BAB 4 - Revisi

88.9K 3.9K 30
                                    

BAB EMPAT

       Hari sudah menjelang pagi dan sinar matahari menembus masuk ke dalam celah-celah gorden kamar. Tara membuka matanya perlahan. Tidak lama setelah itu perutnya berbunyi, menandakan bahwa dia lapar. Wanita itu bangkit dari kasur dan berjalan ke arah pintu. Dia sendiri tidak tahu apakah Ravel yang jahat itu mengunci kamar tamu ini atau tidak.

Yang jelas, dia benci dengan perlakuan Ravel yang mengurungnya bagaikan seekor binatang di apartemen sialan ini. Setelah berunding dan beradu mulut sampai-sampai rasanya Tara ingin menghunjam tubuh Ravel dengan garpu, keputusan akhirnya tetaplah sama. Dia tidak diperbolehkan untuk keluar dari tempat ini, kecuali kalau nekat ingin terjun bebas. Mau bagaimana lagi, Ravel beralasan bahwa dia hanya ingin memastikan sesuatu. Setelah itu, dia akan melepaskan Tara.


Sudahlah... memikirkan hal seperti itu malah membuatnya semakin lapar. Lebih baik Tara pergi ke dapur dan menghabiskan seluruh isi kulkas supaya pria itu menyesal telah mengurungnya di sini. Mungkin saja karena menyesal, Ravel akan melepaskannya.

Who knows? Kesempatan itu selalu ada, 'kan?

Pelan-pelan, Tara mencoba untuk membuka gagang pintu kemudian dia tersenyum lebar.

Gotcha!

Ravel tidak mengunci pintu kamar. Tara berpikir sejenak, dengan begini tentu saja dia bisa melenggang ke dapur dan menghabiskan semua isi kulkas karena perutnya memang sangat lapar. Kalau saja daging Ravel bisa dimakan, mungkin Tara sudah mencincangnya dan menjadikannya sebagai sarapan.

Seketika Tara tersenyum licik sembari membatin. Dia akan membuat Ravel menyesal karena telah membawanya ke apartemen ini.

Mm... asik nih kayaknya kalau Ravel marah karena gue buka kulkasnya tanpa izin. Biar tahu rasa, tuh. Siapa suruh ngurung gue di sini. Mampus seisi kulkasnya gue habisin, kalau perlu pintu kulkasnya sekalian gue telan.

Tanpa mempedulikan apa-apa lagi, Tara langsung keluar dari kamar dan setengah berlari menuju dapur. Jujur saja, ada rasa takjub begitu Tara membuka kulkas dan melihat isinya yang penuh dengan makanan serta camilan matcha kesukaannya. Sebelumnya, Tara menduga kalau pria seperti Ravel pasti lebih menyukai fast food sehingga kulkasnya kosong melompong atau hanya berisi sisa-sisa botol alcohol. Nyatanya, sekarang dugaannya itu salah. Wanita berambut panjang dengan tinggi semampai itu bahkan sampai bingung untuk memilih camilan pengisi perutnya, sampai akhirnya, pilihannya terjatuh pada sekotak susu full cream yang masih bersegel.

Tanpa menuangkannya ke gelas, dia langsung membuka segel dan meneguk susu sapi kemasan itu hingga tandas. Kemudian kotak susu yang telah habis tersebut dimasukkan kembali ke dalam kulkas, menyebabkan kulkas menjadi tampak berantakan. Saking isengnya pada Ravel, dia bahkan sengaja membiarkan pintu kulkas terbuka begitu saja agar tubuhnya dapat merasakan sejuk udara yang dihasilkan oleh si mesin pendingin.

Biar nyesel lo ngurung gue di sini, Rav, ucapnya dalam hati dengan senyuman evil. Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya dari belakang dan spontan membuat Tara terlonjak kaget hingga wanita itu menjerit histeris.

"Argh!!! Apa-apaan sih main megang-megang bahu gue segala?!" maki Tara begitu dia menoleh, dan menyadari bahwa orang yang membuatnya kaget adalah Ravel. Tara risih dipegang lelaki itu, ditepisnya kuat-kuat tangan Ravel yang semula mendarat di bahunya. "Gila ini orang. Pagi-pagi udah mau modus, ya?!"

"Modus, ndasmu. Ngapain pagi-pagi begini lo buka kulkas gue?" tanya Ravel yang masih dibalut setelan piyama berwarna biru gelap. "Mau nyuri, ya? Terus kenapa pintu kulkas nggak lo tutup?"

Bad Boy in Black TuxedoWhere stories live. Discover now