The days

7K 433 16
                                    

Jam dua siang Nasyah sudah sampi rumah, ayah dan ibunya saling berpandangan saat melihat anaknya pulang begitu cepat.

"Kok sudah pulang tumben...." tanya halima.

"Iya...." Nasyah membuka kulkas jumbo di depannya "Hari ini Nasyah sagat malas bekerja jadi sekali kali pulang awal...." Nasyah mengyimpulkan senyum di bibir manisnya.

Setelah menengak air putih, Nasyah berpamitan ke kamar untuk istirahat hari ini dia tidak melakukan aktifitas yang berat namun badannya terasa sangat lelah.

Halima yang melihat gelagat anaknya ada yang aneh menyusul ke kamarnya namun saat di depan pintu ia tidak berhasil masuk, karena pintu di kunci dari dalam, tidak seperti Nasyah biasanya, Halima memutuskan kembali tak mau mengangu privasi anaknya.

Matahari meredupkan sinarnya, kini giliran langit malam yang berjaga hari ini tidak ada bintang yang menemani bulan langit.

Nasyah bengambil jaketnya di gantungan ia merogoh saku dalam jaket itu, setelah menemukan dompet  yang ia cari Nasyah mengembalikan jaket ke tempatnya semula.

"Nasyah mau ke mana....?? Ibunya bertanya saat nasyah melintas di depannya namun Nasyah tak menghiraukan, dalam hatinya ia hanya ingin berjalan.

pemandangan tugu monas malam memang indah, cuaca yang sedikit mendung tidak membuat pengunjung sepih, banyak penjual bertebaran di sana sani di tambah lagi muda mudi yang datang membawa pasangan mereka membuat suasana menjadi ramai.

Angin malam bertiupan menerpa rambut panjangnya, Nasyah terus berjalan mengelilingi ke ramaian monas, beberapa orang di tengornya namaun ia tidak menghiraukan hingga beberapa orang mengumpat saat bahu mereka saling bertabrakan.

"Hei jalan pakai mata bukan pakai dengkul...." maki seorang pemuda yang usianya lebih mudah dari Nasyah.

Mendengar makina pemuda yang tak di kenalinya membuat Nasyah sadar, kenapa ia berada di sini, ia memandang kiri kanan kebingungan, pemandangan di sekelilingnya seperti beguncang tugu monas yang berdiri kokoh seperti mau jatuh, Nasyah tidak kuat menahan beban di kepalanya hingga jatuh tergletak di tanah.

"Oi.... ada orang pinsan woi..." Nasyah masih sempat mendengar suara orang yang berteriak namun sedetik setelah itu badanaya terasa melayang.

Halima bolak balik di ruang tamu Fina yang melihat ibunya seperti kebingungan langsung memberi tahu ayahnya yang berada di kamar.

"Ibu ngapain mondar mandir kayak setrikaan..." ucap herman menuruni tangga.

"Iya buk.... nanti itu jalan jadi licin loh...." selah Fina.

"Anak kita dari tadi belum pulang yah ini sudah hampir jam sebelas loh...." Halima mengeluarkan ke gelisahannya.

"Loh bukannya dari tadi di dalam kamar bu..." herman juga ikut khawatir karena setiap anaknya bepergian tidak di ijinkan untuk pulang di atas jam sepuluh.

"Tadi keluar waktu ibu tanya mau ke mana dia ngak jawab...."

"Henfonnya aku hubungi ngak di angkat yah...." Fina yang dari tadi menghubungi nomer Nasyah pun menyerah.

Herman berjalan ke telfon ia mencoba menghubungi teman teman Nasyah namun hasilnya nihil.

Di rumah sakit Reyhan sedang bersiap siap untuk pulang, saat ia berjalan keluar ia berpapasan dengan seorang pasien yang tergletak di ranjang, namun ia tak melihat bahwa perempuan itu adalah Nasyah.

Sebatang rokok menemani perjalanan Reyhan menuju Rumah, Malam ini terasa sunyi, Bahkan bintang tidak menemani bulan di malam ini.

Nasyah mengerdipkan matanya berkali kali aku benci tempat ini Batin Nasyah saat menyadari ia berada di suatu kamar di rumah sakit.

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang