Reyhan problem II

7.1K 431 19
                                    

Nasyah terus memandangi hujan yang berjatuhan dari balik cendela rumahnya, hingga datang ibunya.

"Dari tadi anak ibu melamun terus....?" Nasyah tersadar dari lamunanya sendiri.

"Ahh.... ibu... ngak ada yang di lamunkan kok...." elak nasyah sambil berjalan ke arah sofa dan menghenyakkan pantatnya di sofa empuk itu.

"Teruss...." selidik Halima.

"Terus ngak ada apa apa...." Nasyah berbohong sebenarnya kepalanya sedang banyak pikiran, setelah pertemuanya dengan perempuan paru baya bernama Leli pikiran Nasyah jadi kacau, tak jarang ia sering tertangkap basah oleh keluarganya sedang melamun.

Nasyah membaringkan badanya di sofa, tangannya sambil memeluk bantal kecil, sebenarnya ingin sekali dia bertanya pada Reyhan mengenai perempuan yang bernama Megan namun ia urungkan karena ia ingin mendengar Reyhan yang bercerita sendiri padanya.
*********
Sudah ke sekian kalinya suara petir menyambar nyambar permukaan bumi di iringi derasnya hujan, lampu di rumah sakit sempat mati beberapa menit lalu hidup lagi.

Megan meringkuhkan badanya di atas kasur, sebuah bantal ia gunakan untuk menutupi telinganya dari suara keras petir.

"Kamu tidak apa apa...." megan yang mengenali jelas suara itu langsung menoleh.

Reyhan saat mendengar suara petir yang bergema langsung mendatangi kamar Megan, karena ia tau gadis itu sangat takut dengan suara petir.

"Aku takut...." suara megan terdengar lirih, hari ini memang orang tuanya tidak datang menjenguk karena ada urusan di luar kotah.

Melihat megan yang meringkuh ketakutan membuatnya mengingat tentang memori dulu waktu mereka masih bersama, saat dalam perjalanan ke suatu tempat jalan yang mereka lalui macet total karena ada pohon besar yang tumbang di tengah jalan, manakalah hujan lebat dan sura petir mengema gema, di situlah Reyhan pertama kalinya melihat Megan ketakutan terhadap suara petir.

Entah sejak kapan Megan sudah menyandarkan kepalanya di bahu Reyhan, tangan reyhan terus mengelus elus pundak Megan.

"Kamu tidak akan meninggalkan ku kan...." ucap Megan lirih.

"Tidak..." suara petir yang lebih keras muncul lagi, Megan makin menengelamkan tubuhnya ke dada Reyhan karena ia tidak bisa menahan rasa ketakutanya.
************

Reyhan P.O.V

"Apa itu suara jantungmu...." Ucap Megan masih terus menempelkan kepalanya di dadaku.

"Mungkin...." jawabku singkat, tidak bisa di pungkiri jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Kenapa...??

Kenapa...?? Perasaan ini muncul lagi, ku kira hatiku telah terisi oleh Nasyah, namun kenyataanya saat mendengar suara petir yang menyambar aku tidak bisa menahan tubuhku untuk tidak datang kemari, aku masih saja memperdulikannya walaupun fikiran ini mengelaknya.

"Rey... kenapa kamu menangis...." ucapan Megan menyadarkanku air mataku telah jatuh.

Ku peluk makin erat tubuh yang berada di pelukanku, sekarang aku sadar aku tidak mau kehilangan dia, lalu bagaiman dengan Nasyah...??
******

Angin segar telah bertiup, sedikit bercak bercak air masih menempel di dedaunan, hujan telah redah kini yang ada udara segar untuk di hirup.

"Kamu harus memilih antara Nasyah atau Megan....??" Ucap Alan, pada Reyhan mereka sekarang berada di kantin rumah sakit.

Tadi saat hujan menguyur bumi Alan mendapat telfon dari orang tuan Megan ia dimintai tolong untuk menjaga megan karena mereka sedang berada di luar kota dan tidak bisa pulang untuk hari ini, Alan yang sangat sayang pada sepupunya langsung bergegas ke rumah sakit, sampai di sana Alan melihat Pemandangan Reyhan dan Megan saling berpelukan bahkan keduanya menangis bersama sama.

Rain Tears (End Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang