(14) Bukan Urusanku

50 3 1
                                    

Pernah tidak, dapat masalah di mana kita menasehati orang lain, tetapi hanya berupa kesia-siaan karena tidak ditanggapi?

Aku, pernah. Sering kali, malah.

Capek banget, lihatnya.

Di saat, aku memeringatkan seseorang untuk tidak mengulang lagi. Namun, itu tidak dilakukan. Seseorang itu hanya terus-terusan menunjukkan bahwa bisa dan terbukti. Sayang, hatinya lemah. Otaknya tidak bekerja.

Mengapa aku bilang begitu? Karena dulu aku juga begitu.

Setelah merenung baik-baik, ternyata percuma. Sama-sama keras kepala. Dan akhirnya, aku mengalah.

Ini bukan ketidaksukaan atau kebencian. Cinta dan benci itu beda tipisnya disekat sama tirai. Cinta dan benci kesamaannya adalah sama-sama mengingat siapa dicintai dan dibenci. Begitu pula mengingat siapa disukai dan siapa tidak disukai.

Kalau ketemu sama orang dicintai, pasti di sekitar dilupakan. Sama seperti orang dibenci, pasti melupakan lingkungannya.

Efeknya juga sama. Egois!

Membayang seseorang dibenci itu capek banget. Bisa meregang pekerjaan perlu diingat dan tugas diberi oleh bos. Akhir kata, terngiang orang dibenci dan tidak suka.

Maka dari itu, aku tidak membenci atau tidak suka sama orang itu.

Hanya berniat menjauhi. Dirundung dikejar setoran. Hehe....

Daripada aku keras kepala, terus membuat dia berakal sehat. Mending menjauh dan mendoakan supaya dia mengingat perbuatan-perbuatan telah menyakiti dirinya sendiri itu.

Bukan urusanku pula. Aku tidak mau menuai kebencian.

Pikir-pikir dahulu ketika mencerna kalimat-kalimatku. Aku hanya berbagi pengalaman.

***

17 Agustus 2016

Batas WaktuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora