Extra Part II - Before Marriage

35.8K 866 35
                                    

Samuel memejamkam matanya sejenak seraya menarik napas sedalam mungkin, tanda bahwa ia lelah sekali dengan pekerjaannya yang sungguh menguras tenaga dan otak. Bagaimana tidak, semua berkas dan dokumen yang katanya telah selesai dikerjakan oleh para pegawainya, sama sekali tidak ada yang benar. Semua masih berantakan dan tidak beraturan. Tentu saja hal itu sangat menyita waktunya, baik untuk waktu beristirahat, juga waktu bersama wanita yang sangat dicintainya.

Terhitung hari ini, waktu pernikahannya sejak terakhir kali ia melamar Keira beberapa bulan yang lalu memang menyisakan delapan belas hari. Berbagai macam persiapan seperti undangan, katering, sewa gedung, souvenir, pakaian pengantin, dan lain sebagainya memang sudah beres. Semua sudah siap untuk hari pelaksanaan, hanya menyisakan beberapa undangan yang memang harus dirinya dan Keira yang mengantarkan.

Namun, lihatlah sekarang, sampai saat ini pun Samuel masih sibuk berkutat dengan pekerjaan kantornya. Bahkan, ponselnya pun sampai terpaksa ia matikan agar ia hanya terfokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Benar-benar tidak ingin diganggu oleh siapapun.

Samuel pun menatap jarum jam pendek yang bertengger di pergelangan tangannya, menunjukkan waktu pukul dua siang. Itu artinya, ia sudah melewatkan dua jam waktu normal jam makan siang. Di luar sana, panas matahari begitu terik, sinarnya menembus kaca ruangan yang membuat udara di dalam sana lumayan panas dibanding hari-hari sebelumnya.

"Sammy!!!"

Samuel menoleh, ke arah pintu masuk ruangannya yang terbuka dan memperlihatkan seorang wanita yang sedang menghampirinya dengan wajah tidak bersahabat. Ia tersenyum, seraya bangkit berdiri menghampiri kedatangan wanita tersebut di kantornya.

"Miss me, babe?" Samuel merentangkan tangannya, mencoba untuk memeluk wanita itu yang justru dihadiahi dengan satu pukulan kecil di dadanya. "Ada apa sih?"

Keira mencibik sambil menatap Samuel dengan wajah super datar. "Ada apa kamu bilang?!" tanyanya kesal. "Kamu matiin hp, gak ngabarin aku dari pagi, gak tepatin janji yang katanya mau makan siang di kantor aku!" Keira mengeluarkan rentetan kekesalannya pada Samuel yang memang akhir-akhir ini selalu telat memberikan kabar. Walau rumah mereka berdekatan, tetapi kesibukan yang selalu sama-sama menghampiri mereka berdua memang kadang menjadi suatu halangan bagi keduanya untuk saling bertukar kabar, apalagi bertemu.

Samuel tertawa kecil sembari menuntun gadis itu agar duduk di sofanya. Keira mengikuti, tidak melawan sama sekali karena rasa lelahnya setelah mengemudi dari kantornya ke kantor Samuel yang jauhnya bukan main, ditambah padatnya lalu lintas memang tidak sebesar rasa kesalnya pada lelaki itu. "Maaf, aku lagi banyak kerjaan. Tuh, kamu liat aja sendiri."

Keira melipat kedua tangannya di depan dada, masih memasang wajahnya datarnya yang kali ini meningkat lima kali lipat setelah ia mendengar alasan Samuel. "Kalo banyak kerjaan, ngapain kemarin kamu janjiin sama aku mau makan siang bareng?!"

Samuel memijat pelipisnya pelan, entah harus membuat alasan apalagi untuk wanita di sebelahnya ini agar mengerti. "Kei, aku engga bohong, kamu tau sendiri."

"Tapi kamu gak nepatin janji!"

"Iya-iya, aku minta maaf."

"Gak semudah itu."

"Terus aku harus gimana biar kamu maafin aku, hem?" Samuel mengambil tangan Keira, lalu menciumnya lembut sambil mengulum senyumnya. Tahu sekali kalau perlakuannya yang satu ini akan membuat Keira luluh.

"Ngapain cium-cium tangan aku?" Desis Keira. "Gak mempan lagi, tau! Aku tetep gak mau maafin kamu!"

Samuel akhirnya menghela napas pasrah, Keira yang keras kepala memang kadang sulit sekali untuk ditangani. Entah apa yang membuatnya begitu mencintai wanita tersebut sejak mereka masih berada di bangku sekolah menengah atas. Samuel pun bangkit berdiri dan beranjak kembali menuju ke meja kerjanya.

"Dasar gak punya hati, lakuin sesuatu kek biar dimaafin, ini engga. Ngeselin!" Gumam Keira.

Samuel kembali mengulum senyum dan terus melangkah ke meja kerjanya. Pura-pura tidak mendengar gumaman Keira yang nyatanya masih dapat didengar dengan jelas olehnya.

"Sammyyy!" Panggil Keira, entah kenapa, akhir-akhir ini memanggil Samuel dengan panggilan barunya itu memang sudah menjadi hal yang paling disukainya kalau sedang merajuk dengan lelaki itu. Samuel sendiri tidak keberatan, ia justru senang akan hal tersebut. "Aku gak percaya kamu tega ngebiarin aku kelaperan gini!"

Samuel menghentikan langkahnya sambil memutarbalikkan tubuh, kembali menghadap ke arah Keira. "Tadi katanya gak mau maafin aku, sekarang malah ngatain aku tega."

"Abis kamu gak peka banget jadi orang."

Lagi-lagi, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh menit, Samuel kembali menghela napasnya. "Yaudah, kamu mau apa?"

Keira pun menghampiri Samuel, tanpa basa-basi langsung memeluk lelaki itu erat seraya membenamkan wajahnya di dada bidang yang entah sejak kapan menjadi tempat favoritnya untuk berteduh. "Aku maunya ...."

"Mau apa?" Samuel membalas pelukan Keira tak kalah erat, seakan-akan memang tidak ingin dan tidak akan pernah ingin melepaskannya. Cukup sekali ia merasakan pahitnya kenyataan saat gadis itu menjadi milik orang lain dahulu kala.

"Aku lagi pengen banget makan kepiting sambel ijo sama es dawet," kata Keira.

"Ya ... terus?" tanya Samuel polos.

"Ish, kamu mah," Keira berdecik, lalu melepaskan pelukannya. "Ya ayo kita makan itu."

"Aku kan gak suka kepiting."

"Kamu kan bisa pesen yang lain nanti."

"Gimana kalo kita makan sushi aja, itu kan juga makanan kesukaan kamu."

Keira menggeleng, jari jemarinya dengan lihai memainkan kancing kemeja milik Samuel. "Aku gak mau, aku maunya makan kepiting sama es dawet."

Samuel tersenyum kecil, menikmati ekspresi wajah wanitanya yang tengah merajuk itu sambil menghelus rambut coklat panjangnya dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Kamu kan gak lagi mengandung anak aku, masa ngidamnya udah duluan sih."

Keira mengerucutkan bibirnya, bersamaan dengan rona kemerahan yang perlahan mulai tampak di kedua pipinya akibat omongan Samuel yang mendadak membuat dirinya gugup, juga malu. "Ka-kamu ngomong apa sih? Ngaco aja deh."

"Abis aneh-aneh aja permintaannya."

"Aneh gimana?" Keira mendongakkan wajahnya agar bisa menatap Samuel. "Orang aku cuma mau makan kepiting sama es dawet kok."

"Itu yang bikin permintaan kamu aneh, selama ini mana pernah mau makan-makanan itu."

"Ya kan sekarang lagi mau."

"Iya deh iya," kata Samuel yang akhirnya memilih untuk menyerah. Percuma saja, ia tidak akan pernah menang melawan wanita yang dicintainya itu. Memang sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu.

"Yaudah, kamu kebanyakan protes nanti kita gak makan-makan." Keira pun kembali ke sofa, mengambil tasnya yang tadi ia taruh di atas sana. "Ayo, jalan," katanya lagi sambil menarik tangan Samuel.

Sambil menahan tarikan Keira, Samuel lagi-lagi menuju ke arah mejanya. "Aku ambil kunci mobil dulu."

Setelah Samuel kembali di hadapannya, Keira bertanya," udah?"

Samuel mengangguk mantap. "Lets get what you want, princess."

••••••

(A/N )

Berhubung lagi kangen banget sama Samuel dan Keira, akhirnya extra part kedua ini pun jadi haha. Sorry ya agak pendek, soalnya kalo terlalu panjang malah gak enak gitu xD. Semoga kalian suka!:)

Btw, follow instagram ku yuk, @prahastiwiardhiaa terima kasih❤

December 28, 2016.

complicated feeling | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang