(06) Kehilangan

115 7 2
                                    

Kehilangan.

Arti kata di atas, seperti mengungkapkan apa yang kita dulu miliki seakan menghilang. Membuat perasaan kita jadi sakit. Tersayat-sayat. Sampai akhirnya, menangis berhari-hari karena itu.

Dalam artian sebenarnya, kehilangan membuat kita jadi dewasa. Supaya lebih menyikapi sesuatu atau masalah. Demi mementalkan diri agar apa pun kita jalani, sedemikian esoknya tidak ada lagi namanya sakit hati karena kehilangan.

Sejak lahir, kita ditimang oleh Ibu yang melahirkan kita. Senang, tentunya. Bahagia, apalagi. Gembira, mempunyai Ibu yang selalu ada di dekat kita. Sama seperti Ayah akan tetap mendidik sekaligus membantu Ibu membesarkan kita.

Akan tetapi, ketika tiba waktunya di mana mereka pergi. Pasti serasa sakit di hati. Sekian lama bersama, esoknya tak bersama lagi. Bahkan kenangan terindah itu hilang bersama gemuruh angin.

Di dunia ini, sejak berada di kandungan, amanah itu harus dipegang teguh. Sesungguhnya kita, manusia, adalah milik Tuhan. Bukan milik siapa-siapa. Juga bukan milik Bapak dan Ibu kita. Kita sebagai manusia dibesarkan lewat orang tua supaya mengemban tugas diberikan sang Ilahi kepada kita. Malaikat yang menyampaikannya.

Jika masalahnya bagi anak yang lahir di luar nikah, itu risiko sang Ibu dan Ayah. Anak yang lahir kemudian dibawa ke panti asuhan atau akhirnya dibunuh, tetap saja yang salah orang tua. Di situlah peranan orang tua angkat mendapat berkah dari si anak, apabila berubah jadi anak luar biasa.

Kehilangan itu wajar. Karena barang-barang kita miliki, hanya titipan. Suatu saat nanti akan kembali ke pemilik asli.

Baik itu rezeki ataupun anak.

Sejak berada di dunia, jangan meratapi yang telah pergi. Sejak dahulu, memang tinggal kita sendirian yang menjalani kehidupan. Yang menanggung dosa-dosanya. Walaupun ikut terbeban orang tua akibat kesalahan anak-anaknya.

Jangan takut kehilangan semata-mata tidak ingin meninggalkan diri kita yang sendirian di sini. Akan ada pengganti di saat yang pergi. Pergi. Datang. Pergi. Datang.

Yang penting bersyukur pernah di dekat atau bersama mereka. Dalam diri ini, kitalah memiliki Tuhan. Karena Dialah yang menciptakan, Dialah yang Maha Mengetahui masa depanmu.

Hakekatnya memang nanti akan kehilangan. Biarpun sakit. Suatu saat waktu akan tiba. Di mana kehilangan itu tidak ada lagi di dunia yang kekal abadi. Dan di situlah, senyum kamu sirnakan berubah jadi senyum bahagia tak punya kesedihan apa pun.

[End]

***

18 Maret 2016

Batas WaktuWhere stories live. Discover now