BAB 8 - Revisi

67.2K 2.9K 43
                                    

Tara bersenandung ria sepanjang perjalanan. Dengan suka cita ia menyanyikan lagu yang sedang naik daun akhir-akhir ini, Despacito—dari awal hingga usai. Membuat Ravel sempat melongo dan takjub akan kelihaian lidahnya. Meskipun lihai, harusnya Tara mencari tahu terlebih dahulu arti liriknya yang menjadi "topik hangat" sebelum menyanyikannya. Oke, lupakan. Back to the laptop.

Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman Tara. Oh, andaikan semua orang dapat melihat betapa berseri-serinya wajah wanita itu hari ini. Mungkin mereka akan langsung terlena. Seperti Ravel yang semakin tidak rela melepaskannya.

Bertolak belakang dengan Tara, wanita berumur dua puluh empat tahun itu merasa sangat lega karena akhirnya dapat terbebas dari Ravel yang jutek dan kasar. Sebenarnya, Ravel tidak kasar, dia hanya terlihat lebih ganas. Atau liar? Mungkin juga menggoda? Entahlah, pria itu juga tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori dingin. Pokoknya dia biasa-biasa saja, layaknya pria normal lainnya.

Oke, Ravel tidak normal. Dia mencuri ciuman pertama Tara dan wanita itu begitu menyesali ciuman mereka.

Bukan karena hilangnya kesucian bibirnya—cie elah, bibir pakai kesucian segala—melainkan setiap kali dia menatap wajah Ravel, maka dia akan menelan ludah karena tidak sanggup mengalihkan pandangan dari bibir pria itu. Sial. Bibir itu mengalihkan dunia Tara.

"Ini saat yang lo tunggu-tunggu, 'kan?" tanya Ravel, masih fokus menyetir. Sebuah kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.

Tara mengangguk dengan ekspresi girang yang begitu kentara. "Jelas. Gue bersyukur karena ternyata lo nggak ngejual gue, nggak tahu deh gimana reaksi nyokap gue pas dengar kabar anaknya dijual."

"Dapat dipastikan nyokap lo langsung kejang-kejang," kekeh Ravel geli. "Atau bisa aja dia nggak peduli sama sekali."

"Heh! Amit-amit mulut lo! Lancang banget ya ngatain nyokap gue kejang-kejang." Tara refleks hendak menepuk bibir Ravel, namun pria itu berhasil menahan tangannya.

"Gue kan emang ngomong apa yang sebenarnya bakal terjadi kalau nyokap lo tahu anaknya dijual ke random people. Apa salahnya?"

"Lo ngomongnya kayak lagi ngedoain nyokap gue."

"Iya, iya, sorry, Tara. Cowok emang selalu salah, deh," kata Ravel mengalah, lelah meladeni Tara yang keras kepala. "Mendingan gue diam aja."

"Bagus, cause you better shut up."

"I'd better kiss you than shut up, Tara."

***

Jangan lupa follow, vote, and comment, sayang. Mamaciw

Bad Boy in Black TuxedoWhere stories live. Discover now