|| Okinawa Fried Meatballs

2.2K 155 31
                                    

Olahan daging bercita rasa Jepang yang memiliki rasa gurih ditambah dengan secuil rasa pedas. Isian bolanya sangat penuh--mengenyangkan dan akan semakin memanjakan lidah jika dinikmati bersamaan dengan segelas sake.

... apa kau lupa untuk mencuci tanganmu terlebih dahulu?

<=>

“... Apa yang kau lakukan, duduk di tengah kedinginan seperti itu?”

Sempat aku ingin memekik kala mendengar suara berat yang datang dari belakangku—lega aku berhasil menahan pekikan itu, meski pundak masih melonjak kaget. Dengan cepat aku melirik ke belakang, membiarkan manik (e/c) milikku bertabrakan dengan manik hitam kelam.

“Ah—eh ...,” tuturku--tidak jelas mau menjawab apa. Bibirku terasa linu, mungkin warna merah muda yang setia mewarnai bibirku ini sudah hilang diganti dengan warna kebiruan. “Aku—“

“Lebih baik kau berdiri dulu,” Pria hitam yang tadi menawarkan tangan, aku tatap sebentar sebelum menerimanya. Ia menarik—menyangga tubuhku agar bisa berdiri, dan beberapa detik tangan miliknya yang lebih hangat itu masih menggenggam tanganku agar aku stabil.

Etto—terima kasih ...,” gumamku sambil tersenyum kecut kepadanya, ia mengangguk, melepas balutan tangannya dariku.

Mataku kemudian menatapnya lagi. Meski buram, aku bisa melihat mulutnya membuka—apakah dia mengatakan sesuatu padaku? Kenapa aku tidak bisa mendengarnya? Ah—Mm, kepalaku terkena brain freeze[1], padahal aku tidak sedang makan es, kan? ... Lho ..., kakiku dingin—

Gawat.

Aku mau pingsan—

Brugh.

“--Ah, hoi!”

.

.

.

Perlahan kelopak mata yang terasa berat aku angkat, sedetik kemudian kepalaku terasa sakit lagi karena adanya cahaya terang lampu ruangan yang menyerang langsung. Otomatis mataku mengernyit.

“Nn—i-ittai ...!— ah ... di mana aku ...?” Aku mencoba mendudukan tubuhku, segera sadar bahwa sedari tadi aku sedang tertidur di sebuah kasur. Apa ini rumah sakit?

Tidak, aku rasa bukan. Kalaupun iya otakku yang terbiasa berpikir bahwa rumah sakit itu selalu megah dan berbau aneh, tidak akan setuju. Ruangan yang aku tempati sangat sederhana—terlalu malah. Dengan nilai matematika milikku yang ... begitulah, aku menyimpulkan kalau ruangan ini ukurannya 3x3. Plus, hanya ada satu kasur, satu lemari rendah dengan vas bunga di atasnya dan sebuah pintu kayu.

Dan lagi, bukannya berbau obat, kenapa rumah sakit ini malah berbau makanan? 

“Kausudah siuman?” Pintu terbuka, dan orang yang sebelumnya membantuku berdiri di depan kafe masuk ke ruangan.

Ketika aku melihatnya mendekat ke arahku, secara spontan tubuhku langsung mundur ke belakang dengan gerakan kaku. Aku melihat ke samping, malu-malu menarik beberapa helai rambut ke belakang. “Sudah ...,” ucapku. “Terima kasih telah membawaku ke sini.”

Pria itu—yang terlihat berusia setidaknya 20 tahun—menghela napas sambil berdiri di samping kasur. “Bukan masalah.”

... lalu kenapa kau menghela napas?

“Apa kaupunya penyakit mag?”

Aku mengerjap. “Eh ...?”

“Rupanya kaupingsan karena kekurangan makan,” katanya. Tentu saja. “mungkin kau punya mag, karena itu akan lebih cepat membuatmu sakit daripada yang lambungnya sehat.”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ansatsu Kyoushitsu X Reader Oneshots (Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now