Reality

7.5K 412 10
                                    

Aku mengendarai motor maticku ke arah rumah sakit gading pluit saat mendengar kabar tante bela dirawat di rumah sakit aku langsung bergegas menuju rumah sakit, malang sekali alam tidak merestui perjalanana ku, belum sampai tujuan hujan deras menguyur seluruh tubuhku memang saat memulai perjalanan langit mendung, aku sempatkan singgah di halte dan memeriksa mantel di jok motor ternyata hasilnya nihil tak ku dapati barang yang ku cari terpaksa aku harus singgah sedikit lama di halte.

Tidak hanya aku yang berhenti di halte untuk berteduh,masih banyak orang lainnya, tanganku ku ulurkan ke arah air yang berjatuhan dari langit.

Hujan yang tadi deras menguyur bumi kini telah berganti tetesan air, yah walaupun masih sedikit gerimis aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Jalanan yang basah ku lalui mataku ku fokuskan ke arah depan sesekali aku mengusap wajahku yang di penuhi tetesan air.

Sampai di tujuan aku sempatkan membeli buah buahan di minimarket terdekat, selesai bebelanja kecil kecilan aku langsung masuk area rumah sakit tak ku hiraukan badanku yang basah kuyub sesekali ku lihat seseorang yang melihat ke arah ku dengan tatapan yang sulit ku mengerti, mungkin dia kasihan melihat bajuku yang basah basah.

Ku ketok pelan pelan pintu kamar yang di huni tante bela, tak berselang lama pintu di buka dari dalam sepasang mata elang menatapku dengan teliti.

"Siapa Rey...." suara yang tak lain adalah om wisnu

"Emmm.... Nasyah Pa...." ucap reyhan lirih

" loh kok ngk di persilahkan masuk...." pintu kamar langsung terbuka lebar, ku lihat tante bella sedang berbaring di ranjang ia mengamati seluruh badanku.

"Kok kamu basah kayak gitu Syah...." ucap tante bella

"Iya tante tadi sedikit kehujanan tapi tidak papa kok...." ucapku sembari meyakinkan.

Aku melihat orang asing di dalam ruangan ini, perempuan cantik sangat cantik malah jauh berbeda dariku dan sekarang Reyhan sedang memeluk bahu perempuan itu.

Aku acuhkan pemandangan yang tidak mengenakkan itu, tidak sadarkah Mas reyhan aku disini kenapa dengan asyiknya dia malah memeluk bahu perempuan lain, ku ajak tante bella bercakap sekedar untuk berbasah basih menyembunyikan kecewaku pada Mas reyhan.

Sungguh Mas reyhan tidak mengajakku bicara sedikitpun dia malah tengah asyik berbincang bincang dengan perempuan yang tidak ku kenal.

"Tante Nasya mau pamit pulang yah..." pamitku, yah lebih baik aku pulang sekarang.

"Loh kok cepat baru juga sampai kok sudah mau balik...." balas tante bella merasa keberatan.

"Baju Nasya kan basah tante nanti takut demam lama lama pakai baju ini..." yah Alasan yang tepat memang tante bella langsung mengiyakan ke inginku untuk pulang.

Tidak ada basah basi sama sekali dari Reyhan dia hanya memandangku sekilas.

Perlahan aku pergi meninggalakan rungan tante bella, ada rasa nyeri di dada saat mengingat sikap Reyhan padaku tadi kenapa dia sekarang acuh padadaku dia seperti bukan Reyhah yang ku kenal dulu, bahkan dia sedikitpun tidak berbasah basih untuk mengantarku pulang, berubah memang dia sudah berubah.

Sekitar pukul empat soreh aku sampai di rumah, ibu yang melihat bajuku basah langsung menyerbuku dengan seribu pertanyaan.

"Aku baik baik saja bu...." jawabku lemas sambil berlalu menuju kamar.

Menangis tidak aku bukanlah perempuan lemah hanya karena di acuhkan tunanganku tidak akan membuat ku menangis dan aku tidak akan membiarkan mataku besok pagi bengkak karena tangisan.

Rain Tears (End Version)Where stories live. Discover now