Epilog

63.1K 4.9K 690
                                    

"Mas, buset dah ya itu muka udah kaya lantai Museum Nasional, datar, dingin. Yang lihat bawaannya pengen nginjek-injek. Senyum kenapa sih...."

"Kan gue udah bilang mending pakai motion grafis aja biar...."

"Shhhhhh... kamera gue udah ready nih jangan banyak omong. Ngomong sesuai skript aja. Kelebihan omong nggak dibayar!"

Aurora memastikan tidak ada yang mengganggu set dengan kejanggalan dan suara-suara yang tidak perlu. Memastikan semua oke, dipandangnya Antariksa yang masih saja datar wajahnya.

"Pacar lo keturunan Tom Hardy di Colditz ya? Sok serem anjir mukanya."

Alyn menelengkan wajah nampak berpikir, "Tom Hardy siapa?"

"Hhhh... gue uyel-uyel lo kaya squishy!"

Aurora kembali menatap Antariksa, "Oke Mas... role tape...."

"Woy, Kunyuk! Ngomong role gitu!"

Arlo yang memegang side camera terkaget diteriaki Aurora, "Dosa Aurora Ya Allah sama pacar sendiri ngatain begitu. Ini bukan mau syuting film jadi nggak usah pakai role tape roll camera... action! Berasa Sherlock Holmes sok pintar nanti abang lo!"

Aurora mengusap wajah dan mengacak-acak rambutnya heboh, "Sampah kalian semua. Haaaa.... mau nangis gue. Mau bikin beginian aja susah amat. Buat kepentingan umat nih!"

Arlo memandangi Aurora yang terduduk dan masih heboh mengacak rambutnya. Sedangkan Antariksa mempelajari ulang opening script yang dibuat oleh Aurora. Yang bikin malas daritadi. Ya kali harus bilang, "Hai! You beautiful, you handsome. Wherever you're, saya Antariksa yang akan membantu kalian menguasai materi pelajaran dalam ha! Dua menit saja." Antariksa merasa frustrasi saat mencoba dalam hati, dia kaya sales kompor gas.

"Cup... cup... cup pacar gue. Kan udah dibilang si Anta itu nggak kompeten, mending gue aja yang jadi artisnya."

"Otak lo nggak kompeten!" Aurora menjerit. Arlo langsung mengelus dada. Dasyat memang galaknya Aurora ini, kaya habis makan bara api.

"Iya... iya... otak gue emang otak ebi. Kita mulai lagi ya, Ro. Kan habis ini mau ketemu bokap."

Aurora menggeplak wajahnya! "Iya juga. Astaga gue butuh si Sammy Ompong nih," pandangannya beralih ke Alyn, "Kak... lo ajarin sampai si Anta mukanya luwesan dikit ya," teriak Aurora ke Alyn yang sama frustrasinya karena menyuruh Antariksa untuk tersenyum.

"Hoi, i'm here!" Amara berseru dari arah pintu dan Aurora langsung berdiri menyongsongnya. Bukan untuk memarahi atau mengapresiasi kedatangan Amara, tapi dia ingin mengeplak orang di belakang Amara.

"Lo jangan bawa kabur asisten gue, Om! Berantakan nih acara. Nggak mau tahu proses produksi yang udah ketunda tadi ganti rugiin."

"Ya Allah gue dateng-dateng langsung dipalak macam apa ini." Arius rasanya mau menciduk Aurora dan dibuang ke Boven Digoel digigit Malaria trus jadi waras.

"Rang... Rang udah, ayo buruan mulai. Lo katanya mau ketemu bokapnya si Arlo."

Amara dengan cepat memberikan instruksi kepada Antariksa dan Arlo. Aurora pasrah menyerahkan proses syuting mereka ke Amara. Untung cuma syuting untuk memberi insight tentang konten mereka sebelum benar-benar masuk ke syuting inti beberapa hari kemudian.

"Oke ya, siap semuanya?"

"Go!"

Dan dua jam kemudian syuting berhasil dengan Antariksa terlihat cool kaya Manu Rios kegemaran dedek-dedek. Aurora mau gelosoran saking leganya. Satu step menuju Indonesia yang lebih baik!

CompliantwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang