Chapter 08: Yellow Dandelion

30.9K 2.4K 187
                                    

Final 08: Yellow Dandelion


-An-Hee's PoV-

.

.

Aku beringsut turun dari ranjang dan menoleh ke arah Gilbert yang masih tertidur pulas. Sebelum pergi membasuh diri, aku berjalan mendekati sisi ranjang dimana Gilbert masih terlelap, duduk di pinggiran ranjangnya dan menatap wajah Gilbert yang masih terlelap.

"Musuhku, semua yang membenciku, tidak akan segan-segan membunuhmu—karena itu kau harus membunuh seperti apa yang mereka lakukan!"

Kata-kata Gilbert tiba-tiba kembali muncul seperti lonceng gereja sore hari yang membuatku tidak mampu memikirkan hal lain selain suara lonceng sore itu. Meski aku berhasil membuat Gilbert setuju untuk mengajari cara melindungi diri tanpa aku harus membunuh orang, namun aku masih belum bisa melupakan kata-katanya.

"Kenapa harus membunuh karena benci...Gil..." gumamku pelan sebelum beranjak pergi.

Setelah aku selesai membasuh tubuhku, aku kembali ke dalam kamar untuk mengambil baju dan menata diri. Saat kembali ke dalam, aku mendapati Gilbert tengah duduk di ranjang seraya menghisap rokoknya dan dengan asbak di tangan kirinya. Ketika melihatku dan pandangan mata kami bertemu, Gilbert memadamkan rokoknya lalu meletakkan kembali asbak di atas meja lampu di samping ranjang.

"Kau sudah bangun rupanya." ujarku lalu berjalan ke lemari pakaian, menurunkan tirai merah maron yang menutupiku. Aku menanggalkan kimono mandiku dan membuka lemari, memilah-milah pakaian yang akan kugunakan hari ini. Cuacanya tidak begitu dingin jadi aku tidak perlu memakai berlapis-lapis pakaian hari ini.

"Siapa yang tidak akan terbangun saat mencium aroma sabun yang kau pakai mandi, bocah." ujar Gilbert. "Seharum itukah?" tanyaku lagi sambil mengancingkan satu persatu kancing kemeja yang aku pilih untuk dipakai. Aku tidak mendengar Gilbert menjawab pertanyaanku, melainkan hanya suara derap kaki yang semakin mendekati arah lemari pakaian. Dan tidak lama, tirai merah itu tersibak, Gilbert mengingkat kembali tirai itu lalu menghampiriku. "Mungkin indra penciumanku saja yang terlalu sensitif dengan aroma bocah jalang sepertimu." ujar Gilbert, ia menarikku dan mendekapku kuat-kuat, kedua tangannya berada di pinggulku ia menatapku lekat-lekat sebelum melumat bibirku.

"Mhmm.."

Lidahnya kembali bergulat dengan lidahku, giginya sesekali mengigiti bibirku dan menghisapku kuat-kuat. Aku melingkarkan lenganku di lehernya, menikmati ciuman pagi kami. "Ah.." desahku pelan setelah Gilbert menarik diri dariku. "Harusnya kau menungguku bangun..." ujar Gilbert seraya membelai pipiku, dengan lemah lembut ia menyibakkan poniku dan mengecup pucuk hidungku. "Kenapa?" tanyaku. "Kita bisa mengambil waktu bercinta di bath tub, bukan?" jawab Gilbert menyeringai menggoda. "Aku akan mematahkan pinggangku jika kau tidak membiarkanku istirahat." jawabku sambil mendorong Gilbert mundur. Aku kembali menatap ke cermin di lemari pakaian dan membetulkan ikan pinggangku.

"Hari ini kau bisa minta Ian menemanimu berlatih bela diri." ujar Gilbert mengganti topik pembicaraan kami. Aku menoleh ke arahnya heran, "bukannya kau bilang kau yang akan mengajariku?" tanyaku, setengahnya melakukan protes. "Aku bisa mematahkan pinggulmu." jawab Gilbert ringan dan berjalan ke arah kamar mandi. Aku menggembungkan pipiku dan berputar kembali ke arah cermin. "Selalu saja begitu!" gerutuku kesal.

***

Selesai menata diri, aku bergegas pergi ke ruang makan untuk sarapan. Di ruang makan aku melihat Ian, Xing, Adelle, Riley, Neo, Tyler dan Ashton sudah duduk di kursi meja makan, sibuk mengoles roti bakar mereka dan meneguk susu atau kopi.

Ketika aku masuk untuk bergabung, beberapa anak buah Gilbert menyapaku dan memberi salam. Aku menganggukkan kepalaku sebagai balasan lalu bergabung bersama yang lainnya. "Selamat pagi." sapaku, Adelle yang kebetulan duduk di sebelahku memberikan senyuman dan pelukan hangat. "Good morning, sweetie." balasnya. "Mornin' My Baby An-Hee!" sapa Neo dengan mulut celemotan selain coklat kacang. Seperti biasa meski Neo sudah bukan lagi anak-anak tapi dia tidak banyak berubah, hanya posturnya yang bertambah lebih dewasa. "Pagi, Neo.. ada coklat di sudut bibirmu." ujarku seraya menunjuk ke arah sudut bibir Neo. "Tyler, lick it!" ujar Neo tiba-tiba kepada Tyler yang duduk di samping Neo. Terkejut dengan apa yang Neo lontarkan padanya, Tyler menyeburkan susu yang ada di dalam mulutnya keluar.

SINFUL -Judgement- [ 2 ]Where stories live. Discover now