Chapter 09: Wavering Mind

29.2K 2.2K 122
                                    

Final 09: Wavering Mind

-Gilbert POV-

.

.

Aku melemparkan An-Hee ke ranjang lalu membuka satu persatu kancing kemejaku dan menanggalkan kemejaku setelah semua kancing terlepas. An-Hee menatapku dengan pipi semerah bunga mawar sambil perlahan-lahan melepaskan kancing bajunya. Aku perlahan-lahan naik ke atas ranjang dan membantu An-Hee menanggalkan pakaiannya, "hari ini kau mau menggodaku lebih dulu atau aku yang menggodamu lebih dulu?" bisikku pelan di telinganya kemudian perlahan-lahan menggigiti daun telingan lembut An-Hee. "Nnhn....G-Gil, kau membuatku geli...h-hentikan." pinta An-Hee seraya mencoba mendorongku menjauh dari telinganya.

Berpindah dari daun telinga, aku turun ke lehernya dan menggigit lehernya seperti seorang penghisap darah yang haus akan darah. An-Hee melenguh pelan saat gigiku menekan ke daging lehernya kemudian melingkarkan lengannya di leherku. "Gil... tolong sentuh aku..." bisik An-Hee pelan saat aku masih sibuk menggigit dan menjilati lehernya. "Hmm? Di mana aku harus menyentuhmu?" jawabku kembali berbisik di telinga An-Hee. "Kau tahu, bukan?" balas An-Hee dengan wajah sedikit kesal. "Sayang sekali aku tidak tahu di mana tepatnya aku harus menyentuhmu." jawabku sambil menyeringai, An-Hee mengerutkan alisnya lalu berbisik pelan, "Sentuh penis...ku..." Aku merogohkan tanganku ke dalam celana An-Hee dan mulai membelai lemah ereksi An-Hee.

"Mmhmm....mhh...mm..." An-Hee menyandarkan keningnya di bahuku, membiarkan napasnya yang mulai berubah panas dan berat bersinggungan dengan kulitku. "An-Hee, hari ini kau lebih aktif dari biasanya, hm?" An-Hee menggelengkan kepalanya tanpa menatapku, "apa...kau..nhh...membenciku?" tanya An-Hee masih menunduk. "Apa aku mengatakan aku benci padamu?" balasku, "Ahh...haa..." An-Hee mendesah pelan saat tanganku bermain dengan kepala ereksinya. "Gil...aku tidak tahu kenapa ...tapi aku menginginkanmu...lebih...dan lebih." ujar An-Hee dengan wajah yang luar biasa erotis. "Akan kuberikan semua yang ada padaku untukmu, bocah jalang." Aku mengangkat An-Hee dan menaruhnya dipangkuanku, Aku menjulurkan lidahku lalu menyentuh putingnya sementara salah satu tanganku membelai ereksinya dan tangan lain mulai masuk ke dalam pinggulnya.

"Nnnhhh....Gil..."

Lidahku terus bermain-main dengan putingnya, kadang-kadang dengan sengaja aku menghisap putingnya yang ikut tegang karena ereksi yang tubuh manis An-Hee rasakan. Lengannya yang kecil memelukku erat-erat, seolah An-Hee tidak ingin aku menjauh darinya. Menjawab perasaanya, aku mulai memasukkan satu jariku ke dalam lubang duburnya, perlahan mendorong masuk kemudian perlahan-lahan lagi menarik jariku mundur. Tubuh manis An-Hee mulai menjadi tegang saat aku menambahkan satu jari lagi ke dalam lubang duburnya. An-Hee yang memelukku menarik tubuhnya dan menatapku dengan wajah yang semerah tomat, "Gil...aku sudah tidak tahan...ijinkan aku keluar.." pintanya. "Kau tahu peraturannya, kan?" balasku sambil tersenyum menatap An-Hee. An-Hee tahu dengan betul kalau dia tidak akan semudah itu dibiarkan mencapai klimaks sebelum dia membuatku lebih bernapsu, menginginkan dirinya. Detik berikutnya An-Hee mendekatkan wajahnya ke leherku dan tanpa mengatakan apapun, ia menggigit leherku.

"Tsk..!"

"Mmhhmm.."

"An-Hee...!!"

"Aahhnn...mmffmm.."

An-Hee sama sekali tidak berhenti menggigiti leherku meski aku mulai mendecak kesal dan nyeri karena giginya yang menekan leherku terlalu dalam. Namun anehnya, aku senang An-Hee mulai mencoba untuk merangsang gairahku dengan cara-cara yang tidak biasa. Seharusnya memang begitu! Bocah jalang peliharan Gilbert Rossivekaya memang harus seperti ini!

Aku mempercepat gerakkan tanganku baik tangan yang membelai ereksinya maupun tangan yang sibuk menggali ke dalam lubang duburnya. An-Hee melepaskan gigitannya lalu menatapku sambil menggigit bibir bagian bawahnya. "Kau ingin keluar?" tanyaku, An-Hee menganggukkan kepala, "Ijin..kan..aku..ahh.." Aku membawa tubuhnya jatuh berbaring di atas ranjang kemudian menarik turun celana yang ia gunakan. Setelah itu aku meminta An-Hee untuk menyentuh ereksinya sendiri sementara aku mengambil peluma di laci meja lampu di samping ranjang, kebetulan aku menemukan Penutup mata juga di dalam laci. "An-Hee, pejamkan matamu." ujarku sambil membuka tutul botol pelumas dan menuangkan pelumas itu ke tangan, melumuri tangan kiriku yang perlahan-lahan kuusapkan di dinding mulut lubang dubur An-Hee. An-Hee tanpa bertanya mengapa, memejamkan matanya dan setelah ia memejamkan matanya, aku memakaikan penutup mata itu pada An-Hee.

SINFUL -Judgement- [ 2 ]Where stories live. Discover now