BAB 17

13.9K 1.2K 19
                                    

"Yaaah, ada yang mau dekat sama gue aja udah bagus. Anak-anak lain nggak mau sama gue pasti, tau kan kutukan itu?" Sandra tersenyum hambar.

Aku gelagapan sambil melotot. "Jangan ngomong gitu! Itu semua nggak benar kok."

"Karena ada lo sama Hana mungkin, kalian sama-sama anak OSIS kan," tandas Sandra cepat.

"Woaaaah, sampe juga di tenda kita!!" Suara ceria Yunda memecah keheningan.

Aku dan Sandra menoleh bersamaan, di belakang kami ada Yunda, Chacha dan Shilla dengan ransel di punggung, tas tentengan kanan-kiri. Heboh banget. Tidak jauh dari mereka ada Hana yang memisahkan diri.

"Spesial banget tenda kita ber-enam. Yang lain ber 10, hahahaa. Inget gak dulu juga ber-10? Sampe bikin lahan baru," ujar Chacha membuat Shilla terkikik. Yunda mengangguk dengan senyum simpul nan anggun.

"Yosssh!!" Shilla menepuk kedua tangannya. "Jadi, siapa ketua tenda sini? Panitia nggak bisa jadi ketua, tapi soal kebersihan dan kerapihan kita semua bertanggung jawab."

Aku dan Sandra saling melirik, kami berdua menoleh berbarengan ke Hana yang masih berdiam diri, baru kusadari aku dan Sandra saling memiliki. Shilla, Yunda dan Chacha berteman dekat dan sangat kompak, tapi Hana? Dia cuma dekat sama Bintang, dan cowok itu tidak mungkin ada di tenda sini.

Tunggu dulu. Hana punya aku sebagai kawan kenalan dari OSIS, biar bagaimana pun dia juga yang menyelamatkanku dari penculikan itu.

"Hana bisa jadi ketua tenda kami?" tanyaku disertai senyum terhangatku. Semoga saja tidak terlihat mengerikan.

"Aku? Oke deh," sahut Hana lalu tersenyum, matanya yang bulat dan berseri-seri tidak mengurangi ukuran aslinya meskipun sedang tersenyum.

Hana mengingatkanku pada cewek yang aku tabrak tempo hari. Betul, mereka memang mirip, kecuali rambut, rambut Hana dipotong model bob.

"Pilihan yang bagus," kata Yunda, apa tuh maksudnya?

Aku dan Sandra tidak cukup baguskah untuk memimpin anak-anak di tenda ini? Setelah mengatakan itu kini Yunda yang menerima tatapan dari aku dan Sandra. Tatapan sebal. Yaaa, Sandra kan emang putri, tidak perlu repot-repot mengatur anak orang. Kalau aku, untuk mengatur diri saja sudah pusing apalagi mengatur orang lain.

"Jaga kebersihan, kerapihan, keamanan, dan kesopanan. Jangan ada yang pakai hotpants. Ini hutan bukan hotel." Suara tajam Shilla berusaha menasehati kami, tapi langsung disahut oleh Chacha.

"Hadeeeeeh, lo kali yang suka pake hotpants!"

"Kecuali di hutan, banyak nyamuk!" tukas Shilla

Kami yang junior mengangguk-angguk paham.

"Kita ngobrol di dalam yuk sambil beresin barang," ujar Yunda, kami membiarkan para senior masuk duluan, kemudian Hana, Sandra dan terakhir aku.

Jangan bilang aku kebagian posisi tidur di depan pintu tenda. Arrrggggggh, gawaaaat. Bagaimana kalau terjadi sesuatu. Saat aku masuk mereka sudah membuat pembagian posisi tidur, di pojok dalam adalah Yunda, kemudian Shilla dan Chacha, lalu Hana, Sandra dan aku beneran mendapat posisi tidur di depan pintu tenda.

Arrggggh, semoga aku tidak mimpi buruk.

Selagi kami memberesi barang-barang Yunda mengatakan sesuatu yang membuat bulu kuduk siapapun meremang.

"Udah nanya sama penjaga sini apa yang harus kita lakukan dan yang nggak bisa kita lakukan di sini?"

Chacha yang sedang melipat jaket mengangguk. "Kita nggak boleh buang air sembarangan, nggak boleh memetik dedaunan di bawah, nggak boleh berkata kasar, nggak boleh mesum, yaaa pokoknya harus jaga sikap di sini. Jangan memancing amarah para arwah di sini."

EntangledWhere stories live. Discover now