Chapter 2 : We Meet Her

244 27 2
                                    

Ayu POV

Jam masih menunjukan pukul tiga pagi namun aku dan yang lainnya sudah berkumpul di depan hotel. Kami sudah selesai menginap dan sekarang akan pergi.

"Lama tak berjumpa"

Ayu POV End

Dhea POV

"Lama tak berjumpa"
"Ya, lama tak berjumpa. Kau sudah mempunyai pengikut rupanya. Hahaha"
"Yah, kenalkan, ini Nisa."
"Yah yah. Hai Nisa! Senang bertemu denganmu. Bagaimana rasanya?"
"Rasa apa?"
"Rasa menjadi pengikut Kurnia?

"Biasa saja"
"Kau orang yang dingin ternyata. Baiklah! Kita, bisa pergi dari negara ini sekarang" Seru Dhiya
"Ya. Mari menuju ke Bandara"

Diperjalanan ke bandara,aku dan Kurnia berbincang - bincang tentang kasus pembantaiannya. Setibanya di bandara ternyata kami hampir terlambat. Pesawat sudah akan berangkat tujuh menit lagi.

"Pesawat sudah akan berangkat!Semuanya cepat!"
Kami pun berlari kencang ke arah pesawat. Tiba - tiba
"Hey, Pembunuh berantai! berhenti disana!"

Deg!

Itu adalah polisi. Gawat, Kurnia sedang tidak menggunakan masker.

"Kurnia! Pakai maskerku!" Ujarku sambil memberikan masker yang kupakai kepada Kurnia.
"Tapi, bagaimana denganmu?" Tanya Kurnia khawatir.
"Jika kau tertangkap kita semua akan tamat" Tegasku.

"Kalian semua berlarilah!" Perintah ku
Aku berbalik untuk melemparkan beberapa kelerang kepada polisi - polisi itu. Karena terburu - buru, botol minumku yang terdapat ukiran namaku terjatuh dan aku tidak sempat mengambilnya. Polisi - polisi itu juga sudah melihat wajahku

Aku berhasil. Lari mereka terhambat karena lemparan kelerengku. Aku segera mempercepat lari untuk menyusul teman - temanku tang sudah masuk duluan ke pesawat

"Bagaimana, Dhea?" -Dani
"Apa mereka berhenti mengejar?" -Hafwan
"Apa yang kau lakukan kepada mereka?" -Doni
"Apa mereka menyerah?" -Nisa
"Apa wajahmu terlihat oleh mereka?" -Kurnia

Deg!

Mereka terlihat sangat khawatir. Ketika aku baru saja duduk, mereka menghujaniku dengan berbagai macam pertanyaan. Tetapi, pertanyaan yang dilontarkan oleh Kurnia membuatku menghela napas panjang.

"Ya, kurasa mereka melihat wajahku. Parahnya lagi, aku menjatuhkan botol air minum ku" Lirih ku
"Apa?!!!" Panik Skycode dan Anacha bersamaan. Mereka memang yang paling dekat denganku. Jadi kurasa, mereka tau tentang ukiran nama di botol minumku.

"Ada apa dengan botol minumnya?" Tanya Nisa kebingungan
"Ada ukiran Dhea Arini di botol minum itu" Jawab Skycode
"Kau akan tertangkap jika mengunjungi negara ini lagi!" Peringat Anacha
"Ya, aku tau. Aku tidak akan pernah datang lagi" Jawabku

"Aku tidak yakin akan hal itu"
"Kenapa kau tidak yakin, Kurnia?"
"Masih banyak orang sepertiku disana. Kau akan membutuhkan mereka suatu saat nanti, percayalah padaku"
"Itu artinya, Dhea akan kembali lagi ke Venezuela suatu saat nanti?" Tanya Ayu
"Mungkin. Tapi kuharap tidak" Jawabku.

Dhea POV end

Kurnia POV

Dapatkah aku berkata bahwa aku bebas sekarang? Bertemu kembali dengan sahabat lama adalah hal yang sangat membahagiakan. Apalagi, kalau sahabat lamamu itu sampai menyelamatkan mu.

Kami sedang dalam pesawat sekarang. Aku sudah tidak memikirkan tentang kasus ku lagi. Aku tidak ingin memikirkan nya. Aku dan pengikutku ,Nisa. Nisa sebenarnya lebih kuanggap sebagai sahabatku daripada pengikutku. Dia jugalah yang menyelamatkan ku sewaktu pembantaian minggu lalu.

*Flashback On

"Apakah semuanya telah dibunuh?"
"Sudah. Tidak ada orang lagi dirumah ini. Dan, di tas inilah uang yang kita perlukan"
"Bagus Nisa! Mari kita per-"

Sreeeekkkk

Nisa, menarikku menghindari peluru yang hampir menembus bagian punggungku.

"Kejar pembunuh itu!"
Aku dan Nisa segera berlari sekencang - kencannya keluar dari gedung.

"Kurang ajar! Bagaimana mereka bisa tau?"
"Sepertinya kita salah perkiraan. Disudut ruangan itu ternyata ada CCTV nya"

*Flashback Off

Aku sangat berterima kasih kepadanya. Aku mempunyai banyak pengikut. Tapi, aku lebih memilih mengajak Nisa untuk ikut bergabung bersama Dhea, Anacha, Skycode, dan yang lainnya.

Kurnia POV End

Nisa POV

Akhirnya, aku keluar dari Venezuela! Aku sangat senang karena Kurnia memilihku sebagai orang yang diajak bergabung di kelompok Dhea dan teman - temannya.

"Dhea. Kita harus memilih negara dengan paham Liberalis! Kita harus bisa bergerak bebas dalam melaksanakan misi!"

































"Aku tau, Nisa. Itulah sebabnya kita menjadi penumpang pesawat yang sedang terbang menuju Kanada."

The MurderWhere stories live. Discover now