100. Membuat Gavriel Cemburu

3.3K 466 25
                                    

"Satu jam lagi kita akan jemput kamu di lobby hotel ya, Dis. Kamu bisa siap-siap dari sekarang. Nanti kita sarapan dulu sebelum ke rumah sakit."

Perkataan Gavriel kala menelepon Gadis ini membuat Gadis yang sebenarnya masih mengantuk pagi ini segera menuju ke kamar mandi. Kenapa sih Gavriel begitu mendadak memberikan informasi kapan mereka akan menjemputnya di lobby. Dengan seperti ini, mau tidak mau Gadis hanya mandi secepat yang ia bisa. Tidak sampai lima belas menit di dalam kamar mandi, Gadis segera keluar dari sana untuk menuju ke arah cermin serta hairdryer berada. Ia mengeringkan rambutnya yang basah. Selesai melakukan itu, Gadis segera memakai pakaiannya.

Menyadari jika ia akan pergi bersama banyak laki-laki, Gadis memilih menggunakan pakaian yang sopan dan jauh dari kata seksi. Semua yang ia bawa adalah celana panjang jeans serta t-shirt lengan panjang. Gadis tidak peduli jika ia tidak terlihat modis apalagi cantik. Yang penting ia merasa nyaman dan aman dari tatapan-tatapan orang-orang disekitarnya.

Pukul setengah delapan pagi, Gadis turun ke bawah untuk sarapan pagi. Toh Gavriel juga belum datang sampai dengan saat ini. Sambil menikmati semangkok soto lamongan dan teh manis, Gadis mencoba memberanikan dirinya untuk menghubungi Pradipta. Mau tidak mau ia harus meminta ijin dan meminta nama kamar tempat mantan mertuanya di rawat saat ini. 

Gadis bersyukur karena Pradipta mau mengangkat teleponnya dan memberikan informasi di mana orangtuanya di rawat. Tak banyak yang Gadis katakan selain terimakasih kepada mantan suaminya itu.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Aditya sedang menyetiri ketiga temannya. Sebenarnya ia malas melakukan itu apalagi ditengah-tengah kemacetan kota Surabaya yang panasnya meskipun pagi ini sudah terik bagi dirinya.

"Setelah dari hotel, gue enggak mau nyetir lagi. Terserah  kalian siapa yang mau lanjut nyetir."

"Ya Gavriel dong, masa gue yang harus nyetir. Secara nanti Gadis yang duduk di depan."

"Betul juga sih ini. Kapan lagi kita disetirin kepala cabang bank."

Gavriel memilih mengabaikan semua ini hingga akhirnya hanya satu pesan yang ingin ia sampaikan dan jangan sampai teman-temannya ini kelepasan untuk berbicara.

"Terserah, pokoknya jangan sampai lo bertiga bocor masalah celana dalam renda warna ungu kemarin. Sekali ada yang bocor bakalan gue kick off dari group."

"Kalo enggak lo ingetin lagi juga gue tadi sudah lupa, Gav."

Komentar Elang berhasil membuat Wilson dan Aditya tertawa. Sial, jika bukan karena Gadis, Gavriel tidak akan mau dirinya dipermalukan seperti ini. Untuk membuat teman-temannya diam, Gavriel mengangkat handphonenya dan meminta Gadis untuk turun ke lobby. Apa yang Gavriel lakukan ini suskes membuat teman-temannya berhenti berbicara satu sama lain.

Saat Aditya berhasil memarkirkan mobilnya di area parkir salah satu hotel di kawasan Gubeng, Gavriel segera turun dari mobil diikuti ketiga temannya. Saat ia memasuki lobby, Gadis langsung memanggil Gavriel. Melihat Gadis yang tampak ceria pagi ini, sebuah senyum langsung terukir di wajah Gavriel. Wilson yang menyadari apa yang terjadi di depannya ini hanya bisa menghela napas panjang.

"Melihat senyum Gavriel yang shimmer-shimmer shimmering ketemu Gadis pagi ini, bikin jomblo kaya gue mau nangis di pojokan."

"Tenang, Son. Lo enggak usah nangis. Mereka aja yang kita deportasi ke Mars."

Suara berdeham yang dibuat Aditya menjadi tanda bahwa ia meminta Wilson dan Elang diam. Lagipula Gadis sudah hampir sampai di hadapan mereka berempat. Begitu Gadis sampai di dekat mereka, kelakuan Gavriel benar-benar berhasil membuat Elang, Wilson dan Aditya membuka mulut mereka karena saat Gadis mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Gavriel, yang ada Gavriel justru langsung memeluk Gadis dengan kedua tangannya. Sepertinya bukan hanya ketiga teman Gavriel yang kaget melihat semua ini, namun Gadis juga merasakan hal yang sama. Ia bahkan menegang di dalam pelukan Gavriel. Apalagi Gavriel memeluknya dengan begitu erat hingga Gadis merasa kesulitan bernapas. Tinggi Gavriel yang lebih dari 180 centimeter dan berbadan lebar ini sukses membuat Gadis tenggelam di dalam pelukannya.

From Bully to Love MeOnde histórias criam vida. Descubra agora