Part 16

21.7K 1.4K 20
                                    

Hari ini adalah hari terakhir berlangsungnya camping untuk SMA Angkasa Mirta. Semalam, setelah kejadian saat jurit malam, Keira bersama para anggota kelompoknya langsung masuk ke dalam tenda dan tidak ada yang bisa tidur sampai sekarang. Mereka semua masih terus terbayang-bayang oleh sosok yang mereka lihat di danau semalam. Saat itu juga, mereka berjanji tidak akan pernah mau lagi mengikuti kegiatan malam seperti itu.

Dan selesai makan siang, mereka pun berkemas membereskan semua barang-barangnya yang berada di dalam tenda. Sampah pun mereka pungut dan langsung dibuang di tempat sampah. Rasanya, tidak pantas sekali jika meninggalkan sampah di tempat seindah itu.

Setelah mendengar pengumuman bahwa mereka semua akan meninggalkan tempah kemah dalam waktu tiga puluh menit, mereka pun membongkar tenda dan memberikannya kembali kepada panitia. Tepat pukul satu siang, menuju bus yang sudah siap untuk jalan.

"Ngga berasa, ya, udah tiga hari kita di sini," kata Samuel sembari melangkahkan kakinya tepat di sebelah Keira dan juga Liam. Mereka pun mengangguk setuju. Waktu memang terasa berlalu begitu cepat. Padahal, mereka merasa baru kemarin sampai di tempat ini.

Jalanan yang tidak rata dan berkelok memang menghambat perjalanan mereka menuju bus. Apalagi, mereka yang begadang pun juga sudah sangat pegal dan ngantuk.

Samuel, Ken dan juga Rio memang sudah tahu kejadian yang menimpa teman-temannya malam tadi. Semalam, mereka bertiga memang mampir ke tenda Keira dan yang lainnya, setelah berhasil mengumpulkan tiga buah bola mata. Lalu, saat mendengar kejadian saat jurit malam yang dialami oleh kelompok Keira, mereka pun langsung bergidik ngeri membayangkan bagaimana jika mereka yang berada dalam posisi seperti itu.

"Untung, gue ngga ngalamin kejadian kaya kalian, " sahut Samuel sembari mengelus dadanya lega. Entah apa jadinya kalau sampai ia yang seperti itu.

"Harusnya lo satu kelompok sama kita, biar ngalamin kejadian itu," timpal Ramdan yang langsung disetujui oleh Reynald.

"Sorry, ya, gue bukan penakut," balas Samuel dengan percaya diri.

"Alah, semalem aja diceritain langsung takut," ejek Keira cepat yang langsung membuat mereka semua menertawai Samuel.

Akhirnya, setelah tiga puluh menit perjalanan menuju bus, mereka pun sampai di tempat bus dan langsung masuk ke dalamnya. Di sana, Keira berniat untuk menahan dirinya agar tidak jatuh tidur. Beruntungnya, novel yang ia baca kemarin belum selesai. Jadi, ia bisa menghabiskan waktu dengan membaca novelnya. Ya ... walaupun sesekali juga menguap.

Karena kondisi jalanan saat ini terbilang macet, jadinya butuh waktu sekitar tiga jam perjalanan untuk sampai di Jakarta. Keira pun bergegas membangunkan teman-temannya, setelah mendapat pemberitahuan bahwa bus yang mereka tumpangi akan sampai di sekolah dalam waktu sepuluh menit. Tak lupa juga, ia menelepon mamanya dan meminta agar supirnya segera menjemputnya.

Dan, tepat sepuluh menit, mereka semua pun tiba di sekolah. Di sana, Keira melihat bahwa supirnya sudah menunggu. Begitu juga dengan jemputan teman-temannya. Setelah berpamitan, Keira pun segera masuk ke dalam mobil dan menuju rumahnya.

Akhirnya, setelah tiga hari tidak berada di rumah, Keira pun kembali dan langsung mencium punggung tangan kedua orang tuanya. Ah, home sweet home.

"Gimana campingnya, Sayang?" Tanya Papanya setelah membantu Keira membawa tas ranselnya.

"Seru, Pa."

"Yaudah, kalau gitu kamu masuk kamar, deh. Kasihan banget sampai lesuh gitu mukanya," sahut Mama Keira.

Mendengar ucapan mamanya, Keira pun langsung masuk ke dalam kamar setelan izin ke orang tuanya. Tubuhnya benar-benar sudah sangat lelah. Belum lagi, rasa kantuknya semakin menjadi-jadi mengingat ia belum tidur dari kemarin malam. Dan, setelah membersihkan dirinya, ia pun langsung terlelap pulas.

•••

Mendapat libur walau hanya satu hari terasa seperti surga bagi Keira. Kemarin, sang ketua kelas-Faren- memberitahu bahwa sekolah akan meliburkan seluruh murid kelas dua belas di grup kelasnya. Namun sial, bukannya bangun siang, ia malah bangun pagi-pagi. Mau tidur kembali pun sudah tidak bisa karena tubuhnya sudah terasa segar.

"Ah, kenapa harus bangun pagi, sih," Keira menggeliat kasar di atas kasur sembari mengacak-ngacak rambutnya. "Terus, gue harus ngapain pagi-pagi gini?" Tanyanya pada diri sendiri, lalu menghela napas gusar saat melihat bahwa jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Sebenarnya, itu tidak bisa lagi disebut pagi melainkan menjelang siang. Tetapi, untuk seseorang yang suka bangun lebih siang dari jam itu, makanya ia menganggap kalau pukul sepuluh masih pagi.

Karena bingung harus melakukan apa di rumah, ia pun memutuskan bahwa hari ini ia akan memanjakan dirinya dengan jalan-jalan ke sebuah mal. Pergi ke salah satu salon langganannya dan belanja. Pokoknya apa saja yang bisa membuat dirinya senang.

Dengan semangat yang begitu tinggi, Keira pun langsung mandi dan bersiap-siap. Sarapan kecil di ruang makan, lalu berpamitan pada mamanya. "Ma, hari ini Keira mau pergi dulu, ya."

"Kemana?"

"Ke mal."

"Sendiri?" Keira pun lantas mengangguk menjawab pertanyaan mamanya.

"Yaudah. Hati-hati bawa mobilnya, ya."

Keira pun kembali mengangguk, lalu menyalami punggung tangan mamanya. Setelah itu, masuk ke dalam mobil dan melesat dengan cepat. Dan, mengenai luka dibagian kepalanya, kemarin sebelum meninggalkan tempat perkemahan, ia meminta kepada petugas kesehatan untuk melepaskan perban yang dibalut di kepalanya. Saat itu, petugas sempat menolak karena luka yang Keira miliki belum sembuh betul, tetapi dengan alasan tidak ingin membuat orang tuanya khawatir, akhirnya petugas itu pun mengizinkannya dan mengganti perban sebelumnya dengan plester kecil.

Maka dari itu, orang tua Keira tidak terlihat curiga saat dirinya pulang kemarin sore.

Saat sudah berada di dalam mal, Keira pun langsung melangkahkan kakinya ke salah satu restoran Jepang yang biasa ia kunjungi bersama Samuel dan makan sepuasnya. Setelah itu, bermain di Timezone, belanja baju, perawatan di salon, dan lain sebagainya yang bisa membuat dirinya senang walau harus mengeluarkan uang begitu besar. Lalu, saat ia hendak melangkah ke sebuah kedai kopi, ponselnya bergetar dan menampilkan nama Lisa di layarnya.

"Kenapa, Lis?" Tanya Keira langsung begitu ia menerima panggilan teleponnya.

"Gue udah tau siapa yang celakain lo saat camping kemarin."

Begitu mendengar ucapan Lisa, tubuh Keira pun mendadak kaku dan tidak bisa berkata apa-apa lagi selain diam di tempat dan menahan amarahnya.

•••

[A/N]

Halo, tunggu part 17 nanti malam, ya!

Hope this chapter is more than enough to read and make you guys happy, while im trying my best to make this story better than before. Thank you!❤

Edited on July 12, 2016.

complicated feeling | ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora