21 | Tabir Mulai Tersingkap

50.1K 5.2K 1.5K
                                    

"Kenapa Nicholas Hoult cupu bener ya tadi? Mana udah action-nya sedikit. Ini Apocalypse atau Wolvrine kurang banget ngga sih gregetnya? Marvel lagi kenapa deh ya," cerocos Alyn begitu mereka berdua sudah duduk di food court usai nonton film.

Antariksa cuma ah eh oh doang, mana lah peduli dia sama X-Men atau Marvel. Orang sepanjang film diputar tadi dia berusaha tegar untuk tidak berkomentar kekurangan di setiap adegan. Salah dia sih kalau jiwa reviewer di goodreads terbawa untuk film juga. Entahlah, salah Antariksa mungkin kalau dia tak suka film superhero dan lebih suka sci-fi atau fantasy dystophia maupun utopia. Harry Potter, Lord of The Ring yang semua umat suka, bolehlah. Yang paling-paling disukai dia ya apalagi sih kalau bukan semacam Imitation Game dan The Theory of Everything. Lainnya, yang sering dia tonton adalah seri petualangan semacam Raiders of The Lost Ark dan animasi.

Dia dan Aurora tak ada gelagat menyukai drama. Aurora juga mengikuti serial DC dan Marvel lewat komik dan film. Suicide Squad yang sedang ditunggu-tunggunya. Jared Leto dan Bohemian Rhapsody adalah perpaduan yang sempurna, katanya.

Sudah bisa ditebak lah kalau Antariksa kadang terkontaminasi kata cinta ala-ala ya itu karena Bundanya yang jago ngedrama lebih dari film drama. Kalau sudah nonton drama Antariksa suka kasihan sama Ayahnya yang seringkali dipaksa Bundanya untuk menemani. Masih beruntung kalau bajunya tetap perawan, seringnya Bunda kalau nangis suka meper air mata atau parahnya, ingus. Kalau sudah begitu, Ayah akan menatap Antariksa dengan memelas 'tolong Ayah, Mas. Tolong Ayah.' Aurora ngakak jumpalitan, Antariksa menatap prihatin.

Kalau Ayah lagi pergi, Antariksa jadi korban. Karena Aurora ngga enak dipeluk katanya. Lagi, mana mau jiwa maskulin Aurora ternodai adegan ala-ala.

Kalau Antariksa pikir-pikir, industri perfilman itu bisa menjadi wadah yang efektif buat menyebarkan paham secara cepat dan efektif. Media mencuci otak yang ampuh. Mungkin dia harus mulai menaruh ketertarikan tentang dunia perfilman kalau mau bawa anak muda khususnya di Indonesia mulai sadar secara massal akan sesuatu.

Film yang menjelaskan bagaimana cara pesawat menghadapi turbulensi, menarik tidak?

Alyn masih nyerocos. Antarika membuka buku menu yang ada di mejanya. "Mau makan apa?" Tanyanya pada Alyn yang masih membahas kerennya cerebro dan sayangnya harus di hancurkan saat En Sabah Nur mulai memasuki pikiran si profesor.

"Mau ayam sama french fries aja," jawab Alyn yang sedikit bersungut kesenangannya terganggu.

"Jangan harap. Makan sayur, Alyn."

Alyn yang sudah akan mulai nyap-nyap lagi langsung mesam-mesem, "Aduh pacarku posesif. Kamu mau makan apa emang?"

"Pengen gudeg sama bakso malang sama bebek bakar madu."

Alyn ketawa lalu memasang ekspresi lugu, "Muat perutnya?"

Antariksa sibuk lagi bolak-balik menu, "Gue Bebek bakar madu aja. Lo apa?"

"Kok lo-gue lagi sih? Perasaan kemaren udah fasih aku-kamu," sahut Alyn cemberut. Pasalnya masalah beginian penting untuk diperjuangkan dan Alyn cukup getol memprovokasi si Antariksa biar ber-aku-kamu. Biar enak di kuping gitu loh, udah pacaran kan.

"Aneh. Produk anak Jakarta udah melekat," sahut Antariksa cuek masih membuka menu, kali ini gantian ke minuman. "Gue jus melon. Lo...," kata Antariksa lalu menengok ke arah Alyn yang mendadak diam. Melihat ekspresi Alyn yang berubah, Antariksa menghela napas. Cewek ya, urusan begini aja bisa panjang. Mengalah akhirnya Antariksa memaksakan lidahnya untuk berucap, "Kamu mau pesan apa Aaralyn Feristya Amarylis? Mau samaan kaya aku?"

CompliantwinWhere stories live. Discover now