(08) Masalah

70 6 0
                                    

Masalah apa yang menimpamu?

Masalah selalu ada solusi.

Memastikan solusi sebagai jalan keluar yang solid. Tidak menuntut pamrih bila menyelesaikan masalah tersebut, bukan manusia tulus namanya.

Maka, di sebelah dan samping kamu terdapat teman atau sahabat. Atau bisa jadi, saudara-saudara dan anggota keluarga kamu sayangi. Di mana manusia hidup berdampingan demi menyelesaikan masalah sesama makhluk.

Arti kata, masalah ada bukan kesalahan orang lain. Melainkan diri sendirilah sumbunya. Yang berbuat siapa? Yang kena pula siapa? Dipastikan diri sendiri jadi poinnya dalam memulai masalah.

Terlalu dalam? Mungkin.

Banyak saya prediksi di sekitar saya suka menyalahkan orang lain dengan sengaja, demi menutup kesalahannya sendiri. Sama, ketika kamu naik pesawat tiba-tiba saja ponsel kamu hilang. Apa kamu mau menyalahkan orang di sebelahmu, para penumpang atau pramugari?

Padahal di situ jelas-jelas ada pemberitahuan, "barang hilang tidak ditanggung pihak maskapai".

Yang ceroboh siapa? Ya, diri kita sendiri.

Salah sendiri taruh ponsel di sembarang tempat, akhirnya lupa meletakkan di tempat aman. Akibat itulah timbul perspektif negatif ke orang lain. Itu namanya prasangka buruk. Suka mencurigai orang.

Tahu kata sial? Selalu merasa dengar orang berkata, "sialan?"

Pasti dengar. Sampai telinga saya sakit.

Kecerobohan seseorang jangan diikutsertakan perasaan. Yakin, besok menyesal sejadi-jadinya. Misalnya, kamu merasakan ada kejanggalan bila bersama dia. Sehingga otak kamu berputar,  apakah dia menyukaimu?

Lewat tindakan ambigu, kamu mulai modus. Apa pun siasat kamu lakukan, dapat hadiah cemerlang. Dia tersenyum.

Setelah kamu ingin menembak, mencurahkan perasaanmu kemudian menyatakan. Dia menolak. Di situ kamu sempat terkejut, nyaris menangis. Dan, dia menganggap kamu selayaknya teman bukan lebih dari itu.

Kamu menyesal atas kesalahan diri kamu sendiri. Susah juga mencari jalan keluar di masalah membawa perasaan. Bukan sakitnya, bergalau berhari-hari. Tetapi, daya responsif kamu menuju suka curiga. Itu memunculkan pikiran kamu lebih kepada cuek dan membiarkan saja. Takut sakit hati lagi.

Tetapi, andaikan kamu punya teman. Bisa dijaga rahasia dan privasimu. Itu bagus. Namun, ada gejolak mencenungkan kamu untuk memilah milih.

Begini, carilah orang ketiga yang paling cocok merahasiakan tentangmu. Meskipun kamu berniat kepada orang kedua. Itu terserah kamu.

Dan juga, bila ada masalah di depanmu. Hentikan segera. Berusaha relai dalam keadaan dan kondisi apa pun. Bawa serta orang sekitar sekalian menengahi. Jika kamu punya solusi akurat, kasih dan berbagi. Supaya tidak terus menerus mencari jalan yang salah.

Ada teman curhat, itu lumayan bagus. Kenapa saya bilang lumayan? Lumayan menemukan cara terbaik di balik masalah yang ada. Ada bermacam-macam caranya dari salah satu dari mereka.

Asalkan kamu pintar dan cerdik akan cerita. Tidak membawa nama, pekerjaan dan siapa. Langsung ke inti. Dengan nama samaran tidak menjerumuskan seseorang. Inisial saja, lebih baik.

Dan sebelum masalah terpecahkan, ada baiknya bicara empat mata. Karena bukan dirimu saja yang dipermalukan di depan umum, tetapi seseorang juga akan dipermalukan. Sama-sama malulah.

Mungkin bagi yang leluasa mengumbar masalah di hadapan publik, belum tahu bagaimana dipermalukan. Mengumbar apalagi membuka aib masalah di hadapan publik sama saja memerlihatkan rahasianya tanpa sadar.

Itu buat seseorang berharap orang melihatnya mengerti. Padahal orang-orang yang memandangnya, hanya penasaran kemudian berbicara dari pihak satunya ketimbang berbicara kedua belah pihak. Sisanya tidak paham dan bingung.

Ingat, ya! Bagaimana rasanya dipermalukan. Kemungkinan belum saatnya kamu diantar oleh sikap malu, tetapi di situlah kamu akan merasakan namanya dipermalukan baik dan buruknya.

Salam dari batas waktu!

Ps: ini pendapat saya sekaligus pengalaman.

***

23 Maret 2016

Batas WaktuWhere stories live. Discover now