Ext part

14.6K 584 37
                                    

Kejutan untuk kalian smua yang kemarin komen minta ext part di part THE ENDING, silakan menikmati.

Kepergian Nasyah membawa perubahan yang dasyat pada diri Reyhan, ia kehilangan separuh dari jati dirinya.

"Reyhan kamu ngak bisa kayak gini terus... Fabian anak mu darah dagingmu...." ucap Bela, ia sudah berulang kali mengingatkan Reyhan untuk menjenguk Fabian putranya, namun Reyhan menolak, sedikitpun Reyhan tidak mau bertemu dengan anaknya bahkan sampai dua tahun berlalu.

Fabian sejak pertama kali di lahirkan sudah di serahkan ke Herman dan Halimah, Reyhan tidak sangup merawat Fabian seorang diri, kepergian Nasyah tertalu memukul hatinya bahkan sampai detik ini juga, maka dari itu ia memutuskan menyerahkan anaknya pada mertuanya, Herman dan Halima juga tidak keberatan dengan keputusan Reyhan, namun yang membuat Herman sedih adalah sudah terlalu lama Reyhan tidak bisa bangkit dari keterpurukannya, kenyataan semakin memburuk saat Reyhan memutuskan untuk keluar dari Rumah sakit tempatnya bekerja.

"Aku belum siap ketemu dia...." jawab Reyhan lirih, selalu jawaban itu yang didapatkan Bela saat ia menyuruhnya menjenguk Fabian.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini terus, Nasyah mengorbankan nyawanya untuk melahirkan Fabian, tapi apa yang kamu perbuat kamu menghancurkan semuanya.." Bela sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, kesabaranya sudah habis di buat anaknya "Rey kamu anak mamah bayangkan bagaimana perasaanmu waktu kecil dulu saat mamah mengabaikanmu satu hari, sakit bukan....?" Bela melihat raut wajah Reyhan yang berantakan "Fabian dua tahun kamu abaikan dia bagaimana perasaanya, Dia terlalu kecil untuk merasakan penderitaan Rey...." Reyhan diam, matanya menerawang ke luar balkon "mamah ngak habis pikir bisa melahirkan seseorang seperti kamu, mamah menyesal...." lanjut bela lagi, tas tangan yang dari tadi tergeletak di meja di tariknya, ia bergegas pergi meninggalkan Reyhan.

Sama seperti hari hari sebelumnya jawaban yang di dapat Bela tetap sama, Bela selalu berharap bahwa anaknya dapat bangkit lagi dan memulai hidup yang baru bersama Fabian putranya.

Reyhan membuka hpnya saat mendengar nada sms di sana.

Tgl 25, Fabian ulang tahun, aku ayah dan ibu sangat berharap mas reyhan datang.

-Fina.

Reyhan melemparkan hpnya di atas kasur, seperti biasa bila setresnya kambuh ia akan berjalan jalan keliling jakarta sambil menyesap rokoknya sampai habis berbatang batang rokok, baru ia pulang dan menidurkan badanya yang ke lelahan.

Sudah seminggu sejak mamahnya datang menjenguk, Reyhan selalu tergiang ngiang ucapan Mamahnya, kata kata itu seperti mantra yang bisa membuatnya mendadak pusing.

"Den makan dulu sudah dari kemarin Den Reyhan belum makan... mubazir juga makanannya bila harus di buang terus den...." ucap Bik Sumi dengan nada sopan.

Reyhan tidak menyahut ia hanya diam dan berlalu begitu saja, kehidupan Reyhan begitu berantakan makan tidak teratur dan terlalu banyak mengkonsumsi rokok.

Pukul tiga soreh bel pintu rumah Reyhan terdengar berbunyi berkali kali, Reyhan yang membuka pintunya sendiri langsung terpental karena tamu yang datang langsung melayangkan pukulan ke pelipis Reyhan, hingga ia jatuh ke lantai.

"Ini untuk Fabian, dan ini...." Alan melayangkan pukulan lagi di tempat yang sama "untuk orang bodoh yang tidak tau pengorbanan seorang yang mencintainya"

Reyhan meringis merasakan kesakitan di pelipisnya.

"Apa sudah puas...." ucap Reyhan sambil memegang pelipisnya yang berdenyut.

"Belum... sampai besokpun aku tidak akan pernah puas jika kamu seperti ini terus...." Alan menarik kerah baju Reyhan "Rey buka matamu lebar lebar sampai kapan kamu seperti ini aku tau kamu terpuruk tapi bukan sepatutnya Fabian kamu jadikan pelampiasan...."

Reyhan menepiskan tangan Alan dengan keras sehingga tangannya terlepas dari kerahnya, ia berusaha berdiri.

