Chapter 10: The Two-faced World

24.2K 2.2K 216
                                    

Final 10: The Two-faced World

-An-Hee's PoV-

.

.

Aku menutup kedua telingaku dengan maksud untuk tidak mendengar suara adu tembak dari lantai dasar, meski nampaknya sia-sia saja. Kenapa hal buruk terjadi pada orang-orang yang tidak bersalah? pikirku sambil menatap tubuh tanpa nyawan Lynn yang tergeletak di lantai granit putih klinik. "...apa...aku..yang...menyebabkan semua ini...?" gumamku pelan, perlahan-lahan memeluk kedua lututku dan meringkuk seperti seorang pengecut.

Aku masih saja meringkuk sambil memeluk kedua lututku, bahkan sampai Ian dan Xing kembali ke ruangan di mana aku menunggu mereka kembali. "An-Hee, kau baik-baik saja?!" tanya Ian cemas seraya jalan berjongkok menghampiriku. Aku mengangkat kepalaku dan mengangguk lemah, "Ian, bagaimana denganmu?" tanyaku. "Tenang saja, aku baik-baik saja." jawab Ian, "Xing? Apa kau baik-baik saja??" tanyaku ganti pada Xing, Xingpun menganggukkan kepalanya dan membuatku menghela napas lega.

"An-Hee, apa kau diserang lagi dari arah gedung sebelah?" tanya Ian, aku menggelengkan kepalaku, "tidak, tidak ada serangan lagi.." jawabku. Ian menatap Xing setelah mendengar jawabanku, lalu Xing mengisi kembali pistolnya dan bergegas berdiri memandang ke arah gedung di seberang. Tidak perlu lebih dari dua detik, Xing kembali merunduk dan bersembunyi, kemudian terdengar suara tembakan yang mengenai lemari dokumen. "Ian, belum cukup aman." lapor Xing, "Tsk! merepotkan sekali!" umpat Ian kesal. "Ian, bukankah kita bisa kabur lewat lantai dasar? Kalian sudah membereskan orang-orang itu, bukan?" tanyaku. "Sayang sekali terlalu berbahaya. Mereka sniper yang cukup handal, mereka bisa saja menembak kita saat kita hendak kabur lewat pintu utama di lantai dasar." jawab Ian. "Lalu sampai kapan kita akan menunggu?" tanyaku lagi, jujur saja aku sudah tidak nyaman dengan situasi seperti ini. "An-Hee, Neo dan yang lainnya akan segera-" Belum sempat Xing menyelesaikan kalimatnya, suara ledakan yang begitu keras dan hebat terdengar. Gedung klinik berguncang, aku mencengkram lengan Ian sambil menutup mataku erat.

"Apa yang terjadi?!" seru Ian sambil mendekapku lalu Xing bergegas berdiri lagi untuk melihat apa yang terjadi. "Mereka meledakan gedung asuransi." ujar Xing, aku dan Ian mendongak ke arah Xing heran. "Apa maksudmu?" Ian perlahan-lahan berdiri mengikuti Xing, akupun dengan gugup keluar dari tempat persembunyian lalu menatap ke arah mana Xing dan Ian memandang, asap hitam tebal yang mengepul dari gedung seberang. Tidak lama kemudian ledakan kembali terjadi sama hebatnya. "A-Apa yang terjadi??" tanyaku cemas, "Bocah gila itu benar-benar tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan normal!" seru Ian yang masih melindungiku dari guncangan. Setelah guncangan berhenti, suara seseorang yang berteriak dari luar gedung mengejutkan kami.

"HEY, OLD MAN! ARE YOU OKAY? ARE YOU STILL ALIVE? IS BABY AN-HEE ALRIGHT?"

"N-Neo...?"

"Ah, siapa lagi kalau bukan bocah otak simpanse!" ujar Ian yang nampak kesal, Ian bergegas menghampiri jendela dan melongok ke luar.

"Yeah, but you almost killed us!!"

"Tch! I AM SO SORRY, OLD MAN!"

"Don't click your tounge!!"

Sementara Ian berteriak marah ke arah Neo di luar, Xing menepuk bahuku dan membuatku terkejut. "An-Hee, sekarang kita sudah aman." Aku menatap Xing dan menghela napas lega, "Apa kita bisa pergi dari tempat ini sekarang?" tanyaku, Xing menganggukkan kepalanya kemudian membantuku berjalan pergi meninggalkan ruangan. Namun sebelum aku melangkahkan kaki meninggalkan ruangan, aku meminta Xing untuk memberikanku waktu sebentar. Aku berjalan menghampiri mayat Lynn dan berjongkok menatap mayat Lynn, perlahan-lahan mengulurkan tanganku lalu menutup mata Lynn.

"An-Hee?" Ian memanggilku

"Bolehkah aku berdoa untuk Lynn?" pintaku sambil menahan air mata. Ian menatapku sebentar sebelum ia menganggukkan kepalanya lemah dan memberikanku waktu. Aku menutup mataku dan menundukkan kepala lalu dalam berdoa.

SINFUL -Judgement- [ 2 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang