|| White Tea

2.7K 179 60
                                    

Tanaman camellia sinensis pilihan yang dipetik sedari muda. Di seduh dengan air hangat. Bisakah kau menebak seperti apa rasanya?

Selamat menikmati.

<===>

Melihat wajah (Name) yang cukup dumb-founded, pelayan yang ada di depannya tertawa setelah sebelumnya sempat terikut bingung.

"Nyonya pasti kedinginan kalau duduk di sana terus. Ayo masuk," tawarnya pelayan itu.

(Name) mengerjap. Baru menyadari bahwa dirinya sedari tadi telah bengong, menatap kosong ke arah si pelayan. Sempat berpikir, namun akhirnya gadis ini mengambil ajakan tangan dari sang pria. Malu-malu.

Gadis itu membalas senyuman, menggumamkan sepintas perkataan maaf sebelum bertanya. "Anu ..., apakah Tuan tahu arah mana stasiun kereta?"

Angin bertiup makin kencang. Tak kuasa tubuh (Name) bisa menahannya. Alhasil ia memeluk dirinya sendiri, menambah kehangatan tambahan.

Brrr, kenapa bisa jadi sedingin ini?

Si pelayan tersenyum ramah. Melepas paksa kurungan tangan (Name). Menarik pergelangan tangannya masuk ke dalam kafe tersebut.

"Ah-- tunggu!" (Name) menghentak. Tangannya dilepas. Sempat ketakutan karena kelakuan si pelayan yang tiba-tiba.

Siapa 'sih yang tidak takut kalau ada pria yang tiba-tiba menarik tangan buat masuk ke dalam suatu bangunan yang belum pasti?

Maksudnya, apakah sudah yakin kalau di dalam sana benar-benar sebuah kafe? Modus menipu di zaman sekarang sudah banyak.

Hm ....

Wajah terlihat bingung. Ia menatap (Name) lekat-lekat. "Ada apa?"

Ada apa ...?

"Aku benar-benar harus pulang," ucap (Name) terbata. "kau jangan seenaknya menarik tanganku. Aku masih berdaya untuk memanggil polisi!"

Meskipun sempat terkesiap. Tak kunjung senyum yang ramah itu hilang dari wajah putih sang pria. Mungkin ia berusaha menenangkan. Senyuman yang seakan berucap 'semua akan baik-baik saja'.

"Tenang saja," ucap sang pria. "takkan kulakukan hal-hal yang membahayakan." Ia kemudian sedikit membungkuk. Memperlihatkan name tag yang ada pada jas hitamnya. "Aku akan memberitahukanmu namaku. Untuk jaga-jaga, agar kau tidak curiga, oke?"

Mata (Name) mengernyit. Membaca nama yang tertera, di sebelah foto dengan font yang familiar.

... Reaper?

--sungguh nama yang aneh.

"... Anda orang luar?" (Name) bertanya penuh rasa penasaran. Lagian siapa yang tidak bingung? Bahkan kurang yakin kalau di luar sana ada orang yang membawa nama dewa kematian seperti ini.

Si pelayan--ah, maksudnya Tuan Reaper hanya tersenyum. Rambut silver-nya tertiup angin salju. Tanpa aba-aba, ia langsung masuk ke dalam kafe. (Name) mengikutinya dari belakang. Sungguh aneh. Padahal tadinya ia menentangnya begitu keras karena menarik tangan dengan tiba-tiba. Ah, tapi kenapa sekarang malah masuk sendiri? Seakan ia telah terhipnotis hanya karena menatap manik amber miliknya.

"Aku tidak bisa membelikanmu makanan. Tapi mungkin aku bisa menggantinya dengan camilan ringan." Tersenyum tanggung (Name) membalas tawarannya. Ia mengerti. Dilihat dari daftar menu, harga makanan di sini memang lumayan mahal. Dan untuk kafe yang hanya buka untuk tiga jam, pasti gaji untuk para pelayan lumayan rendah.

(Name) menyerahkan menu. Udara cukup dingin. Tanpa pikir panjang ia sudah bisa memutuskan akan memesan apa. "Aku pesan satu gelas white tea ...."

'Dewa Kematian' tersenyum. Ia mengambil daftar menu dari genggaman gadis itu. Tubuhnya beranjak pergi, menuju ke dapur yang letaknya tidak terlalu jauh.

Ansatsu Kyoushitsu X Reader Oneshots (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now