"Tidak usah ikut campur urusanku..." jawab Reyhan.

"Apa kau bilang...." Alan sudah bersiap melayangkan pukulan lagi ke arah Reyhan namun Reyhan menangkap tangan Alan sehingga pukulan gagal di layangkan.

"Kau tidak tau tentang perasaan ku, jadi berhenti menceramahiku seolah kau tahu semuanya...."

"Aku memang tau semuanya, aku tau kau terluka, aku tau kau terpuruk tapi yang kau rasakan itu hal sepeleh, aku lebih merasakan sakit dari yang kau rasakan..."

Alan  Reyhan meringis mendengar ucapan Alan seolah mengejek.

"Apapun...." alan melanjutkan kata katanya lagi "apapun yang terjadi.... padamu kau beruntung Nasyah meninggalkan Fabian untukmu, kamu tau kenapa dia mati matian melahirkan Fabian untukmu karena dia sangat mencintaimu Rey.... mencintaimu...." Alan mempertegas ucapanya saat ia berkata Nasyah mencintainya "aku bahkan berharap Fabian untukku dengan begitu aku dapat merasakan Nasyah selalu bersamaku"

Kata kata yang baru di ucapkan Alan benar benar mengena di hatinya, ia mengingat surat yang di tinggalkan Nasyah, yang berkata bahwa Nasyah sangat mencintainya dan meninggalkan Fabian untuk menemani Reyhan.

Tanggal duapuluh lima

Reyhan bangun pagi pagi sekali ia mandi sedikit lama, karena harus mencukur bulu bulu yang bersarang di dagu dan kumisnya, selesai mandi Reyhan mencari setelan baju yang menurutnya paling bagus dan cocok di badannya.

Setelah berfikir sangat lama Reyhan berniat menata hidupnya kembali, ia akan menerima kenyataan bahwa Nasyah sudah meninggal dan sekarang dalam hidupnya ada Fabian yang harus ia urus.

Sedikit gugup Reyhan menekan bel pintu Rumah mertuanya, selang berapa detik pintu terbuka, Fina tidak percaya melihat Reyhan datang ke rumahnya dengan penampilan yang rapi tidak seperti terakhir kali mereka bertemu.

"Silahkan masuk mas, semuanya sedang berkumpul di ruang tamu..."

Fina membuka Pintu dengan lebar mempersilahkan Reyhan untuk masuk.

"Ayah... ibu... ada kejutan...." ucap Fina dengan keras sampai terdengar di sudut ruangan.

"Taraaa....." kedua tangan Fina menunjuk Reyhan yang ada di sampingnya saat mereka sudah berada di ruang tamu.

Herman dan Halima tidak percaya dengan apa yang di lihatnya, Reyhan  terakhir kali dia datang ke sini adalah satu tahun yang lalu.

Reyhan mencium tangan Kedua mertuanya sembari menagis meminta maaf dengan apa yang di perbuatnya selama ini, Herman dan Halima juga ikut menagis mendengar permintaan maaf Reyhan mereka sudah tau pasti Reyhan berjuang mati matian untuk bangkit dari keterpurukan.

"Dimana Dia...." ucap Reyhan.

Fina yang tadi menghilang kini datang membawa anak kecil padanya, Fabian... dia terus mengoceh dan menyebut "pa..pa... pa...pa..." sambil tanganya memainkan jari jarinya.

Tangis dan tawa Reyhan terjadi bersamaan saat melihat Fabian memangilnya dengan riang, Fina menurunkan Fabian di lantai, dengan tertati tati Fabian berusaha berjalan ke arah Reyahn sambil terus mengoceh papah.

Semua yang ada di Rumah terkejut melihat Fabian berjalan menghampiri Reyhan, dengan sigap Reyhan meraih tubuh mungil anaknya dan memeluknya penuh kasih sayang.

Acara ulang tahun Fabian yang di mulai jam empat soreh berjalan dengan meriah, Reyhan tidak henti hentinya memeluk dan mencium Anaknya, dua tahun Reyhan mengabaikan Fabian sekarang ia sudah bertekat menghabiskan sisa hidupnya untuk Fabian.

Tuhan.....
Aku berhasil melewati cobaan hidup darimu....

Berat rasanya, saat engkau menjatuhkan cobaanmu berkali kali padaku, sehingga aku hilang arah dan tak terkendali....

Aku sempat berfikir bahwa engkau tidak mencintaiku tuhan, tapi setelah aku belajar semuanya aku faham engkau sangat mencintaiku....

Maafkan atas semua kesalahanku dulu, dan sekarang aku mohon padamu... Fabian anakku satu satunya jangan engkau ambil dia dariku, izinkan aku memilikinya lebih lama.... lebih lama.... lebih lama.... dan lebih lama lagi....

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang