lima

6K 355 4
                                    

Mas Reyhan mengantarkan aku pulang pukul empat soreh dia mengantarku sampai dalam rumah aku bilang itu berlebihan tapi dia tetap turun dari mobilnya katanya ingin bertemu dengan ayah dan ibu, di rumah reyhan menyalami kedua orang tuaku dan langsung berpamitan pulang.

"Nasya... bolehkah aku nanti malam menelponmu..." dia mengucapkan itu saat aku mengantarnya di depan pintu, aku langsung mengangguk sambil mengeluarkan senyum termanisku pertanda boleh sebelum memasuki mobilya Mas Reyhan melambaikan tangannya ke arahku, aku tertawa melihat hal itu dia seperti seorang suami yang meninggalkan istrinya untuk bekerja.

20:21 WIB.

Aku baringkan badanku di atas kasur, baru ingin memasang angan angan nada hp ku sudah berbunyi di atas meja rias, Mas Reyhan nama itu tertera di layar smart phone ku, bibirku langsung membentuk senyuman.

"Assalamualaikum...." salam dia selalu tidak pernah lupa mengucapkan salam saat telefon sudah tersampung, hal itu yang membuat aku suka mengangkat telfon darinya.

"Waalaikumsalam... ingin memberitau bahwa Mas Reyhan udah sampai di rumah dengan selamat lagi..." ucapku sembarangan.

Aku mendengar gelak tawa dari sebrang hpku, sekali lagi aku hanya membayangkan bagaimana dia tertawa tanpa bisa melihat aslinya.

"Emmm Nasya sedang apa sekarang...?? Pertanyaan yang selalu membuat aku bosan, pertanyaan itu yang selalu di lontarkan seseorang bila bertelfon tapi bila Mas Reyhan yang menanyakan hal itu padaku seperti ada yang beda rasanya seperti ada masako dan mecinnya sehingga terasa gurih.

"Ngak ngapa ngapain mas... sedang telfonan aja sama Mas Reyhan... Mas Reyhan sendiri sedang ngapain..." pertanyaan itu aku balikkan.

"Mas baru selesai mandi nih belum sempat pakai baju lagi..." apa apaan orang ini, apakah penting tidak memakai baju terus di ungkapkan sama aku ada gila gilanya orang ini, batinku

"Nasya.. halo..." suara reyhan terdengar lagi.

"Hmm iya... mas..." jawabku

"Hmm bay the way, thank you this day, relly im very happy..." suaranya lirih tapi aku dapat mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan mas reyhan.

"Iya sama sama...." hanya itu jawaban yang bisa aku berikan.

"Nasya...."

"Iya..." aku menyhut lagi

"Bisakah kita memulai semuanya, aku tau mencintai Mas bukanlah hal yang mudah begitupun juga sebaliknya Mas mencintai Nasya juga tidak muda maukah Nasya mencoba hubungan ini...??" Apa yang di katakan Mas Reyhan sekarang ini lah aku sedang memulainya aku sedang mulia mencintai Mas Reyhan.

"Yah Nasya akan coba... tapi Mas jika nanti hubungan kita tak sampai ke pelaminan mohon Maafkan Nasya...."

"Kita serahkan saja semuanya pada yang di Atas... Allah yang mengatur segalanya..." selesai berbicara Mas Reyhan mematikan sambungan telfonnya.

Aku taruh hp ku di atas meja di samping ranjang, tanganku ku selipkan di bawa kasur di situ aku mendapatkan foto yang ku simpan rapat, foto usang yang mengingatkan ku memori dulu saat aku duduk di bangku sma. Di foto itu Alan sedang merangkul bahuku sampil tersenyum, ini saatnya aku memulai hidup baru, tanpa ada bayang bayangmu.

Alan adalah teman terbaikku sekaligus cinta pertamaku yang membuatku tidak bisa move on darinya sampai sekarang.

Aku berkenalan dengannya saat duduk di bangku SMA, kita di pertemukan dalam kegiatan osis sekolah dimana dia saat itu menjabat sebagai fotografer sekolah, dan aku seorang jurnalis.

Kepribadiannya yang baik dan ramah membuatku merasa nyaman berada di sampingnya, tak terasa benih benih cinta itu tumbuh, hingga tiba di suatu masanya kita harus berpisah.

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang