10 | Alaska Purchase

55.4K 5.3K 540
                                    

Sepulangnya dari bandara menjemput Antariksa, bunda dan Aurora langsung sibuk siap-siap untuk memasak makan malam. Aurora sudah akan melipir ke kamar karena sedang tak berselera melakukan apapun, tapi sayangnya bunda terlalu gesit menyeret Aurora ke dapur. Alhasil Aurora cuma disuruh-suruh bunda cuci sayur, aduk sayur, angkat gorengan, karena dia kebanyakan ngelamun waktu disuruh potong wortel, bunda ngeri sendiri kalau sampai itu pisau tajam amit-amit kena tangan Aurora.

"Dek, kamu tuh kenapa sih? Sebel ini Bunda jadinya lihat kamu uring-uringan gini. Masmu baru menang lomba harusnya diselametin gitu, tadi udah mendingan pas liat si mas kok sampe rumah bete lagi? Kamu kesel Bunda suruh bantu-bantu di dapur? Yaudah deh sana ke kamar aja daripada ngga ikhlas gitu," omel bunda pada Aurora.

"Ih bukan gitu Bunda. Maaf ya kalau aku ngga konsen. Tau nih lagi ngga mood aja, ngga tahu kenapa juga. Sebel aja bawaannya, males ngapa-ngapain."

"Jangan dibiasain kamu tuh kaya gitu, ntar yang ngga salah jadi ngerasa ngga enak juga."

"Iya Bunda iya, maaf ya."

"Yaudah kamu kabari Amara aja sana, konfirmasi lagi keluarganya udah siap-siap apa belum. Nanti Bunda telepon Om Ziko juga."

"Iya Bun, Adek ke atas ya. Makasih Bunda, maaf juga ngga bantuin malah ngeberantakin."

"Iya Sayang nggapapa. Tapi Bunda mau bicara sama kamu nanti malem setelah makan malem. Jangan melipir ke kamar kamu. Ini soal Shafira."

"Iya, Bun."

*

"OOOOOOM ZIKOOOOOOO ..." seru Aurora heboh saat menyambut keluarga Amara di depan pintu. Yang di teriaki sudah senyum-senyum saja.

"Halo cantik, gimana kabarmu?" tanya Om Ziko pada Aurora yang sudah cengar-cengir. Aurora ini fans Om Ziko juga, karena di rumah peliharaan Aurora macam ayah dan Antariksa yang ngga serame teman ayah dan bundanya itu, makannya Aurora selalu suka mengobrol dengan Om Ziko yang suka heboh sendiri, macam omnya, si Arius.

"Baik Om baik, Om makin ganteng aja sih," ujar Aurora makin heboh yang langsung dibalas dengusan kompak Amara dan bunda.

"Masih ya suka ngegombal, salim aja belum padahal," balas Om Ziko sambil ketawa.

Si Aurora makin ngakak begitu ditegur, dia langsung salim sama Om Ziko dan Tante Jenny yang sudah cipika cipiki duluan sama Bunda. Lalu disusul Antariksa yang melakukan hal yang sama. Om Ziko lalu adu tos dengan ayah dan saling berpelukan. Juga dengan bunda hanya adu tos minus berpelukan.

Makan malam mereka berlangsung dengan hangat, apalagi diselingi dengan banyolan Om Ziko dan bunda yang kompak sekali menggoda ayah. Ah, Aurora ingat, dulu bunda pernah cerita kalau Om Ziko itu sempet hampir nikah sama bunda kalau saja si ayah ngga dateng. Aurora tak punya bayangan sama sekali bagaimana kalau Om Ziko jadi ayahnya, mungkin mereka akan jadi ayah dan anak yang sangat kompak, tapi bagi Aurora, ayahnya adalah sosok terbaik yang ada di hidupnya, dia tak mau siapapun selain ayahnya.

Lagian Om Ziko juga sudah menemukan pasangan terbaiknya, Tante Jennifer yang daritadi juga tak segan-segan ketawa padahal dia ngga ngerti apa yang sedang diobrolkan. Tante Jenny –begitu Aurora memanggilnya—ini orang Belanda asli, tak bisa Bahasa Indonesia, hanya bisa Bahasa Inggris selain bahasa ibunya. Makanya daritadi Tante Jenny selalu telat kalau ketawa, itu pun harus diterjemahkan Om Ziko duluan. Pas semua udah reda ketawanya, Tante Jenny baru ketawa, karena lihat Tante Jenny ketawa, semuanya jadi ketawa lagi.

Mood Aurora sudah sangat membaik.

Sampai pada saat waktunya keluarga Om Ziko pulang setelah ngeteh-ngeteh ganteng di halaman belakang, Aurora melihat Amara melambatkan langkah dan bicara berdua dengan Antariksa. Nampak Aurora melihat Amara mengulurkan sesuatu berbungkus kertas hitam bergaris biru ke Antariksa yang diterima dengan senyuman.

CompliantwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang