Part 34

18.4K 1.2K 67
                                    

Hari demi hari berlalu, tetapi sama sekali tidak mengubah kecanggungan yang terjadi di antara Keira dan Liam. Walaupun mereka berdua sudah resmi menjadi sepasang kekasih beberapa hari yang lalu, namun setiap kali mereka sedang bersama, aura canggung selalu menyelimuti mereka.

Ya, Keira memang sudah menerima Liam disaat Liam menyatakan perasaannya sewaktu ia ulang tahun kemarin.

Sampai saat ini, Keira masih tidak menyangka jika Liam memang benar-benar menyukainya. Menurut Keira, semua perhatian dan rasa peduli Liam terhadapnya semata-mata hanya karena mereka berteman. Nyatanya, semua perkiraan Keira salah. Liam benar-benar menyukai, bahkan menyayanginya.

Seperti sekarang ini, walaupun bel istitahat sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, Keira dan Liam tidak kunjung beranjak dari tempatnya. Mereka sama-sama terdiam sambil berpikir apa yang akan mereka ucapkan.

Mereka tidak menyadari bahwa sedari tadi dua orang di belakangnya, Lisa dan Ivy, menunggu mereka dengan bosan. Ini bukan pertama kalinya mereka seperti ini.

Lisa dan Ivy akhirnya bangkit dan berdiri di samping meja Keira. "Jadi sampe kapan lo mau diem begitu? Gue laper nih, mau ke kantin. Ikut gak, Kei?" Tanya Lisa sambil berkacak pinggang.

Keira mendongak dan tertawa kecil menutupi kecanggungannya. "Yaudah, yuk," Keira pun akhirnya berdiri dan menatap Liam sejenak. "Li, mau ikut gu-"

Tiba-tiba saja Keira menutup mulutnya. Liam pun menatap Keira sambil mengulum senyumnya. "Maksudnya mau ikut ke kantin gak?" Keira pun menghela napasnya lega setelah berhasil menyelesaikan ucapannya.

Kenapa harus awkward gini, sih? Pikir Keira.

Liam menggelengkan kepalanya. "Engga, duluan aja." Keira pun langsung pergi menuju kantin, tetapi setelah ia melemparkan senyuman paling manisnya untuk Liam terlebih dahulu.

•••

Sepuluh menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi, Liam mengirim pesan untuk Samuel. Ia meminta tolong agar Samuel mau mengantarkan Keira pulang.

Entah kenapa, hari ini tubuhnya benar-benar lemah, tidak seperti biasanya. Keringat dingin juga mengucur dari dahinya.

Bahkan, Liam menyadari bahwa selama jam pelajaran berlangsung, Keira selalu saja mencuri kesempatan untuk memperhatikannya dengan mengerutkan kedua alisnya.

Ia sungguh benci itu. Ia benci jika harus membuat Keira khawatir.

Liam memegang lembut tangan Keira. "Nanti pulang sama Samuel dulu, ya, Kei." Ucapnya menyesal.

"Emang kenapa?" Tanya Keira penasaran.

Liam menggeleng lalu tersenyum menenangkan. "Gapapa, tadi nyokap sms minta di anterin ke super market," jawabnya.

Mau tidak mau, Keira pun mengangguk patuh. Sebenarnya, Keira ragu dengan ucapan Liam, karena ia tahu bahwa Mama Liam memiliki supir pribadi. Tetapi, ia harus tetap percaya, bukan?

"Yaudah, Liam pulang duluan, ya." Liam mengacak rambut Keira lalu keluar dari kelas.

Keira pun menghela napasnya dengan gusar sambil memasukan semua bukunya ke dalam tas, lalu keluar kelas setelah melihat Samuel sudah menunggunya.

Selama di perjalanan, Samuel sesekali menatap Keira yang terlihat menghela napasnya beberapa kali. Ia tahu penyebab Keira seperti itu. Ya, siapa lagi kalau bukan Liam.

"Sam, lo ngerasa ada yang aneh gak, sih, dari Liam?" Samuel pun menarik ujung bibirnya ke atas, karena ia merasa lega akhirnya Keira bersuara.

"Aneh gimana?" Samuel mengerutkan dahinya menatap Keira.

"Kaya ada sesuatu yang disembunyiin gitu," Keira kembali menghela napasnya, tetapi kali ini lebih berat.

"Engga, lo tenang aja, itu cuma perasaan lo doang." Samuel memegang tangan Keira untuk menenangkannya.

"Iya kali, mungkin ini cuma perasaan gue aja," Keira membalas pegangan tangan Samuel, lalu menatap ke luar jendela dengan segala pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Sedangkan Samuel, ia menatap iba Keira yang terlihat sangat sedih. Ia sebenarnya tahu jika ada yang aneh dari Liam. Pasalnya, saat istirahat di sekolah tadi, ia mampir ke kelas Keira untuk mengajak Liam ke kantin bersama.

Namun, ia melihat bahwa Liam tengah menundukan kepalanya di atas meja. Karena penasaran, akhirnya Samuel pun menghampiri Liam dan memegang dahinya. Dingin. Itu yang Samuel rasakan.

Samuel pun mengurungkan niatnya untuk mengajak Liam. Menurutnya, mungkin Liam sedang tidak enak badan dan tertidur. Ia sama sekali tidak beranggapan ada yang aneh dari Liam.

•••

Liam baru saja sampai di rumahnya. sebenarnya ia berbohong kepada Keira yang menyatakan bahwa Mamanya ingin di antar ke super market.

Nyatanya, ia sedang menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Entah kenapa, akhir-akhir ini kondisi Liam semakin melemah. Namun, seperti janji yang pernah ia ucap untuk Keira, ia pun selalu bersikap baik-baik saja di depannya.

Liam tidak mau hubungannya dengan Keira yang baru di mulai beberapa hari ini akan menjadi hancur akibat perbuatannya sendiri.

Tetapi, walaupun ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahannya, rasa sakit itu akan terus memenuhi dirinya.

"Li, tadi Carrie telepon Mama, katanya dia mau liburan ke Jakarta minggu depan," ucap Mamanya sambil memasak di dapur. Liam pun menanggapinya hanya dengan anggukan kepala. Ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan gadis itu lakukan.

Namun, ketika ingin menaiki tangga, Liam dikejutkan oleh pernyataan Mamanya yang seketika mampu membuat tubuhnya menegang seketika.

"Dia mau menginap di rumah kita,"

Entah kenapa, Liam kembali merasakan sesuatu yang aneh menjalar di dadanya.

Apa ia benar-benar sudah menghapus Carrie dalam hidupnya? Apa ia sudah tidak mempunyai perasaan untuk Carrie, setelah tiga tahun lamanya mereka bersama?

Liam menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha menghapus semua pertanyaan yang muncul di kepalanya.

Ini engga bener. Keira yang menjadi prioritas utama gue saat ini. Bukan Carrie, maupun orang lain. Batin Liam. Kemudian ia kembali menaiki tangga menuju kamarnya.

•••

[A/N]

Hai, sepuluh-an part lagi udah ending loh. Ayodong banyak-banyakin vote dan comment!:)

Terima kasih.

August 12, 2016.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now