BAB 10

15.6K 1.3K 43
                                    

Berkat ramuan ajaib dari rempah-rempah yang mama racik, luka memar di bahuku perlahan lenyap bahkan aku sudah bisa menulis. Sekarang aku tidak memakai elastic bandage lagi, jadi aku bisa pakai jaket hitam kesayanganku.

Aku memijat-mijat bahuku sambil memutar tanganku seperti sedang pemanasan perenggangan otot. Di hadapanku anak-anak murid lain seliweran pergi menuju kantin, aku mendecak karena mereka sangat berisik. Yaaa, aku juga sih yang salah duduk di kursi semen yang bertebar di koridor menuju kantin.

Setelah penolakan secara halus yang aku lontarkan ke Nino beberapa hari yang lalu, aku menjadi sedikit tidak enak hati. Aku selalu menolak tatapan matanya, menghindarinya saat di kelas maupun saat jam istirahat seperti ini. Di kelas beberapa kali dia mengajakku ngobrol, bertanya banyak hal, yang aku tanggapi dengan singkat dan dingin.

Aku tidak mau lagi melibatkan banyak orang karena masalah pribadiku, ya benar penculikan itu pasti targetnya adalah diriku, entah siapa yang melakukannya. Pelakunya seolah tidak ingin aku hidup tenang. Dia bagai ingin aku mengakui cerita yang sebenarnya terjadi. Aku back up semua file itu itu ke laptopku. Meski aku tidak ingin melihatnya ada di ponselku, aku menyimpannya di laptop.

Aku jadi bete sendirian saat berjalan di koridor untuk kembali ke kelas, Sandra melewatiku dengan langkah besar-besar, tapi beberapa detik kemudian dia menoleh ke arahku dengan air muka yang tidak mengenakan.

"Lo kok ngilang mulu sih, Tha?" celetuknya.

"Ada kok. Lo mau ke mana kok buru-buru?" tanyaku balik.

"Mau melabrak OSIS. Beraninya mereka melelang posisi sepenting itu," cetus Sandra galak.

"Melelang gimana maksudnya?"

"Yaaa gitu deh, udah lo harus temenin gue ke ruangan OSIS. Mereka pasti ada di sana!"

Oh, aku hampir mengumpat siapa dia beraninya melabrak OSIS dan menantang kebijakan OSIS. Lantas teringat bahwa gadis ini adalah pewaris tunggal sekolahan ini. Apalagi OSIS adalah organisasi yang paling penting dalam mengurus kepentingan siswa di sekolah.

Setelah tahu dari Chacha mengenai tugas OSIS yang bertambah sebagai detektif sekolahan aku semakin kagum saja. OSIS adalah organisasi yang normal di sekolah lain, tapi tidak untuk sekolah ini di mana mereka mengemban tugas yang sangat berat, melindungi murid-murid dari berbagai kejadian, mencari tahu setiap masalah untuk menjaga nama baik sekolah, mereka lebih mirip agen rahasia dengan kedok OSIS.

Demi melindungi sekolah ini mereka rela mempertaruhkan nyawa. Tapi, apa penyerangan terhadap OSIS itu karena mereka mencari tahu kejadian-kejadian yang pernah terjadi di sekolah ini? Reksa saja bisa memalsukan imejnya, dia berhasil menipu sebagian orang dengan imej polos dan kalemnya. Kenyataannya dia memiliki masa lalu kehidupan yang gelap bersama Kevin. Apalagi si Rama yang tegas, jutek tapi cerdas begitu? Mungkin itu hanya sebagian kecil dugaanku saja, ya aku kan cuma bisa menebak, hasilnya selalu tidak tepat.

Sandra menarikku paksa menuju ruangan OSIS, di depan ruang OSIS ada sebuah meja yang dikerubutin oleh beberapa anggota OSIS. Saat melihat kehadiran kami otomatis mereka langsung berdiri.

Di kursi satu-satunya Shilla duduk sambil mengipas-ngipas bak ratu kerajaan. "Hai. Mau daftar jadi anggota OSIS?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat, menyunggingkan senyum kecil. Shilla mungkin gadis tercantik seantero sekolah yang pernah aku temui, kalau rambutnya dicat pirang ala barbie mungkin dia bisa dilabeli seperti Sharpay Evans. Wajahnya sangat ideal, tidak ada cacat atau bengkok sedikit pun, yaaa perfect lah, gaya-nya yang seperti ratu dan heboh itu membuat cewek manapun iri dan merasa tertindas jika berada di dekatnya, termasuk aku.

Andai aku memiliki sikap se-PD dirinya.

"Mana ketua OSIS?" Suara Sandra terdengar dingin dan cukup tegas.

EntangledWhere stories live. Discover now