Chapter 06: Our New Play

34.1K 2.4K 114
                                    

Final 06: Our New Play

-Gilbert's POV-

.

.

Aku membuka mataku dan melihat langit-langit kamar yang tidak asing. Tubuhku masih terasa sakit dan sedikit linu pada bagian tertentu. Aku berusaha menggerakkan tanganku namun sesuatu membatasi gerakkanku.

Aku melihat An-Hee tengah terlelap seraya menggenggam tanganku, melihatnya berada di sisiku seperti ini, benar-benar membuatku lega. Aku mengulurkan tanganku yang lain dan mencoba untuk membelai kepalanya lembut. Rambut hitamnya yang halus begitu nyaman saat disentuh.

"mm...mhm.."

An-Hee perlahan-lahan bangun dari tidurnya, ia mengusap matanya dan perlahan menoleh ke arahku. Begitu kami bertatap dan bayanganku terpantul di pupil matanya, ia terbelalak kaget menatapku.

"Apa? Kau melihatku seolah melihat hantu.." ujarku pelan sambil mencoba untuk bersandar ke punggung ranjang. An-Hee membantuku mengambil bantal untuk jadi sandaran yang lebih empuk. "Kau baik-baik saja?" ia mulai menggenggam lebih erat tanganku dan membawa tanganku ke keningnya.

"An-Hee?" panggilku

"Terimakasih, Bapa... terimakasih Bunda Maria..." gumamnya dengan suara yang lirih, bahunya mulai bergetar pelan dan isakan mulai terdengar. Ini kali pertama seseorang menangis untukku, seolah aku adalah satu-satunya orang yang paling berharga bagi mereka. Ah, aku memang berharga baginya, begitu juga dia bagiku.

"Aku begitu takut kau akan meninggalkanku...Gil..." ujar An-Hee, ia mengangkat wajahnya dan menatapku. Air mata membasahi pipinya, tangankupun ikut basah karena air matanya. An-Hee membawa tanganku ke bibirnya dan mengecup telapak tanganku lembut.

"Apa kau mengerti sekarang?"

"Gil..?"

"Bagaimana perasaanku saat kau dengan ceroboh terluka," jawabku sambil menyeringai lemah ke arah An-Hee. Aku menarik tangannya dan memintanya duduk di ranjang. An-Hee menatapku dengan wajah sedih saat ia mendengar apa yang kukatakan tentangnya. "Berapa kali kau membuatku terkena serangan jantung, bocah jalang." ujarku lagi. An-Hee membawa dirinya mendekat dan lebih dekat hingga aku mampu melumat bibirnya.

"Aku benar-benar ketakutan..." ujarnya setelah bibir kami berpisah, "belum pernah sekalipun terlintas dalam benakku, melihatmu jatuh dan bersimbah darah... Aku tidak dapat berhenti menyalahkan diriku atas apa yang terjadi padamu..." ujarnya, aku menariknya dan membiarkan An-Hee menangis dalam pelukanku.

"Aku harap baik aku dan kau sama-sama belajar untuk lebih berhati-hati," ujarku seraya membelai kepalanya, An-Hee memberi anggukan kecil sebagai jawaban. "Johnson bilang kau kehilangan banyak darah, apa kau baik-baik saja? Apa perlu kupanggilkan John—". "Aku membutuhkanmu lebih dari Jonhson." potongku. "Aku baik-baik saja, Johnson bisa diandalkan, kau tak perlu lagi cemas." tambahku. "Tapi, Gil... apa yang terjadi? Bagaimana bisa kau terluka?" tanya An-Hee. "Sebelum mendengar ceritaku, aku ingin tahu apa yang terjadi padamu. Kau, apa yang Guskin lakukan padamu?" tanyaku, aku mencengkram kuat pergelangan tangan An-Hee saat mengingat kembali bagaimana An-Hee tiba-tiba menghilang.

"A-Aku..."

"Apa yang kau dan Guskin lakukan?!"

"Kau begitu asyik menikmati pesta dan bahkan nampak mesra dengan wanita-wanita kaya pesta itu..." jawab An-Hee, raut wajahnya berubah kesal. "Kau tahu apa yang dimaksud dengan lips service ? Aku tak percaya, kau sudah lima tahun lebih berada di sisiku dan kau masih merasa aku akan meninggalkanmu untuk pelacur?" tanyaku, kini aku sama kesal dengannya. "Hentikan bicara kasar begitu! Aku tahu aku selalu bersamamu lebih lama dari yang siapapun kira! Tapi.... tetap saja aku tidak merasa aku benar-benar layak untukmu! Kalau mereka pelacur lalu aku apa? aku bahkan...lebih buruk... bocah jalang...benar bukan?" jawab An-Hee, ia menundukkan wajahnya dan membuatku kehilangan kata-kata.

SINFUL -Judgement- [ 2 ]Where stories live. Discover now