Chapter 4 : A Neighbor

177 24 2
                                    

Skycode POV

"Kalian bisa berbicara bahasa Indonesia?"

"Hah?" Kami semua terkejut. Tetangga seberang itu ternyata bisa berbahasa Indonesia.
"Ya, kami bisa." Jawab ku

"Apakah kau orang Indonesia?" Tanya ku
"Ya. Itulah sebabnya aku bisa mengerti bahasa kalian." Jawab si tetangga sambil tersenyum

Kami pun berkumpul di depan api unggun bersama si tetangga. Dhiya mengambil makanan dan kami pun makan bersama. Setelah dirasa tidak dingin lagi, si tetangga pun pamit untuk pulang.

"Terima kasih untuk api unggun dan makanannya."
"Ya, tidak masalah. Semoga kita bisa 'bekerja sama' "
"Tentu saja."

Skycode POV End

Dhea POV

Si tetangga sudah pulang. Aku dan yang lainnya kembali berkumpul di depan api unggun.
"Dia sudah pulang?"
"Sudah Hafwan. Rumanya hanya beberapa langkah dari depan rumah kita ini"

"Siapa namanya?" Tanya Nisa
"Omegat! Lupa nanya!" Jawabku
"Ngapa kamu jadi pikun?" Tanya Doni
"Faktor umur friend!" Jawab Dani

Pletakkk

"Jaga mulut ya!" Bentakku
Dasar gendut! Berani -beraninya dia mengataiku seperti itu. Sama saja artinya dia mengataiku tua!
"Aduh, sakit tau!"
"Rasakan!"

"Sudah oy! Kita tuh lagi ngebahas tetangga tak diundang tadi! Ngapa jadi ngawur?" Tegur Anacha
Tumben dia bijak? Biasanya kalau tidak menyeramkan, dia akan menjadi menyebalkan

"Tau kalian ini! Menjijikan dan kekanak - kanakkan!" Ujar Skycode
"Tuh mulut apa cabe? Pedes amat!" Sindir Anggi

Pletakkk

"Jaga mulut ya!" Bentak Skycode
"Tadi negur orang, sekarang dia sendiri yang ngawur."
"Tau tuh. Ga jelas!"

Pletakkk

Pletakkk

"Udah oy! Bosen liatnya!" Tegur Ayu
"Hafwan sama Doni tuh harus dikasih pelajaran tau!" Jawab Skycode tidak terima

"Aku lupa sekaligus tidak sempat menanyakan namanya. Lagi pula tidak penting untuk tau. Dia hanya menumpang menghangatkan diri sebentar. Mungkin juga itu terakhir dia datang ke sini" Jawab Dhea atas pertanyaan yang tertunda tadi

"Hmm, Benar juga. Tapi juga tidak" Sahut Kurnia yang sendari tadi diam
"Kenapa begitu?" Tanya Adam
"Dia mungkin akan ada sangkut pautnya dengan kita suatu saat nanti"

Skycode POV End

Kurnia POV

"Dia mungkin akan ada sangkut pautnya dengan kita suatu saat nanti"

Aku berkata seperti itu bukan tanpa alasan. Bukankah tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini?Nisa saja yang awalnya tidak pernah bertemu dengan Dhea bisa menjadi anggota kelompok nya. Apa lagi orang yang pernah bertemu dan berkumpul bersamanya?

"Hari sudah malam. Besok kita harus 'mencari uang'. Jadi, tidurlah" Perintah Dhea
Kami semua pun menuju kamar masing - masing lalu menuju alam mimpi.

Kurnia POV End

Adam POV

*Di pagi hari

Jam masih menunjukan pukul dua pagi. Namun, kami telah bangun dan berkumpul di sebuah supermarket yang buka selama dua puluh empat jam

"Give me the money!" Paksa Skycode sambil menodongkan sebuah pistol ke arah penjaga kasir
"Oh my god. W-who are you?"
Tanya si penjaga kasih dengan panik. Kami memang menggunakan masker untuk menutupi wajah kami, dan kami adalah orang baru disini.

"Just give us the money, bitch!"
Bentak Dhea

Si penjaga pun segera memberikan kami uang. Anacha dan yang lainnya mengambil bahan - bahan makanan yang diperlukan. Selesai merampok, kami pun bergegas keluar dari supermarket.

Namun, ternyata diluar supermarket banyak polisi yang mengepung.
"Stop there!" Teriak salah satu polisi
"Run!!!!" Teriak Dhea

Kami telah sepakat akan menggunakan bahasa inggris jika di tempat umum. Alasannya adalah agar mereka tidak tau kalau kami berasal dari Indonesia

Kami berlari secepat mungkin untuk menghindari polisi sekaligus mencari tempat bersembunyi. Tidak mungkin kami pulang ke rumah. Bisa - bisa kami tertangkap dan rumah kami digusur. Rumah itukan mahal!

Kami berhasil bersembunyi di balik semak yang tinggi. Tetapi, Anacha tertinggal dibelakang karena membawa banyak sekali bahan makanan. Sedangkan polisi mulai mendekat

Tiba - tiba, seseorang menarik Anacha ke semak belukar tak jauh dari semak tempat kami bersembunyi. Polisi melintas begitu saja karena tidak menyadari keberadaan kami

Kami bergegas menjemput Anacha ke semak. Dan yang kami lihat adalah Anacha yang sedang berjongkok bersembunyi bersama orang yang kemarin datang ke rumah kami. Ialah tetangga kami

"Sudah kuduga, kita bisa bekerja sama" Ujar Dhea sambil mengulurkan tangan membantu si tetangga untuk berdiri
"Sudah ku katakan Tentu" Jawab si tetangga sambil tersenyum
"Hey, Anacha. Kau tidak apa - apa?" Tanya Skycode
"Aku dan bahan makanan kita baik - baik saja" Jawab Anacha

"Kau sudah melihat bagaimana kami sebenarnya. Sekarang, apa kau masih menjawab 'Tentu' untuk bekerja sama?" Tanya Skycode dingin sambil menodongkan pistol ke kepala si tetangga
"Hey, hey! Tenang dulu! Kita bisa bicarakan ini baik - baik!"

The MurderWhere stories live. Discover now