(03) Sumpah Serapah

431 16 0
                                    

Aduuh, siapa di sini suka sekali mengucapkan sumpah serapah? Mulai dari kata-kata kasar, nama binatang sampai ke kalimat tidak mengenakkan.

Lebih baik hentikan!

Kenapa?

Tanya lagi kenapa, ck. Haruslah mengetahui bahwa menggunakan sumpah serapah melalui celaan atau makian tertuju kepada orang lain karena kesalahan--menurutmu--orang lain perbuat, tidak akan mempan sebelum kamu mengetahui apa sebenarnya kesalahan orang lain dengan meminta pernyataan atau sebuah penjelasan mendetail.

Makanya selalu ada berbicara empat mata tanpa meminta sekitar untuk menyimak. Sekitar hanya membantu untuk mempertemukan. Masalah diselesaikan hanya dua orang atau lebih kalau ikut masuk ke dalam hal-hal bersangkutan.

Tidak mau 'kan, memasukkan sekeliling ke dalam masalah bukan milik mereka? Yang ada kepo. K-E-P-O!

Maksudnya, selalu meminta lebih arti permasalahan kamu dan orang lain perbuat sampai ke akar-akarnya.

Pasti tahulah orang kepo itu seperti apa. Tidak usah dibahas di sini.

Selama ini banyak sekali pergaulan aku lihat memakai kata-kata kasar seraya bergumam di dalam hati. Naudzubillah.

Hati-hati dalam berkata. Kalimat kamu lontarkan, baik secara langsung maupun dalam hati, kamu sendiri kena ganjaran. Meskipun perbuatan mereka masuk kategori merusak dan menyakiti hatimu. Ya iyalah, orang di dzhalimi pasti terkabulkan do'anya kalau disakiti. Baik lisan maupun fisik.

Sayangnya, orang tidak tahu apa-apa tentang kesakitan hatimu hingga menyuarakan sumpah serapah, takkan pernah kena orang tersebut.

Mengapa?

Karena bagaimana pun, orang tidak tahu apa-apa takkan pernah mengerti. Sesampai mungkin, sumpah serapah itu akan balik ke dirimu sendiri tanpa dicegah. Dan pembuktian itu akan datang dan terlihat jelas ketika kamu mati.

Ketika kamu ingin berbicara dengan keadaan marah atau sebal sama seseorang, jangan menggunakan bahasa kasar baik cela atau makian. Gunakanlah bahasa halus. Karena kalimat terucap berupa do'a.

Do'a buruk buat yang berucap. Do'a baik buat yang berucap dan yang tertuju. Malaikat mengamini.

Di situlah selalu disebutkan berkata baik mencerminkan siapa diri sebenarnya. Supaya saat dipandang orang lain, mereka mengerti justru paham bahwa kamulah orang terpandang dan memiliki attitude baik karena cara mendidik dari orang tua.

Tetapi sebaliknya, berkata buruk hingga meremehkan orang lain adalah karena cara mendidik dari orang tua yang mungkin bagi penglihatan orang lain sangatlah tidak baik. Kasihanilah orang tuamu walau aku tidak tahu caranya mendidikmu, karena bagaimana juga, cara-cara orangtua berbeda-beda.

Bila kamu terpengaruh pada lingkungan buruk, jangan ikuti lingkungan itu. Sepengetahuanku, lingkungan buruk akan menambah perilaku kamu sampai batas tidak baik.

Bertahan pada jati diri dari saat dididik orang tua, sebelum menambah lebih baik lagi ketika kamu belajar. Saat besar pun, justru kamu akan tahu bahwa kamu lebih dewasa ketimbang orang lain menggunakan kalimat kasar.

Buat orang tua juga, anak-anak kena dampaknya bila memakai bahasa tak patut buat diucapkan. Biarpun bukan orang tua, anak akan merasakannya. Tutur kata baik dapat mempertahankan kebiasaan baik dalam berbicara.

Jadi, jangan biarkan pandangan orang meremehkanmu dan menghancurkanmu karena pertemananmu. Buatlah dirimu mampu bahwa kamu bisa hingga batas waktu pun habis.

18 Desember 2015

Batas WaktuWhere stories live. Discover now