BAB 20

14.2K 1.2K 43
                                    

Yunda berjalan diapit diriku dan Shilla beriringan di jalanan yang dibentuk menurun tersusun dari batu bata. Shilla menunduk sedih menolak tatapan mata kami.

"Jangan merasa bersalah gitu, Shil." Yunda merangkul tubuh Shilla yang lebih pendek.

Temannya itu mendongakkan kepala dengan matanya yang sembab. "Gue takut ada apa-apa, kalau terjadi sesuatu gue bisa kena. Pembagian konsumsi itu kan tugas gue, tepatnya tugas kita. Lo ke mana aja sih dari tadi?" tanya Shilla sesenggukan. "Tadi di bawah pas korban pertama muntah-muntah, semua orang seakan melototin gue."

"Ada masalah yang lebih pelik, lo jangan kasih tau siapa-siapa apalagi Chacha, dia udah sering kena masalah. Kita menemukan Bu Rina terkunci dalam MCK, menurut keterangan beliau dari kaca ventilasi MCK ada orang yang mengacungkan pisau." Suara Yunda merendah saat menjelaskan kalimat terakhirnya.

Shilla menggoyangkan lenganku dan Yunda bergantian. "Beneran?"

Kami mengangguk bersamaan.

"Iya, Kak. Keadaan Bu Rina masih shock berat. Semoga dia baik-baik saja agar bisa menceritakan semuanya ke Pak Hardi."

"Aneh," gumam Shilla seakan memikirkan sesuatu. "Kalo memang makanan itu basi seharusnya mereka keracunan semua dong, bahan dan bumbunya kan sama, catering yang sama. Masa cuma beberapa anak doang." Raut wajah Shilla berubah bete, "Yaaa, kalian jangan ngeliatin gue seakan gue mengharapkan keracunan masal. Itu cuma analisis gue," tambah Shilla saat melihat perubahan raut wajah Yunda, dan aku yang berubah tegang.

"Gue nggak menuduh lo sakit jiwa karena mengharapkan mereka keracunan masal, gue baru sadar kalau lo emang benar, Shill." Penjelasan Yunda membuat Shilla mengembuskan napas lega sambil mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Aku menjilat bibir yang kering, lalu menggeleng.

"Kenapa lo?" tanya Shilla saat mendapati reaksiku barusan.

Aku mengangkat wajah, memandang kedua seniorku itu bergantian. "Kita dikerjain. Bu Rina dikunciin, aku sama Kak Yunda pergi mencari, pos box makanan cuman dijaga sama Kak Shilla, kan? Apa Kak Shilla sempat meninggalkan pos makanan?"

Yunda menoleh ke Shilla meminta jawaban atas pertanyaan yang aku lontarkan. Shilla menjilat bibir berkali-kali, lalu jawaban yang keluar dari bibir sexy-nya membuat kami mendesis.

"Iya, gue sempat turun ke lapangan untuk mengecek anak-anak. Gue kan nggak pernah kepikiran kalau bakalan ada kejadian begini, yang gue pikirin nggak ada anak murid lain yang nakal nyolong makanan, tapi ternyata fatal banget yah. Gue emang bodoh banget, teledor," ucap Shilla penuh rasa bersalah.

Kami sampai di lapangan. Di salah satu pohon mahoni besar, Sandra, Joe, Hana dan Nino duduk sambil melebarkan kaki. Nino melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum, Hana, Joe dan Sandra sudah berteriak memanggil namaku.

Saat aku hendak menuju mereka, Shilla menahan tanganku. "Jangan cerita apa pun."

Aku mengangguk, keseriusan kami buyar saat perut Yunda berbunyi.

"Ah, gue laper!!" serunya.

"Yuk, kita cari makanan. Tha, lo kalau mau makan minta sama Rama atau Ron ya, Bye!!!"

Aku melambaikan tangan pada Yunda dan Shilla lalu berlari ringan ke arah pohon mahoni itu. "Hai!" Aku hampir duduk di sebelah Joe, karena salah satu tempat yang kosong di dekatnya.

Nino menarik tanganku agar duduk di depannya dan menduduki kaki Sandra. Posisi kami persis seperti cucian basah. Tumpang tindih.

"Maksa banget sih lo, No!" maki Sandra kesal lantas menggeser tubuhnya mendekat Joe.

EntangledWhere stories live. Discover now