30 | Keriuhan yang Saling Mengadakan, Baurkan! (Ending)

54.8K 4.8K 2.5K
                                    

Kalau yang mau nanya-nanya tentang cerita ini atau ke tokohnya coba baca di author note ya gaes. Nanti pertanyaannya bakal dibikinin part khusus. Enjoy!

***

"Kalau kata aku sih dibikin konsepnya semacam Khan Academy gitu tapi lebih menyeluruh belajarnya dan ada strukturnya sama kalau yang eksak harus ada panduan nyelesaiin contoh soalnya. Di Indonesia udah ada yang menarik sih semacam Kok Bisa? sama Hujan Tanda Tanya gitu, tapi itu lebih ke fun fact in sciences. Kalau mau, kita arahin dulu proses belajarnya yang sistematis," ujar Aurora menggebu-gebu saking semangatnya di antara kemacetan setelah keluar dari tol. Diliriknya Antariksa yang duduk di sampingnya seperti sedang mendengarkan secara serius.

"Belajarmu udah sistematis emang, Dek?" tanya Bunda yang juga semangat menimpali.

Aurora berdecih kecil, "Bunda ini ya hobi banget kayaknya nyela-nyela aku. Proses Bun proses. Komitmen itu harus dibangun pelan-pelan. Aku ikut berproses bareng sama calon-calon klienku nanti."

"Alah... alah... alah bahasamu, Dek."

"Bunda ini sumbang ide kek, malah matahin semangat anak," Aurora bersungut-sungut.

Sebelum Bunda menjawab, Antariksa yang tadi diam (seperti biasanya) mulai mengeluarkan taringnya. Ini yang ditunggu Aurora. "Kayaknya Ruang Guru udah mengakomodasi itu semua, Ra. Konsepnya kurang orisinil."

Aurora protes, "Buset dah Mas, ini kan bukan buat komersil tujuannya. Emang semata mau ngasih cara belajar yang menyenangkan aja. Lagian kalau Ruang Guru juga kelasnya udah start-up begitu kejauhan lah buat kita. Mending sekarang yang bisa kita lakuin dulu. Gue kameramen sama editing, lo konseptor sama model videonya. Kita guncang anak-anak Indonesia dengan kegantengan lo."

Antariksa langsung menoleh dengan tatapan kesal, "Konseptor doang."

"Lah nanti modelnya siapa yang ngejelasin? Kan lo enak Mas ngejelasin kalau belajar gitu. Trus cuma lo yang bisa deliver materinya BookTrust dari UK itu dengan cara yang lebih masuk akal dan bisa mampir ke otak."

"Nggak mau. Tampil bukan hobi gue. Mending lo cari temen lo buat jadi model nanti biar gue yang ajarin konsepnya. Si Amara kan pinter tuh."

Aurora rolling eyes, "Mas buset dah. Pasar kita pasti banyakan cewek-cewek. Kita harus memanjakan visual mereka dulu baru memanjakan otak mereka. Ya sesekali Amara boleh lah buat memanjakan mata para lelaki, tapi lo itu wajib!"

"Ya Allah Dek, kamu itu mau ngapain sebenarnya kok memanjakan visual-visual segala? Mau bikin video belajar apa video aneh-aneh?"

Bunda nih, protes aja terus. "Plis deh Bunda, kalau mau menumbuhkan minat belajar itu harus dimulai dari mereka senang lalu timbul kebutuhan. Nah, kita fasilitasi mereka dengan melihat tampang Masku yang ganteng ini. Nanti, pasti mereka butuh buat pinter biar bisa dapet cowok semacam si Mas ini. Ngertilah aku Bun apa yang ada di otak anak-anak seusiaku."

"Bunda miris, kamu kaya jual Kakakmu sendiri."

Bunda ini lebay betul! Sok-sokan miris nanti kalau sudah mau eksekusi juga yang paling heboh semacam nyisirin rambut Antariksa biar kekinian. "Ck, Bunda nggak usah ikut rapat deh. Rusuh."

Dibalas decakan dari Bunda sebagai nada tak terima. Ayah yang daritadi sibuk menyetir dan sesekali tertawa dengan ide gila Aurora akhirnya menimpali, "Ayah setuju tentang memanjakan visual. Lagian kegantengan emang kadang membuka pintu rezeki kok. Kali aja karena wajah ganteng si Mas nanti bisa jadi Duta UNESCO. Lagipula sayang gen ganteng yang udah Ayah turunkan kalau nggak dimanfaatkan," jawaban Ayah dengan nada bercanda yang kentara.

CompliantwinWhere stories live. Discover now