91. Divorce Party

3.6K 462 27
                                    

Malam ini Gadis duduk di kursi penumpang depan mobil. Di sampingnya ada sosok Gavriel yang sedang menyetir sedangkan di belakang ada Aditya, Wilson dan Elang. Sesekali Gadis melirik ke arah Gavriel yang tampak tenang saat mendengar Wilson sudah bernyanyi dengan suara sumbangnya.

Dahulu terasa indah...
Tak ingin lupakan...
Bermesraan s'lalu jadi...
Satu kenangan manis...

"Itu lyrics lagu awal Ada Band cocok banget buat Adit kayanya."

"Maksud lo apa?"

"Ya 'kan dahulu memang terasa indah sebelum Tuhan kasih musibah," ucap Elang yang membuat Adit sudah menatapnya dengan tatapan nyureng. Hal ini sukses membuat Elang meralat ucapannya. "Eh, salah-salah, maksudnya bukan musibah tapi anugerah. Tenang, Dit... tenang, gue belum punya keinginan untuk buat lo bobok manis di ruang jenazah, soalnya susah cari teman kaya raya dan baik hati kaya lo ini."

Wilson yang mendengar itu langsung menyambar dengan ejekannya, "Prett... mana ada orang baik hati tapi begitu kelakuannya. Setan aja insecure sama kelakuan Adit pas umur 19 tahun."

"Kalo enggak ada Gadis sudah gue tonjok mulut lo berdua."

"Jangan, Dit... tampang ganteng paripurna ini modal buat dekati Chava yang kiyowo."

"Ingat umur, Son... Mending kakaknya yang bemper depannya segede kelapa tambah seksi pula. Adiknya terlalu lurus buat lo," ucap Elang secara cepat. Rasanya ia benar-benar tidak tega jika melihat Chava yang termasuk kategori cewek sehijau hutan hujan tropis kalimantan ini berhadapan dengan cowok yellow flag seperti Wilson. 

Gadis hanya bisa memegang keningnya selama mendengarkan percakapan tiga orang di belakangnya ini. Ia baru tahu ternyata circle laki-laki nyatanya sama saja dengan circle para perempuan. Bedanya hanya mereka tidak baper dengan obrolan-obrolan yang menjurus. Gadis terus mendengarkan obrolan tiga orang di belakangnya ini yang semakin lama semakin lupa bahwa dirinya dan Gavriel juga ada di dalam mobil yang sama.

Saat berhenti di lampu merah, Gavriel menoleh ke arah Gadis. Seketika ia tersenyum karena menyadari jika Gadis sedang berusaha untuk bersabar dan mengerti dengan situasi mereka saat ini. Gavriel angkat tangan kirinya untuk mengelus lengan kanan Gadis naik turun. Apa yang ia lakukan ini sukses membuat Gadis menoleh ke arahnya. Gavriel hanya bisa tersenyum sambil mengucapkan kata "sabar" secara pelan.

Meskipun respon Gadis hanya menganggukkan kepalanya namun di dalam hati ia sudah berbicara, "Kalo bukan karena kamu dan Lean, aku sudah pilih berhenti di pinggir jalan."

Gavriel kembali melajukan mobilnya kala mobil yang berada di belakangnya sudah membunyikan klakson. Karena Gavriel tidak mengatakan tujuan mereka keluar malam ini ke mana, Elang akhirnya sudah memberikan ide di mana mereka bisa menghabiskan waktu malam hari ini.

"Kita karaoke aja kali ya ke tempat gue malam ini."

Oh, tidak...
Wilson tak akan sanggup mendengarkan suara Elang yang benar-benar fals ini bernyanyi malam hari ini. Terlebih Elang termasuk orang yang menyukai music-music koplo. Lebih baik mereka menghabiskan waktu di club malam miliknya. Itu jauh lebih baik untuk merayakan sebuah pesta meskipun pesta perceraian.

"Minum aja di tempat gue. Biar sesuai sama temanya divorce party. Kita party malam ini sampai pagi."

Adit yang menyadari jika Gavriel dan dirinya tidak mungkin minum minuman beralkohol apalagi sampai mabuk karena besok pagi mereka harus berangkat ke kantor lalu mencoba memberikan sebuah solusi.

"Ke Villa gue yang di Puncak aja. Bisa karaoke sama minum."

Gavriel menghela napas panjang kala mendengar perdebatan ketiga temannya itu. Namun saat mobil Gavriel justru memasuki kawasan perumahan tempat Gavriel tinggal, ketiga temannya langsung saling berpandangan dan pikiran mereka sibuk bertanya-tanya kenapa Gavriel justru mengajak mereka kembali pulang ke rumahnya? Tempat ini benar-benar jauh dari prediksi Aditya, Wilson apalagi Elang.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now