a mate or fate

7.8K 501 0
                                    

Nah..... siap siap kalian di buat mewek. WARNING!!! SEBELUM BACA PART INI SEDIAKAN TISYU BANYAK BANYAK.

"Kalau Mas Reyhan masih Mencintai Megan dari dulu, kenapa tidak lepaskan Nasyah, Sebenarnya hati mu terbuat dari apa...?? Kenapa tega sekali menyakiti Nasyah..."

Akhirya Reyhan mengahadapai rasa ketakutanya, ketakutan bahawa Nasyah meninggalkanya.

Memang dalam Hal ini yang patut di salahkan adalah Reyhan karena ia tidak bisa memilih dan tidak bisa berpegang teguh pada pendiriannya namun untuk saat ini kedua perempuan yang berada di sisinya sama sama memiliki hatinya dan sama sama tidak ingin Reyhan lepaskan.

"Kok tumben pulang..." ucap Bela saat Reyhan datang ke rumah.

"Lagi kangen...." Reyhan mencium Mamah dan Papanya.

"Ngak biasanya kamu kangen sama mamah sama papah...." Wisnu ikut menimpali.

"Sekarang musim hujan, ngak enak kalau di rumah sendiri jadi aku putuskan pulang...." reyhan menaruh buah tangannya di dapur.

Reyhan berjalan kearah kamarnya, kamar yang sudah lama tidak ia tempati, Dan reyhan sangat merindukan kamarnya ini.

Badannya di hempaskan ke kasur dengan keras, kedua tanganya di lipat di blakang kepala, Reyhan memandang dinding dinding langit di kamarnya.

Langi langit di kamarnya kini telah beruh menjadi layar, Menampakkan waja seorang wanita di tengah pasar, yang membantu Bibinya sedang mengemasi belanjaanya yang jatuh berserakan di tanah, saat Reyhan menyusul wanita itu ingin berucap trimakasi wajah wanita itu menghilang dari pandangannya.

Wajah wanita di pasar kini berubah menjadi seorang wanita yang di jumpainya di suatu restoran "assalamualaikum Nasyah...." gadis itu menoleh ke arahnya dengan senyuman manis, dalam hati ia bertanya tanya apa ini yang namanya jodoh. Itulah pertemua pertamanya dengan Seorang Gadis yang bernama Nasyah humaira.

Nasyah sudah memulai aktifitasnya seperti biasa walaupun kurang semangat ia tidak bisa melepaskan tangung jawabnya sebagai seorang fotografer.

Setelah sarapan Nasyah berangkat kerja tidak ada satu kata pun yang di keluarkan dari mulutnya, semua seisi rumah juga membisu tidak berani berbicara karena suasana hati Nasyah tidak enak.

"Nasyah sudah mengakhiri pertunangan dengan Mas Reyhan...." Pensil yang di tangan Herman langsung patah seketika, saat ia menahan emosinya karena ucapan anaknya.

"Maafkan Nasyah ayah.... ayah kutuk Nasyah seperti apa Nasyah terima..." Nasyah merundukkan wajahnya tidak berani menghadap ke depan.

"Bukkk.... ambilkan air putih bukk....." jantung herman berdetak dengan cepat saat mendengar anaknta berbucara, ia memegan dadanya yang merasa ke sakitan.

"Ayah.... ayah ngak papah...." tangan Nasyah mencoba meraih ayahnya Namun di tepiskan oleh Herman.

"Ayah kenapa.....???" Halima melihat suaminya seperti menahan nafas merasa khawatir, sedetik kemudian Herman tergletak tak berdaya.

Nasyah dan Halima cemas, Fina langsung menuruni tangga saat mendengar orang berteriak ayah ayah, mereka semua berusaha membopong tubuh Herman ke dalam mobil.

Di temani ibunya Nasyah membawa Herman ke Rumah sakit terdekat, dokter yang datang langsung mengangkat tubuh Herman di atas ranjang berroda.

Sampai di ruangan ICU keluarga tidak di perbolehkan masuk oleh dokter, "bukkk ini semua gara gara Nasyah..." Nasyah menagis dalam pelukan ibunya, Halima juga tidak bisa berkata apa apa ia hanya mengelus elus pundak anaknya, dalam hatinya selalu berdoa agar semuanya baik baik saja.

Rain Tears (End Version)Where stories live. Discover now