23 | Pretensi Bergema

48.8K 4.9K 1K
                                    

Aurora : om lau ga kesini in 15 minutes kita kelar

Om Arius : kalau perusahaan bangkrut gue pasti dipecat jd adik bapak lo

Aurora : oh come on cupu boy. buruan!

Om Aurius : iya bebi devil cimit cimit iye. anything for u kan?

Aurora yang baru turun dari uber setelah tiga puluh menit sejak mengirimkan iMessage tersebut sudah dihadang tangan bersedekap milik omnya. Sayangnya Aurora lagi ngga bisa diajak cengengesan dan Arius sangat tahu itu. Untungnya dia tak cari perkara dengan datang telat. Helm abang gojek cukup kooperatif membuat tatanan rambut dari barbeshop langganannya amburadul. Kuningan ke Kelapa Gading yang lumayan jauhnya disambut kedatangan telat keponakan cantiknya. Cakep bener!

Aurora langsung melewati Arius tanpa sepatah katapun. Begitu sampai di meja registrasi, Aurora dengan jempolnya menunjuk Arius pada petugas dan dia sudah ngacir ke dalam.

Mengikuti Aurora yang sudah menunggunya di depan kamar ganti, Arius lalu menyerahkan celana training midi dan kaos yang dipesan Aurora. Yah sampai segitunya sih perjuangan Om Arius, masuk mall dulu beli pesanan dadakan Aurora. Sungguh keponakan keji.

Begitu Aurora selesai ganti baju, begitu pun dengan Arius. Mereka berdua lalu memakai kaos kaki lalu mengikuti instruksi dari petugas melakukan pemanasan dan penjelasan mengenai durasi dan tata cara 'menikmati' tempat ini. Setelah selesai, Aurora langsung menuju tempat incarannya sejak tadi. Dengan sekuat tenaga dia langsung berlari dan loncat memantul di papan trampoline sampai dia bisa melonjak tinggi dengan energi berlebihnya. Atau energi negatif berlebihnya.

Kalau sudah begini Aurora tak akan mau diusik. Biarkan dia bagai orang kesurupan loncat-loncat dari main court ke wallrunner lalu wallclimbing. Arius akhirnya menuju ke basketball area dan bermain sendirian kaya jomblo ngenes. Emang jomblo sih. Jomblo dan babu. Cakep bener! Mending Arius ke tempat ini pas malam yang alih fungsi jadi bounce night yang ada lampu disko dan live DJ music.

Aurora itu tipikal sekali, kalau sudah diam dan tak mau bicara berarti sedang ada yang mengusik pikirannya. Selain itu, dia pasti beser. Ngga ada elit-elitnya. Tapi ini masih mending, dulu Arius pernah ditelepon jam satu dini hari dan disuruh ke Yogyakarta secepatnya karena dia stres UN. Alih-alih merepotkan emak bapaknya. Selalu om-nya yang ganteng itu yang jadi korban. Cakep bener!

Akhirnya setelah dua jam kemudian --yah, Arius harus bayar lagi untuk durasi tambahan-- Aurora merebahkan diri di foampit dan matanya menerawang ke langit-langit. Untung tempatnya sedang sepi dan hanya ada beberapa ibu-ibu kelebihan lemak yang sedang loncat-loncat sambil ngerumpi apa sebaliknya (?. Biasanya kalau rame foampit adalah favorit anak kecil dan pasti Aurora bakal keinjek-injek kalau rebahan di sana. Arius mendekati Aurora yang menunjukan wajah datar tanpa emosi sedikitpun. Hanya terlihat tetesan keringat yang mengalir di wajahnya.

"Udah puas fucking hormon release-nya?" Tanya Arius yang mencoba duduk tegak di antara busa-busa kubus.

"Bakal lebih puas kalau pas mumbal-mumbal tadi gue ngomong ABB-words, Om," jawab Aurora tanpa menoleh sedikitpun.

"Bisa dikutuk ibu-ibu yang lagi ngerumpi di sebelah sana lo ntar." Arius ngeri, kalau sudah bawa-bawa ABB words berarti Aurora sedang marah. Ngga perlu tahulah apa ABB words itu, bikin tambah dosa kalau tahu.

Arius melirik lagi Aurora, "Kenapa lo ngga kaya orang normal lainnya yang kalo lagi kesel lampiasin aja ke orang yang bikin lo marah secara langsung. Seneng amat babuin gue."

Aurora akhirnya melihat Arius lalu berdecak, "Oh come on. Being mainstream is not my way."

Arius sontak mencibir, "So, being antimainstream is a new sexy?"

CompliantwinWhere stories live. Discover now