tidak mengganggu kegiatan Gavriel dan Gadis malam ini. Sambil berjalan memasuki ruang keluarga, Wilson berharap semoga saja Lean yang sedang memejamkan mata di dalam pangkuan Gadis benar-benar sedang tertidur karena pemandangan yang ia lihat benar-benar tidak ramah anak, apalagi untuk anak balita.

Di waktu yang sama di dalam mobil Gavriel, Lean yang bergerak dalam pangkuan Gadis membuat Gavriel langsung menarik bibirnya dari atas bibir Gadis. Entah berapa lama mereka berciuman karena kini yang bisa Gavriel lihat di hadapannya adalah bibir Gadis yang tampak lebih bengkak karena lamanya mereka berciuman. Gavriel harus bersyukur karena Leander ada di dalam pangkuan Gadis kala ia mencium Gadis secara brutal malam ini. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi. Minimal tangannya pasti sudah mengeksplorasi kedua gunung kembar Gadis yang berukuran medium ini.

Bukannya meminta maaf atas apa yang baru saja ia lakukan, Gavriel justru diam sambil menatap Gadis yang sudah lebih dulu menatapnya. Dari sorot mata Gadis, Gavriel tahu jika Gadis masih betanya-tanya tentang kejadian barusan itu nyata atau tidak.

"Kita turun sekarang," ucap Gavriel dengan susah payah yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Gadis.

Setelah berhasil turun dari mobil, Gavriel segera menuju ke arah sisi pintu penumpang depan. Ia membantu Gadis membukanya. Begitu pintu terbuka, Gavriel segera mengambil Leander dari pangkuan Gadis. 

"Thanks, Gav," ucap Gadis kala Gavriel sudah berhasil mengambil Leander. 

Gavriel menganggukkan kepalanya dan ia segera berjalan menuju ke pintu utama rumah Elang yang anehnya dalam kondisi terbuka malam hari ini. Gadis yang melihat Gavriel sudah berjalan lebih dulu bukannya segera menyusul, tetapi dirinya justru mengambil tas milik Leander yang ia taruh di kursi penumpang belakang mobil. Setelah memastikan tidak ada barang-barang milik Leander yang tertinggal, Gadis segera melangkahkan kakinya untuk menyusul Gavriel.

Sepi. Itulah hal pertama yang Gadis temui begitu memasuki pintu utama rumah. Gadis ucapkan permisi namun tidak ada yang menjawab. Mau tidak mau, Gadis segera berjaan lebih dalam memasuki rumah ini hingga sayup-sayup ia mendengar suara orang yang tengah mengobrol dari ruang tengah.

 "Sial, nasib gue apes banget sih. Malam-malam malah lihat orang kokop-kokopan di dalam mobil."

"Gavriel yang ciuman, tapi lo yang napsu 'kan?"

"Kagak lah. Gue enggak sepolos itu. Masa lihat orang ciuman aja dedek gue bangun."

"Halah, lo itu lihat kambing dikasih lipstik juga paling pingin lo sosor juga."

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now